17 Januari 2024
15:57 WIB
JAKARTA – Konflik Palestina-Israel di Gaza yang tak kunjung reda setelah tiga bulan berlangsung, membuat seruan boikot produk-produk Israel dan yang tarafiliasi Israel kembali menggema. Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali mengingatkan agar umat Islam tak kendur dalam memboikot produk-produk Zionis dan sekutunya.
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ikhsan Abdullah menyatakan, aksi boikot produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel, merupakan wujud perjuangan membantu warga Gaza, Palestina yang sudah tiga bulan lebiih mengalami penderitaan yang luar biasa akibat praktik genosida Israel.
“Sosialisasi gerakan boikot produk Israel dan produk terafiliasi Israel jangan kendur, harus terus menerus digelorakan,” kata Ikhsan dalam keterangannya yang diterima, Rabu (17/1).
Ikhsan sendiri, mengutarakan hal tersebut di sela-sela kegiatan Silaturahmi Nasional Ormas Islam dan Majelis-majelis Agama dalam Deklarasi Pemilu Damai Tokoh Bangsa Lintas Ormas Islam dan Lintas Agama, Selasa (16/1/2024), di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Menurut Ikhsan, MUI sampai saat ini aktif mengajak masyarakat menghindari produk global yang terafiliasi Israel.
“Itu bagian dari pelaksanaan fatwa dukungan perjuangan Palestina,” tegasnya.
Seperti diketahui, pada November 2023, MUI mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang “Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina”. Fatwa tersebut menyatakan, wajib hukumnya bagi umat Islam membantu perjuangan kemerdekaan Palestina, termasuk lewat donasi, zakat, infak atau sedekah. Pada saat yang sama, MUI mengharamkan segala bentuk aktivitas dan dukungan pada agresi Israel atas Palestina.
Dalam fatwa yang sama, MUI merekomendasikan umat Islam “semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme”.
Ajakan boikot tersebut, mendorong banyak kalangan meninggalkan beragam produk yang diproduksi perusahaan multinasional yang terafiliasi Israel atau terindikasi mendukung genosida Israel atas Gaza. Sejauh ini, sejumlah produk yang banyak diboikot warga di berbagai daerah adalah brand-brand internasional, semisal McDonald, Starbuck, Coca-Coba, Pepsi, Nestle, Unilever, Burger King, KFC, Danone dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Kisah Danone Dan Tudingan Pro Israel
Semua brand tersebut, dinilai dimiliki atau terafiliasi perusahaan asing yang memiliki jejak keterkaitan mendukung perekonomian Israel lewat beragam investasi. Termasuk dukungan pendanaan langsung pada mesin-mesin perang Israel.
Menguatnya Produk Lokal
Menurut Ikhsan, gerakan boikot yang telah menjadi fenomena global tersebut melahirkan perubahan signifikan di tengah masyarakat, termasuk menguatnya preferensi atas produk-produk lokal.
“Ini sesuatu yang menggembirakan, produk lokal mampu mengambil alih posisi brand-brand yang terafiliasi Israel,” serunya.
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) sendiri menilai, aksi boikot yang dilakukan sebagian masyarakat di Tanah Air berdampak positif terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). "Ya (boikot) itu ada dampak positifnya (bagi UMKM)," ujar Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop Yulius beberapa waktu lalu.
Hanya saja dia mengaku belum menghitung lebih perinci peningkatan penjualan UMKM karena adanya aksi boikot. Namun, berdasarkan laporan perusahaan teknologi bidang analisis big data Compas.co.id yang beberapa waktu dirilis, tercatat ada 96 merek FMCG multinasional yang masuk dalam daftar merek yang diboikot konsumen, karena dinilai mendukung Israel.
Laporan tersebut menyebut, jumlah transaksi pada kategori makanan minuman mengalami penurunan sebanyak 12% dibanding periode yang sama sebelumnya. Hal ini juga terjadi pada kategori kesehatan yang mengalami penurunan jumlah transaksi sebanyak 15%.
Baca Juga: Ramai Boikot Merek Pendukung Israel, Begini Dampak ke Perusahaan
Sementara, kategori paling terdampak aksi boikot produk Israel adalah kategori ibu dan bayi yang mengalami penurunan jumlah transaksi sebanyak 16% atau mencapai 27,7 ribu transaksi di e-commerce. Pada kategori kesehatan terjadi penurunan jumlah transaksi sebesar 46 ribu transaksi.
Menurut CEO Compas.co.id, Hanindia Narendrata, Desember 2023 lalu, gerakan boikot ini cukup mempengaruhi preferensi produk. Terutama terhadap merek-merek yang dinilai oleh konsumen mendukung atau memiliki keterkaitan dengan Israel.
“Kami menemukan sebanyak 60 merek atau 62% di antaranya mengalami penurunan jumlah transaksi mencapai 240 ribu transaksi,” ucapnya.
Solidaritas Warga
Menurut Ikhsan, hal itu juga mengisyaratkan tingginya solidaritas warga Indonesia sekaligus kepercayaan kalangan Muslimin pada otoritas MUI di bidang moral dan keagamaan. Apalagi, serangan tanpa henti Israel atas wilayah Gaza dan Palestina dalam 100 hari lebih terakhir telah melahirkan genosida yang menyentak kesadaran publik dunia.
Selain kehancuran wilayah Gaza yang tak terperikan, tercatat lebih dari 23.700 orang warga Palestina tewas, di mana 12.300 orang lebih di antaranya adalah anak-anak. Genosida tersebut mendorong Afrika Selatan dan sejumlah negara di dunia, menyeret Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ). Menurut Ikhsan, MUI mendukung inisiatif berani tersebut dan berharap pengadilan itu bisa menghentikan genosida di Gaza.
“Kami berterima kasih kepada Afrika Selatan yang telah berhasil menyeret Israel ke Mahkamah Internasional,’ katanya. “Apa yang dilakukan Afrika Selatan saat ini akan dikenang dunia dan tercatat dalam sejarah,” ucapnya.
Baca Juga: Riset: Ada Aksi Boikot Produk Israel, Kategori Ibu dan Bayi Turun 16%
Karena itu, Ikhsan mendorong umat Islam untuk konsisten dan aktif dalam berbagai upaya membantu perjuangan Bangsa Palestina. Salah satunya, kata Ikhsan, lewat gerakan boikot produk Israel dan semua yang terafiliasi. Pasalnya, hal tersebut bisa berdampak pada kebijakan dunia dan geopolitik internasional.
“Salah satu cara untuk mendukung perjuangan bangsa Palestina adalah dengan terus menggelorakan gerakan boikot, untuk memberikan tekanan kepada Israel dan sekaligus menumbuh suburkan kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri,” tegas Ikhsan.
Meski begitu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan, agar gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) jangan sampai salah alamat, menyusul kemungkinan adanya produk lokal yang justru terkena boikot. "Yang dikhawatirkan oleh Wakil Presiden adalah jangan sampai melakukan boikot yang kemudian salah alamat," kata Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi melalui keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.