c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 September 2024

20:30 WIB

Naik Pamor Dari Bisnis Superfood Teh Kelor

Bekerja sama dengan petani asal Nganjuk dan Tuban, UMKM Teh Kelor Indra Jaya berhasil meramu racikan bisnis teh herbal organik dari daun kelor.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Naik Pamor Dari Bisnis Superfood Teh Kelor</p>
<p id="isPasted">Naik Pamor Dari Bisnis Superfood Teh Kelor</p>

Teh Daun Kelor Indra Jaya. Dok/tehkelorindrajaya

JAKARTA - Bukan hanya kuncup daun tanaman teh yang sedap diseduh menjadi minuman, ternyata daun kelor (Moringa Oleifera) juga bisa. Bahkan, daun ini disebut memiliki nutrisi, seperti vitamin dan mineral yang jauh lebih banyak.

Adalah World Health Organization (WHO) yang merujuk daun kelor sebagai minuman sehat. WHO menobatkan kelor atau Moringa oleifera sebagai tanaman ajaib karena segudang manfaatnya bagi kesehatan. Nilai plusnya lagi, daun ini berharga murah, dan bisa ditemui di berbagai negara.

Catatan WHO, tanaman berdaun mungil ini punya kandungan Vitamin A yang lebih banyak dari wortel, kalsium lebih banyak dari susu. Vitamin C-nya lebih tinggi dari jeruk dan protein yang lebih tinggi dari telur. Tak heran, kelor kerap disebut superfood. Hebat, kan! 

Melihat sederet manfaat itu, Kurdya Indrawati (50) pun tergerak untuk membuka bisnis olahan dari daun kelor. 

Daun-daun kelor yang kecil itu disulapnya menjadi teh herbal dalam satu kemasan tea bag, yang kita kenal dengan minuman teh celup.

Indrawati pun mendirikan bisnis teh dari daun kelor yang diberi nama Teh Kelor Indra Jaya pada 2018 di kota kediamannya, Sidoarjo, Jawa Timur. Gayung bersambut. Setahun kemudian, bisnisnya mulai mantap memproduksi teh kelor celup pada 2019.

"Ternyata daun kelor ini manfaatnya banyak sekali, bagus untuk kesehatan, untuk kolesterol, asam urat, darah tinggi, diabetes, jantung, terus untuk antioksidan juga bagus, untuk menetralisir racun juga bisa," terangnya kepada Validnews saat dihubungi, Selasa (3/9).

Sebelum mengenal daun kelor, Indrawati juga pernah berbisnis kuliner. Dia membuka bisnis berskala rumah tangga dengan menjual kue kering bikinannya. Pilihannya ke daun kelor pun lantaran ketidaksengajaan. Dia bercerita, mulai tahu betul manfaat daun kelor dari lomba masak pangan organik di kelurahan yang diikutinya.

Dulu, dia dikenalkan dengan dua jenis tanaman yang sedang ngetren untuk dijadikan minuman herbal, rosella (Hibiscus sabdariffa) dan kelor. Karena tim lain sudah memanfaatkan tanaman rosela, tim Indrawati memilih daun kelor. Pilihannya tak salah. Tim Indrawati memenangkan lomba tersebut.

Dari situ lah dia mulai kenal lebih dekat dengan komoditas daun kelor ini. Ternyata daun itu bisa tumbuh di berbagai lingkungan tropis dan subtropis seperti Indonesia sehingga cukup mudah untuk mendapatkannya. Di belahan manapun di Indonesia, kelor bisa dengan mudah dijumpai.

Kemudahan mendapatkan bahan baku membuat Indrawati antusias mau memulai bisnis olahan daun kelor.

"Ini bisa dimanfaatnya banyak, akhirnya aku mikir gini, kenapa enggak diproduksi dan dijual saja. Nah, kepikiran seperti itu sih kalau orang bisnis kan ya, enggak mau ada yang lewat," imbuh Owner Teh Kelor Indra Jaya.

Organik dan Terjangkau
Dari awal, UMKM teh kelor besutan Indrawati ini tidak main-main, dia menyetel standar tinggi untuk produk buatannya, yaitu harus organik. Itu berarti mulai dari hulunya, tanaman kelor, tidak mengandung pestisida dan bahan kimia lainnya.

Sampai ke hilirnya pun begitu, teh kelor celup yang disuguhkan Indrawati murni, tidak menggunakan bahan campuran tanaman lain dan fortifikasi. Dia bekerja sama dengan para petani daun kelor di dua daerah, Nganjuk dan Tuban, yang sudah sesuai dengan kriterianya.

Indrawati harus menerima langsung bahan baku dari petani daun kelor organik di dua daerah tadi. Memang, banyak tanaman kelor yang dijual bebas dan murah di marketplace, tapi tidak bisa dipastikan grade-nya dan kesegarannya, sehingga akan berdampak ke produk jadi nanti. Dia mau yang dia yakini baik mutunya.

"Kelebihan produk kami, yaitu bahan bakunya itu murni tanpa campuran, terus pengeringannya juga di suhu ruangan bukan di sinar matahari sehingga nutrisi tidak berkurang," paparnya.

Tidak lupa, Indrawati juga menyampaikan, teh celup buatannya sudah menyabet sertifikat halal. Kemudian dikemas dengan packaging yang modern, food grade, dan bisa dipesan dengan merek sendiri.

Dengan sederet keistimewaan daun kelor ini, harga jual produk olahannya terbilang murah. Satu boks Teh Kelor Indra Jaya yang berisi 20 saset tea bag dijual seharga Rp35.000 saja. Bagi langganan kesayangan, ada diskon dan gratis ongkos kirim atau ongkir.

"Kalau beli tiga boks Rp100.000, kalau beli enam jadi Rp200.000 dan free ongkir dari saya. Ya kalau beli 10 atau 15 boks, itu saya kasih harga Rp30.000 satunya," imbuh Indrawati.

Modal Awal, Omzet, dan Alur Produksi
Sebelum berhasil seperti sekarang, dan bertahan melewati pandemi covid-19, Indrawati merintis usaha teh celup itu dengan modal awal Rp10 juta.

Uang itu dibelanjakan untuk modal membuka usaha, termasuk membeli peralatan produksi, bahan baku daun kelor, memesan boks atau kotak teh untuk packaging produk, serta membayar jasa pekerja.

"Awalnya Rp10 juta itu saya belikan peralatan, bahan baku, box dan box itu kan mahal ya kita pesannya harus seribu pcs, kalau ratusan enggak boleh, terus untuk beli plastiknya, daunnya, tea bag-nya," kenang Indrawati.

Awal mula membuka dan merintis bisnis di 2019, Indrawati hanya memproduksi 200 boks saja. Pasalnya, dia masih berusaha memperkenalkan produknya. 

Belum lama membuka bisnis, pandemi covid-19 datang menghantam. Semua usaha seperti berhenti. Tapi tidak demikian dengan usaha yang dirintisnya.

Pada masa banyak usaha yang terpaksa gulung tikar itu, Teh Kelor Indra Jaya justru diuntungkan. Indrawati berhasil menggaet makin banyak konsumen, terutama yang concern dengan kesehatan. Produksi tidak menurun meski tidak naik signifikan di masa pandemi. 

Pelanggan pun makin banyak yang merasa cocok dengan teh kelor olahan Indrawati. Pelahan, produksi teh kelor makin meningkat dari tahun ke tahun, hingga 2024 ini mampu memproduksi 800 boks per bulan. 

Akan tetapi, itu baru jumlah penjualan normal. Apabila ikut pameran lokal dan nasional, penjualan makin meroket, hingga produksi tehnya bisa mencapai 2.000 boks.

Untuk produksi normal sekitar 800 boks teh per bulan, usaha Indrawati bisa mencetak omzet sekitar Rp17,5 juta per bulan. Itu berarti dalam satu tahun omzet yang terkumpul kira-kira bisa mencapai Rp210 juta.

"Kalau dalam tahun ini (omzet) Rp17,5 juta kurang lebih (per bulan)," imbuh Owner Teh Kelor Indra Jaya.

