01 Februari 2023
21:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani pada Januari 2023 mencapai 109,84 atau naik sebesar 0,77% (mom). Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (it) naik 1,40% atau lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,63%.
Peningkatan NTP tertinggi pada bulan pertama ini terjadi pada subsektor tanaman pangan, di mana NTP-nya naik sebesar 2,07%. Adapun komoditas yang dominan dan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani masih berasal dari komoditas padi dan palawija, khususnya komoditas jagung dan ketela pohon.
Sementara itu, kenaikan NTP subsektor tanaman hortikultura mencapai 1,96%. Dari kenaikan ini, komoditas penyumbang utama berasal dari harga komoditas bawang merah, cabai rawit, mangga, pisang, melon dan jahe.
Baca Juga: NTP Positif, Mentan Minta Jaga Momentum
Di subsektor tanaman perkebunan rakyat, NTP naik 0,74%. Penyumbang utamanya adalah komoditas kelapa sawit dan tembakau.
Selanjutnya di subsektor perikanan, NTP naik 0,35%. Komoditas yang memberikan andil pada kenaikan NTP subsektor ini adalah cakalang, kembung, bandeng payau dan rumput laut.
Sementara itu, NTP peternakan turun 1,13% karena turunnya harga berbagai komoditas di subsektor ini, mencakup ternak bear, ungags, dan hasil ternak.
Sama halnya dengan NTP, BPS juga mencatat, adanya kebaikan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) yang mencapai 109,95 atau naik 0,92%. Peningkatan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,40% atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya naik sebesar 0,48%.
Dari catatan yang sama, pada Januari 2023 terdapat 20 provinsi yang mengalami kenaikan NTP, dengan peningkatan tertinggi berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 2,27%. Sedangkan untuk NTUP, 24 provinsi mengalami kenaikan NTUP dengan kenaikan tertinggi terjadi di Banten sebesar 2,36%.
Baca Juga: Wapres: Penyediaan Pangan ke Depan Semakin Berat
Guru Besar Institut Pertanian Bogor Edi Santosa mengapresiasi kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Januari 2023, yang mencapai 109,84 atau naik 0,77%. Sebagaimana diketahui, NTP merupakan barometer dari kesejahteraan petani.
"Kenaikan NTP ini artinya pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan petani di tengah situasi sulit dunia," ujar Edi dalam keterangan yang diterima, Jakarta, Rabu (1/2).
Menurutnya, apa yang sudah dilakukan pemerintah sudah sangat tepat. Terutama dalam menyediakan bibit unggul, membuka akses kredit KUR, menambah kekuatan teknologi mekanisasi, serta melakukan pendampingan petani secara konsisten.
"Tanpa berbagai bantuan dan pendampingan yang berkelanjutan mustahil rasanya petani kita sejahtera. Memang pemerintah harus hadir dan bekerja untuk itu (meningkatkan kesejahteraan petani)," katanya.
Terpisah, Anggota Komisi IV DPR RI Bambang Purwanto juga mengapresiasi kenaikan NTP pada Januari 2023. Dia menyebut, kesejahteraan petani merupakan cita-cita bersama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Ia menjelaskan, naiknya kesejahteraan petani otomatis akan meningkatkan produktivitas pertanian. "Karena itu, capaian ini adalah wujud dari ketahanan pangan nasional. Saya berharap capaian ini dipertahankan," sebut Bambang.