22 Desember 2023
15:43 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan, meski tahun lalu pihaknya menggunakan istilah perfect storm untuk menggambarkan ekonomi Indonesia yang penuh ketidakpastian, namun kini pihaknya mengimbau untuk tidak melebih-lebihkan kondisi tersebut.
"Tapi, kenyataannya tidak (perfect storm 2023). Dan kalau kita bicara mengenai tantangan ke depan, persoalannya bukan tantangan tapi uncertainty dan unknown factor mengenai tantangan. Jadi kalau sudah dipetakan semua, kurang lebih saya rasa tidak ada yang unknown, unfamiliar," kata Mahendra dalam seminar nasional outlook perekonomian Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (22/12).
Baca Juga: Airlangga: Ekonomi 2024 Tumbuh 5,2%, Tapi Masih Ada Tantangan Global
Kurang lebih menurutnya, tahun baru 2024 nanti pihaknya sudah bisa memetakan perekonomian Indonesia dibandingkan saat memasukinya tahun 2023. Mahendra merasa, tidak ada alasan untuk melebih-lebihkan ketidakpastian tersebut.
Namun dia menegaskan, bukan berarti kondisi global si tahun yang akan datang bisa lebih baik. Kemungkinan besar malah akan lebih buruk tapi ketidakpastian dan ketidaktahuan dari kondisi buruk itu yang justru menjadi risiko bagi bisnis, investasi dan otoritas jauh lebih rendah sebelumnya.
Oleh karena itu, dia menekankan, daripada terus-menerus membicarakan tantangan ketidakpastian dengan tingkat kepastian sudah lebih baik, dia mengimbau agar seluruh stakeholder lebih fokus pada apa yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Agar bisa menjadi fokus dari investasi kita dan membangun sinergi dan strategi ke arah sana," ucap dia.
Dia menilai Indonesia harus bisa membangun komitmen, strategi, sinergi dan upayanya untuk merealisasikan proyek-proyek untuk direalisasikan pada 2024. Mencakup pertumbuhan dengan hilirisasi, energi transisi maupun hijau, IKN dan lain-lain.
Daya Dukung Sektor Jasa Keuangan
Selanjutnya, Mahendra menyatakan daya dukung sektor jasa keuangan terjaga dengan baik. Hal ini tecermin dari kondisi likuiditas, kecukupan modal, ruang pertumbuhan kredit pada 2023 yang sehat.
Tak hanya perbankan, kondisi ini juga dialami pembiayaan, pasar modal dan juga di industri-industri keuangan lainnya.
"Jadi sebenarnya dukungan dan kesiapan dari sektor jasa keuangan untuk menopang apa yang menjadi fokus prioritas konsentrasi di 2024 juga baik. Saya rasa tidak ada isu di sana," ujarnya.
Dia menambahkan, kontribusi sektor jasa keuangan bisa mengakselerasi pertumbuhan maupun upaya pembangunan. Karena itu, pihaknya fokus pada upaya pendalaman sektor jasa keuangan, baik dari sektor jasa keuangan yang sudah ada sekarang, maupun beberapa industri baru yang akan terus kembangkan dan sinergikan dengan industri jasa keuangan yang sudah mapan.
Baca Juga: Jokowi: RI Punya Modal Ekonomi Kuat Untuk Sambut 2024
Sektor industri baru ini baik yang berkaitan dengan bursa karbon, maupun pemanfaatan digitalisasi sektor keuangan, dalam konteks melakukan langkah inovatif produk keuangan terutama untuk meningkatkan inklusi keuangan.
"Ini merupakan prioritas konkret di dalam sektor jasa keuangan yang secara berkelanjutan bisa semakin menumbuhkan kesempatan perekonomian itu sendiri," tandasnya.