Dia juga menjelaskan, untuk daun kelor organik dari petani di Nganjuk dan Tuban, harganya Rp100.000 per kilogram. Saat ini, Indrawati bisa memproduksi hingga 800 boks teh kelor per bulan, memerlukan sekitar 32 kilogram daun kelor. Ini berarti modal untuk bahan bakunya saja mencapai Rp3,2 juta.

Perkembangan jumlah produksi membuat Indrawati menambah jumlah pekerja. Hingga kini, bisnis teh kelor menaungi lima orang pekerja. Karena proses produksinya masih manual, tiap pekerja memiliki job desk yang berbeda-beda hingga menghasilkan produk jadi.

Indrawati menerangkan, ada yang bertugas menggerus dan menggiling daun kelor kering. Kemudian, menimbang daun untuk dimasukkan ke tea bag, lalu orang yang merekatkan atau menyegel tea bag berisi daun kelor, serta bagian penataan produk di dalam boks.

"Kami kan masih manual ya, jadi pembagian kerjanya seperti itu. Kalau nanti kita dapat hibah mesin, nah baru kita lebih cepat lagi nanti hasilnya," katanya.

Menepis Mitos dan Berkarya Sampai Negeri Sebelah
Anda ingat juga bukan, ada peribahasa, 'dunia tak selebar daun kelor'. Itu juga yang dilakukan Indrawati, melewati masa-masa merintis bisnis teh daun kelor, dan kini sibuk mencari cara untuk mengembangkan bisnisnya dan memperluas cakupan konsumennya.

Bulan kemarin, teh kelor celup lolos kurasi dan dibawa ke New Zealand untuk menjadi percontohan produk di sebuah pameran. Produk teh dari Sidoarjo itu tembus pasar internasional salah satu alasannya karena memiliki predikat organik.

Padahal dulu, Indrawati merasa kesulitan memasarkan produknya, terutama di daerah tempat tinggal sekaligus produksinya di Sidoarjo. Selain karena orang-orangnya belum memahami manfaat daun kelor, juga masih percaya dengan mitos dan cerita rakyat. 

"Awalnya sih memasarkan produk kelor ini dipandang sebelah mata ya. Kalau di daerah sini itu menganggapnya mitos daun kelor untuk orang meninggal, untuk melepas susuknya (jimat), belum tahu manfaatnya apa," ucapnya.

Tak patah arang, promosi pun digencarkan. Adapun target yang disasar adalah orang-orang yang memiliki masalah kesehatan dan berusia 40 tahun ke atas. Beragam manfaat daun kelor diutarakan Indrawati dalam promosinya, begitu pula keunggulan produknya yang menggunakan bahan organik. 

Dia juga semangat menanyakan dan mengumpulkan testimoni atau ulasan dari para konsumennya, sehingga bisa menjadi bukti tehnya ampuh meredakan berbagai masalah Kesehatan seperti diabetes, kolesterol, dan lainnya.

"Dalam 3 hari itu ada yang asam uratnya sembuh, darah tingginya turun, diabetesnya rasanya lebih enakan. Ini testimoni dari mereka, akhirnya saya publish di status WhatsApp dan Instagram, dan ke mana-mana, dari situ mulailah banyak yang bertanya tentang daun kelor," katanya.

Seiring berjalannya waktu, promosi yang dilakukan berhasil menggaet orang-orang yang peka terhadap masalah kesehatan dan mencari alternatif seperti teh herbal, salah satunya daun kelor. Konsumen Teh Kelor Indra Jaya pun lebih banyak dari Jabodetabek, khususnya Jakarta, Bekasi dan Bogor.

Dari pengalaman berbisnis, akhirnya diketahui bahwa orang-orang yang tinggal di kota besar dan menggemari produk the kelor ini  biasanya sudah lebih teredukasi, termasuk soal tanaman-tanaman herbal. 

Selain berpromosi lewat berbagai cara dan wadah, sejak mendirikan UMKM Teh Kelor Indra Jaya, ia rajin mengikuti kompetisi dan pameran lokal, nasional, serta kurasi hingga ke tingkat internasional.  

Keikutsertaan ini lah yang membuat produk teh kelor Indrawati sudah dilirik oleh negeri sebelah, yaitu New Zealand. 

"Saya juga mengikuti kurasi dan lolos produk saya dibawa ke pameran di New Zealand pada 24-26 Agustus kemarin, saya ini ikut kurasi-kurasi dan itu untuk semakin memperluas (konsumen dan relasi bisnis)," kata Indrawati.

Meski gencar berpromosi, Indrawati mengaku enggan masuk ke platform marketplace untuk menjual produknya dan bersaing di sana. Menurutnya, harga teh kelor di marketplace bisa jatuh sekali, alias dihargai murah, sehingga tidak cocok dengan predikat teh organik miliknya.

Tidak mengobral produk juga menjadi salah satu kiat bisnis Indrawati. Hal itu dilakukan, termasuk saat mengikuti pameran, misalnya waktu ikut pameran di Pekan Raya Jakarta (PRJ), dia juga tidak sembarangan mengobral produk herbalnya hingga memberikan diskon jumbo. Karena paham betul kualitas dan segudang manfaat teh kelor, Indrawati tidak menurunkan standarnya dan bisa memberi diskon.

"Mending saya bawa pulang daripada saya obral, saya enggak pernah begitu (mengobral) karena produk saya ini punya kualitas, saya enggak mau yang seperti itu karena bisa menghancurkan bisnis juga itu," tuturnya.

Produk Turunan
Seperti namanya, memang produk utama Teh Kelor Indra Jaya adalah teh kelor celup. Namun siapa sangka, Indrawati juga mengembangkan produk turunan lain berupa camilan yang berbahan dasar daun kelor.

Kini, Indra Jaya menjual snack atau camilan sehat, seperti coklat kelor, stik kelor, dan sesekali mengeluarkan produk kue kering dengan cita rasa daun kelor. Indrawati menerangkan, camilan sehat ini bisa menjadi pilihan yang baik, terutama untuk anak-anak.

"Nah tujuannya, anak-anak itu kan minum-minum yang ramuan-ramuan, tapi kayaknya kurang suka ya meski sudah dikasih madu. Tapi kalau coklat, kukis, dan stik, mereka ngemil itu juga dapat vitamin dan nutrisinya," terang Indrawati.

Tidak berhenti di situ, Indrawati menargetkan UMKM besutannya bisa berinovasi dengan memproduksi kapsul ASI booster dari daun kelor. Menurutnya, itu penting bagi ibu-ibu muda yang sedang dalam fase menyusui. Namun, sambungnya, inovasi tersebut baru sekedar rencana, dan akan dilakukan penelitian atau riset terlebih dahulu.

"Nanti Insyaallah ke depannya mau ada inovasi lagi tentang ASI booster rencananya seperti itu, doakan saja, Biasanya ibu-ibu muda air susunya susah keluar, nah bisa dibantu dengan itu (ASI booster)," terangnya.

Di samping itu, ada target lain yang cenderung lebih mudah ditakar dan dicapai. Dia ingin menghadirkan para pembudidaya tanaman kelor di Sidoarjo, yang bisa menjadi mitra bisnis.

Ya, daun kelor tidak tumbuh di tempat tinggalnya, sehingga untuk usaha ini, dia membutuhkan para pembudidaya di sekitarnya. Sisi positifnya, kelor mudah ditanam, pasokan bahan baku bisa lebih dekat dari lokasi produksi, serta kemitraan seperti ini bisa membantu perekonomian warga sekitar. 

Lalu, bagaimana cara menikmati teh ini? Sobat Valid juga  bisa mencoba teh herbal dengan segudang manfaat yang ketika diseduh berwarna hijau ini. Agar lebih matang, teh sebaiknya diseduh menggunakan air mendidih, bukan air panas dari dispenser.

Tunggu lima sampai sepuluh menit, suhu teh celup daun kelor itu akan menurun. Sejurus suhu mendingin, Anda bisa menyeruputnya, hangat dan nikmat. Oh iya, agar lebih sehat, teh kelor tidak perlu ditambah gula atau pemanis lagi ya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar