14 Desember 2023
19:34 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun politik 2024 dapat mencapai level 8.100.
Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy mengatakan, level tersebut dapat dicapai setelah pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilu putaran kedua.
“Untuk tahun depan, kami memprediksi nilai wajar IHSG berada pada kisaran 8.100 pada semester II, setelah pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilu putaran kedua," kata Robertus dalam Media Day: December, Kamis (14/12).
Lebih lanjut, dia menjelaskan, potensi penguatan indeks saham utama domestik tersebut didukung oleh beberapa faktor. Salah satunya besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, sehingga dapat memicu iklim investasi yang positif, baik untuk pasar saham maupun pasar obligasi.
Baca Juga: Ini Alasan Mirae Asset Proyeksi BUKA dan GOTO Moncer Tahun Depan
Dia juga menilai kondisi itu menjadi peluang untuk memilih strategi investasi yang lebih agresif.
Sementara itu, menurut Robertus, sektor teknologi digital akan menjadi salah satu sektor yang prospektif tahun depan.
Selain saham sektor teknologi digital, saham sektor lainnya, seperti perbankan, telekomunikasi, otomotif, logistik, dan sektor lain yang terkait dengan konsumsi juga dapat dipertimbangkan di tahun politik 2024.
Akhir Tahun 2023
Menjelang akhir 2023, Robertus memprediksi IHSG masih memiliki potensi penguatan pasar signifikan akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar (window dressing) akhir tahun atau biasa disebut Santa Claus Rally terutama pada beberapa saham unggulan (blue chip).
Saham-saham unggulan itu dinilai masih memiliki valuasi yang cukup menarik untuk kembali diakumulasi.
Beberapa dari saham tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Dia menjelaskan, saham ASII memiliki valuasi rasio harga saham per laba (P/E) yang terus turun mendekati level Maret 2020 meskipun valuasi profitabilitas keuntungan ekuitas (ROE) yang meningkat.
Harga saham dan valuasi TLKM juga dinilai membaik dari sebelumnya yang turun tajam.
Saham blue chip lainnya adalah EXCL. Valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV)-nya sudah turun ke bawah 1x.
‘’Menurut kami saham EXCL sudah cukup menarik, meskipun profitabilitas ROE tidak setinggi emiten lain di sektornya, tetapi emiten memiliki rencana besar untuk mengkonsolidasikan 750 ribu pengguna jasa PT Link Net Tbk (LINK). Transaksi ini masih menunggu persetujuan regulator dan diharapkan selesai pada kuartal I/2024," ujarnya.
Baca Juga: BEI Pede Rata-rata Nilai Transaksi Harian Tembus Rp12,25 T di 2024
Robertus menuturkan, salah satu saham blue chip yang masih lagging dan menarik adalah AKRA. Rasio P/E perusahaan masih cenderung stagnan, meskipun profitabilitas ROE masih terus mengalami kenaikan.
Baru-baru ini, perusahaan logistik BBM itu telah menetapkan proyeksi pertumbuhan laba bersih mencapai 12-15% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2024 mendatang.
Hal tersebut ditopang oleh permintaan BBM dan kimia dasar dari Kawasan Indonesia Timur, terutama dari industri pemurnian-peleburan hasil tambang dan mineral (smelter).
Selain itu, perseroan juga optimistis penjualan lahan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik (Jatim) akan mendukung kinerjanya.