c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 Januari 2024

19:43 WIB

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Baik Hingga Akhir 2023

Indikator perekonomian secara global menunjukkan moderasi ataupun perlambatan pertumbuhan di beberapa negara, khususnya di negara-negara Uni Eropa dan Tiongkok.

Penulis: Fitriana Monica Sari

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Baik Hingga Akhir 2023
OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Baik Hingga Akhir 2023
Nasabah melakukan transaksi di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Gedung Wisma Mandiri I di Jakar ta, Kamis (11/5/2023). Antara Foto/M Risyal Hidayat

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan, dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada Desember 2023 yang berjudul "Sektor Jasa Keuangan Kokoh Hadapi Potensi Perlambatan Ekonomi Global", menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga baik. 

Hal itu didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga, sehingga diharapkan mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

"Rapat dewan komisioner bulanan OJK pada Desember, kami baru laksanakan tanggal 3 Januari 2024, memang sengaja untuk melihat perkembangan keseluruhan bulan Desember bagi beberapa indikator yang bisa kemudian dilihat lebih lengkap dalam evaluasi dan analisis ke depan," kata Mahendra dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan Desember 2023 secara virtual di Jakarta, Selasa (9/1). 

Mahendra menjelaskan, indikator perekonomian secara global menunjukkan moderasi ataupun perlambatan pertumbuhan di beberapa negara, khususnya di negara-negara Uni Eropa dan Tiongkok. 

"Perlambatan pertumbuhan ekonomi itu mendorong inflasi turun mendekati target inflasi, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif," imbuhnya.

Di Amerika Serikat (AS), lanjut dia, The Fed Bank Sentral Amerika mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 basis poin (bps) di tahun 2024 dengan pasar menilai ekonomi AS masih cukup resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi. 

Namun demikian, pasar juga mencermati perkembangan geopolitik ke depan. Salah satunya adalah eskalasi ketegangan di Laut Merah imbas dari konflik Palestina-Israel. 

Selain itu, penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) yang mencakup 50% populasi dunia, termasuk di AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan, selain tentu di Indonesia. 

Secara umum, Mahendra mengungkapkan, sentimen di pasar keuangan global cenderung positif pada Desember 2023. 

Hal ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga fed fund rate dan narasi soft lending di AS, sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke emerging market dan penguatan pasar keuangan global termasuk pasar keuangan di Indonesia. 

"Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun," ungkapnya. 

Di domestik, kata Mahendra, leading indikator perekonomian nasional positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang surplus dan PMI manufaktur yang masih ekspansif. 

Tingkat inflasi juga disebutnya terjaga rendah di level 2,61% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan pada November, yaitu di level 2,28%. 

"Namun begitu, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor," pungkas Mahendra. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar