c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

03 Januari 2023

08:35 WIB

OJK Catat Kredit Perbankan Tumbuh 11,16% Di November 2022

Pertumbuhan kredit perbankan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit perbankan ini ditopang oleh pertumbuhan kredit investasi.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

OJK Catat Kredit Perbankan Tumbuh 11,16% Di November 2022
OJK Catat Kredit Perbankan Tumbuh 11,16% Di November 2022
Ilustrasi kredit perbankan. Shutterstock/dok

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kredit perbankan pada November 2022 meningkat 11,16% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan Oktober yang tumbuh 11,95% yoy.

Pertumbuhan utama kredit pada November ditopang oleh kredit investasi yang meningkat 13,15% yoy. 

Sementara itu, kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 11,27% dan 9,10%. 

"Adapun, secara month to month (mtm), nominal kredit perbankan naik sebesar Rp13,96 triliun menjadi Rp6.347,5 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Desember 2022 secara virtual di Jakarta, Senin (2/1).   

Sementara itu, lanjut dia, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada November 2022, tercatat tumbuh 8,78% yoy menjadi Rp7.974 triliun. Hal ini utamanya didorong peningkatan tabungan dan deposito. 

Selain itu, likuiditas industri perbankan pada November 2022, dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga. 

Baca Juga: OJK: Kredit Perbankan Oktober 2022 Tumbuh 11,95%

Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) pun tercatat sebesar 134,97% dari posisi Oktober 2022 sebesar 130,17%. 

Kemudian, Alat Likuid/DPK (AL/DPK) sebesar 30,42% dari posisi Oktober 2022 sebesar 29,46%. Keduanya jauh di atas ambang batas ketentuan, masing-masing sebesar 50% dan 10%. 

Risiko kredit juga melanjutkan penurunan dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,75% dan NPL gross 2,65%. 

Di sisi lain, restrukturisasi kredit terkait covid-19 mengalami perkembangan positif dengan mencatatkan penurunan sebesar Rp13,27 triliun menjadi Rp499,87 triliun. 

Jumlah nasabah yang mengikuti restrukturisasi kredit juga menurun menjadi 2,40 juta nasabah, dari posisi Oktober 2022 sebanyak 2,53 juta nasabah. 

Sementara itu, Posisi Devisa Neto (PDN) November 2022 tercatat sebesar 2,05%, jauh di bawah threshold 20%. Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan meningkat menjadi 25,49% dari posisi Oktober 2022 yang sebesar 25,08%. 

Perkembangan Sektor IKNB
Di sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK, Ogi Prastomiyono mengatakan, akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari hingga November 2022 mencapai Rp280,24 triliun. 

Angka ini tumbuh sebesar 0,44% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Demikian pula halnya dengan akumulasi premi asuransi umum yang tumbuh sebesar 14,06% yoy selama periode yang sama, hingga mencapai Rp106,91 triliun per November 2022. 

"Namun demikian, akumulasi premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar minus 6,45% yoy dibanding periode sebelumnya, dengan nilai sebesar Rp173,33 triliun per November 2022," ungkap Ogi. 

Dia melanjutkan, nilai outstanding piutang pembiayaan tumbuh 12,96% yoy pada November 2022 menjadi sebesar Rp409,5 triliun. 

Pertumbuhan didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 32,8% yoy dan 23,1% yoy. 

Profil risiko Perusahaan Pembiayaan pun turut masih terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) tercatat turun menjadi sebesar 2,48% dari posisi Oktober 2022 sebesar 2,54%. 

Sedangkan, sektor dana pensiun tercatat mengalami pertumbuhan aset sebesar 5,06% yoy, dengan nilai aset mencapai Rp341,87 triliun. 

Baca Juga: Penetrasi Fintech Perlu Diimbangi Literasi Keuangan Digital

Ogi menuturkan, kinerja Fintech peer to peer (P2P) lending pada November 2022 masih mencatatkan pertumbuhan dengan outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 72,7% yoy, dan meningkat sebesar Rp0,96 triliun dibandingkan posisi per Oktober 2022 menjadi Rp50,30 triliun. 

Sementara itu, tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) tercatat menurun menjadi 2,83% dari posisi Oktober 2022 sebesar 2,90%. 

"Namun demikian, OJK mencermati tren kenaikan risiko kredit dan penurunan kinerja di beberapa Fintech P2P Lending," imbuhnya. 

Sementara itu, permodalan di sektor IKNB terjaga dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan Risk Based Capital (RBC) sebesar 479,88% dan 324,34%. 

Meskipun RBC dalam tren yang menurun dan RBC beberapa perusahaan asuransi dimonitor ketat, kata Ogi, namun secara agregat RBC industri asuransi masih berada di atas threshold sebesar 120%. 

Begitu pula pada gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 2,01 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali. 

Perkembangan Pasar Modal
Terkait perkembangan pasar modal, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengungkapkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 30 Desember 2022, melemah 3,26% month to date (mtd) ke level 6.850,62, dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp20,91triliun mtd. 

"Secara year to date (ytd), IHSG tercatat menguat sebesar 4,09%, dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp60,58 triliun," papar Inarno. 

Di pasar obligasi, sambungnya, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,82% mtd dan 3,60% ytd ke level 344,78. 

Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non-resident tercatat sebesar Rp236,57 miliar (mtd) atau Rp199,51 miliar (ytd). 

Di pasar SBN, non-resident mencatatkan inflow Rp25,43 triliun (mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 6,24 bps mtd di seluruh tenor. 

"Secara ytd, yield SBN telah meningkat rata-rata sebesar 51,30 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp128,98 triliun," jelas dia. 

Lebih lanjut, kinerja reksa dana mengalami penurunan tercermin dari penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar 1,47% (mtd) di Rp504,62 triliun dan tercatat net redemption sebesar Rp0,76 triliun (mtd). Secara ytd, NAB turun sebesar 12,76% dan masih tercatat net redemption sebesar Rp79,11 triliun. 

Baca Juga: BEI Pamer Aktivitas Pasar Modal 2022 Tumbuh Positif

Menurut Inarno, minat untuk penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp267,73 triliun. Adapun, emiten baru tercatat sebanyak 71 emiten, yang merupakan rekor tertinggi jumlah emiten baru. 

"Di pipeline, masih terdapat 84 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp81,41 triliun, yang diantaranya merupakan rencana IPO yang akan dilakukan oleh Emiten Baru sebanyak 58 perusahaan," tuturnya. 

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, kata Inarno, telah terdapat 14 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 337 Penerbit, 136.779 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp721,84 miliar. 

Inarno mengatakan bahwa di tahun 2022, jumlah investor pasar modal telah mencapai 10,31 juta investor. Hal ini menurutnya merupakan milestone baru bagi industri pasar modal. 

"Dukungan kemudahan masyarakat mengakses instrumen pasar modal dan perluasan kanal distribusi terutama secara digital mendukung lonjakan pertumbuhan investor sebesar 37,68% (yoy),"pungkas Inarno.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar