c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

04 Juni 2025

10:25 WIB

MIND ID Perkuat Dekarbonisasi Demi Hilirisasi Berkelanjutan

Holding BUMN Pertambangan MIND ID petakan langkah strategis dekarbonisasi mengingat ada proyeksi lonjakan emisi GRK yang disumbang perusahaan di tengah hilirisasi.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">MIND ID Perkuat Dekarbonisasi Demi Hilirisasi Berkelanjutan</p>
<p id="isPasted">MIND ID Perkuat Dekarbonisasi Demi Hilirisasi Berkelanjutan</p>

Diskusi “Transformation of Mining Industry Towards NZE Era” di tengah gelaran Human Capital Summit 2025, Selasa (3/6). Sumber: MIND ID

JAKARTA - Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) tak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi dalam mengemban mandat hilirisasi yang diberikan oleh pemerintah.

Mewakili MIND ID dalam sebuah sesi diskusi di tengah gelaran Human Capital Summit 2025, Direktur Strategic Support & Human Capital PT INALUM Benny Alexander F.D. Wiwoho menekankan implementasi dekarbonisasi jadi salah satu langkah yang tengah digencarkan untuk menuju industri pertambangan rendah emisi dan berkelanjutan.

Dirinya tak menampik ekspansi industri pertambangan lewat agenda hilirisasi secara langsung memberi dampak pada lonjakan kebutuhan energi oleh Grup MIND ID. Dengan demikian, bakal terjadi peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK).

"Isu dekarbonisasi bukan hanya tantangan MIND ID, tetapi tantangan global yang dihadapi oleh seluruh pelaku industri pertambangan dan manufaktur. Ketergantungan pada energi fosil masih tinggi, sementara transisi ke energi bersih membutuhkan kesiapan sistemik," papar Benny di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (3/6).

Baca Juga: MIND ID Andalkan Tiga Proyek Vale Untuk Hilirisasi Nikel

Sebagai informasi, konsumsi energi dari perusahaan-perusahaan tambang pelat merah itu ditaksir melonjak dari 48.000 terajoule (TJ) pada tahun 2023 lalu menjadi 266.000 TJ tahun 2030.

Lonjakan tersebut berpotensi mengakibatkan naiknya sumbangsih emisi gas rumah kaca (GRK) dari MIND ID dari 4.100 kiloton CO2 ekuivalen (ktCO2e) menjadi kisaran 31.060 ktCO2e. Artinya, bakal ada peningkatan lebih dari tujuh kali lipat dari 2023 ke 2030.

Karena itu, MIND ID sudah membidik penurunan emisi sebesar 21,4% pada tahun 2030. Tak sekadar merespon lonjakan emisi yang kemungkinan bakal terjadi, Benny menegaskan target itu juga ditetapkan sebagai bentuk kontribusi terhadap pencapaian Enhanced Nationally Determined Contribution, serta langkah menuju NZE tahun 2060 atau lebih cepat.

"Ini adalah tantangan yang harus dikelola secara strategis. Target 21,4% merupakan peta jalan kami dalam memastikan bahwa pertumbuhan industri tetap sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan," kata dia.

Empat Strategi Kurangi Emisi
Sementara itu, Corporate Secretary MIND ID Pria Utama mengungkapkan pihaknya telah merumuskan empat strategi utama untuk mencapa target pengurangan emisi sebesar 21,4% tersebut.

Langkah pertama yang akan dijalankan, ialah dengan peralihan bahan bakar ke sumber yang lebih rendah karbon. Misalnya dengan pemanfaatan B35, B40, maupun Liquified Natural Gas (LNG) untuk menekan penggunaan bahan bakar berbasis fosil.

Kemudian, MIND ID juga berkomitmen mendongkrak efisiensi operasional lewat beragam inovasi proses penambangan dan peleburan, serta melancarkan digitalisasi dan elektrifikasi pada setiap lini produksi.

Ketiga, adalah pemanfaatan energi terbarukan seperti panel surya (Solar PV), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), hingga masifikasi teknologi co-firing pada fasilitas pembangkit listrik dan peleburan.

Baca Juga: Bukan Jadi DME, Legislator Dorong MIND ID Olah Batu Bara Jadi Grafit Sintetis

Strategi terakhir, adalah pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) dan carbon offset lewat partisipasi Grup MIND ID dalam perdagangan karbon hingga pengembangan proyek berbasis alam (Nature Based Solutions/NBS).

Ditegaskan Pria, langkah-langkah yang sudah disusun itu menjadi cerminan arah strategis Holding BUMN Pertambangan MIND ID untuk menyeimbangkan pertumbuhan industri dengan tanggung jawab ekologis yang saat ini semakin mendesak.

"Kemajuan industri harus disertai dengan tanggung jawab yang semakin besar terhadap lingkungan. Masa depan pertambangan bukan hanya soal menghasilkan lebih banyak, tetapi bagaimana kita menghasilkan dengan cara yang lebih bijak," tandas Pria Utama.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar