c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Desember 2022

13:48 WIB

Neraca Dagang RI Surplus 31 Bulan Beruntun, November US$5,16 Miliar

BPS mencatat, Indonesia berhasil perpanjang nafas surplus dagang selama 31 bulan beruntun. Surplus neraca dagang pada November 2022 mencapai US$5,16 Miliar

Penulis: Khairul Kahfi

Neraca Dagang RI Surplus 31 Bulan Beruntun, November US$5,16 Miliar
Neraca Dagang RI Surplus 31 Bulan Beruntun, November US$5,16 Miliar
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta, S elasa (15/11/2022). Antara Foto/Muhammad Adimaja

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia berhasil perpanjang nafas surplus dagang selama 31 bulan beruntun. Hal ini tercapai pasca Indonesia kembali mengalami surplus dagang per November sebesar US$5,16 miliar.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menjelaskan, surplus dagang tersebut berasal dari perhitungan antara ekspor dan impor Indonesia selama November 2022, yang masing-masing mencapai US$24,12 miliar dan US$18,96 miliar.

“Neraca perdagangan Indonesia sampai dengan November 2022 membukukan surplus selama 31 bulan berturut-turut sejak Mei tahun 2020,” jelasnya dalam Pers Rilis BRS, Jakarta, Kamis (15/12). 

Jika dibandingkan dengan November 2021, Hasbullah menerangkan, kenaikan surplus dagang November 2022 ini didorong oleh kenaikan ekspor sebesar 5,58% (year on year/yoy). 

Sementara itu, pada saat yang sama, impor Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,89% (yoy).

Lebih lanjut, surplus dagang di bulan terakhir laporan terutama berasal dari sektor non-migas sebesar US$6,83 miliar, meski tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,67 miliar. 

Neraca dagang komoditas nonmigas yang surplus, terutama ditopang oleh komoditas Bahan Bakar Mineral (kode HS 27), lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72). 

“Sedangkan untuk neraca perdagangan komoditas migas ternyata defisit sebesar US$1,67 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak,” ujarnya.

Baca juga: BI: Surplus Neraca Dagang Jaga Ketahanan Eksternal Ekonomi

Adapun tiga negara dengan penyumbang surplus terbesar. Pertama, Amerika Serikat dengan surplus sebesar US$1,31 miliar via komoditas mesin dan peralatan elektrik, serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesorisnya atau rajutan (HS 61), dan pakaian dan aksesorisnya atau bukan rajutan (HS 62).

Kedua, India dengan surplus sebesar US$1,17 miliar via komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), BBM (HS 27), dan bijih logam terak dan abu (HS 26). 

Ketiga, Filipina dengan sumbangan surplus sebesar US$1,02 miliar via komoditas BBM (HS 27), kendaraan dan bagiannya (HS 87), serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15).

Sementara itu, tiga negara juga menyumbang defisit dagang terbesar bagi Indonesia. Pertama, Australia defisit sebesar US$519,1 juta dengan komoditas terbesar defisit BBM (HS 27), serealia (HS 10), dan bahan logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71).

Kedua, Thailand dengan defisit US$ 321,6 juta lewat komoditas mesin dan peralatan mekanis, serta bagiannya (HS 84), plastik dan barang dari plastik (HS 39), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87). 

Ketiga, Brazil dengan defisit US$249,1 juta lewat komoditas gula dan kembang gula (HS 17), ampas dan sisa industri makanan (HS 23), serta komoditas kapas (HS 52).

Total US$50,59 Miliar
Dengan demikian, Hasbullah menyebutkan, secara kumulatif neraca dagang Nusantara selama tahun berjalan mencatat surplus sebesar US$50,59 miliar. Adapun capaian surplus dagang ini mengalami pertumbuhan hingga 47,02% (year to date/ytd), jauh lebih besar daripada capaian periode sama di 2021 di kisaran US$34,41 miliar.

Spesifik, nilai ekspor selama Januari-November 2022 mencapai US$268,8 miliar atau meningkat 28,16% dibanding periode yang sama pada 2021 (US$209,25 miliar). 

Sementara itu, nilai impor selama kurun waktu yang sama sebesar US$217,58 miliar atau meningkat 24,45% dibanding periode sama di 2021 (US$174,84 miliar).

BPS juga mencatat, neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar US$73,24 miliar, sementara neraca perdagangan migas mengalami defisit sebanyak US$22,65 miliar. 

“(Dengan begitu) surplus neraca perdagangan barang (tahun berjalan), masih ditopang oleh surplus terhadap komoditas nonmigas,” terangnya. 

Jika melihat data BPS 2020 dan 2021, Indonesia masih memiliki potensi pertambahan surplus dagang kumulatif tahunan masing-masing sebesar US$2,1 miliar dan US$1,01 miliar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar