25 Juli 2024
14:38 WIB
Pasar Kondominium Alami Stagnasi, Pengembang dan Pembeli Jadi Berubah
Cushman & Wakefield Indonesia menilai pasar kondominium yang lemah telah menyebabkan sedikit perubahan perilaku pembeli.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Suasana apartemen di kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (8/8/2021). ANTARAFOTO/Dhemas Reviyanto
JAKARTA - Selama semester dua tahun 2024, pasokan kumulatif total kondominium Jabodetabek mengalami stagnasi. Direktur Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo menilai hal ini mengakibatkan pergeseran fokus pengembang dan perilaku pembeli.
“Secara kumulatif tetap pada 384.640 unit tanpa adanya proyek kondominium baru yang diluncurkan ataupun selesai, menandakan jeda pasar secara signifikan,” kata Arief dalam konferensi pers, Kamis (25/7).
Dia menjelaskan, pasar yang lemah telah menyebabkan sedikit perubahan dalam perilaku pembeli.
Saat ini, pembeli tidak mengharapkan kenaikan harga dan lebih condong untuk membeli unit kondominium yang sudah ada dan dapat segera digunakan atau disewakan.
“Di pasar kondominium ini seperti kita amati bersama memang terjadi jeda waktu yang cukup lama untuk tidak ada proyek baru. Ini menandakan bahwa pasar kondominium saat ini memang masih lesu,” ungkap dia.
Baca Juga: Konsultan: Tahun Ini Waktu Yang Tepat Membeli Kondominium
Selain itu, insentif PPN yang diperkenalkan oleh pemerintah juga memainkan peran penting dalam membentuk strategi pengembang. Menurutnya, ini mendukung adanya perubahan perilaku dari pembeli dan juga dari pengembang.
“Pengembang saat ini lebih fokus untuk menjual proyek-proyek yang sudah ada daripada memulai yang baru. Insentif pajak ini telah membuat properti yang sudah ada lebih menarik bagi pembeli serta membantu mengurangi inventaris unit yang belum terjual dan menstabilkan pasar,” ucap dia.
Diperkirakan bahwa menjelang akhir tahun 2024, beberapa proyek kondominium dengan total sekitar 14.000 unit akan selesai, sebagian besar berlokasi di Bekasi dan Jakarta Selatan.
Permintaan Kondominium Dekat Universitas
Di samping itu, ia melihat, dampak insentif pembebasan PPN penuh untuk pembelian kondominium yang sudah ada semakin terasa.
Penjualan di proyek-proyek yang telah selesai hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, menghasilkan tingkat penjualan total sebesar 94,1% (0,3% YoY).
“Secara bersamaan, tingkat hunian mengalami kenaikan sebesar 4,8% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, mencapai 63,5%,” ucapnya.
Kondominium yang berdekatan dengan universitas mengalami peningkatan tingkat hunian selama semester yang disurvei, menyusul dimulainya tahun akademik baru. Hal ini karena banyak mahasiswa baru mencari akomodasi.
Transaksi pra-penjualan terjadi terutama pada proyek-proyek segmen menengah yang mencatatkan sebanyak 61% dari total transaksi.
Baca Juga: Knight Frank: 2022 Jadi Titik Balik Kondominium Jakarta
“Permintaan diharapkan stabil sepanjang sisa tahun ini tanpa pertumbuhan signifikan yang diantisipasi setelah pengurangan insentif PPN untuk unit yang sudah selesai menjadi 50% mulai Juli hingga Desember 2024,” ucap Arief.
Untuk harga, ia mengatakan pasar mengalami tren harga yang relatif stabil selama kuartal ulasan, dengan kenaikan tahunan sebesar 2,3%, mencapai Rp48.800.000/m2.
Di CBD, harga rata-rata kondominium mencapai Rp60.000.000/m2, menandai kenaikan 1,9% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara area primer mencatat harga Rp 51.300.000/m2, naik 1,6% YoY.
Di sisi lain, area sekunder mengalami pertumbuhan yang lebih signifikan, dengan kenaikan harga sebesar 4,8% per tahun menjadi Rp35.200.000/m2.
“Menghadapi pasar yang diperkirakan lambat, harga diharapkan tetap relatif stabil sepanjang kuartal-kuartal mendatang,” tandasnya.