17 Januari 2023
15:28 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Desakan untuk mempercepat proses transisi energi menjadi kepentingan yang harus dipersiapkan seluruh negara. Ini dilakukan demi menekan emisi gas rumah kaca global dan menahan laju kenaikan suhu.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat pertemuan The 13th Session of the Assembly of the International Renewable Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin (16/1).
Dalam hal ini, dia menegaskan Indonesia punya komitmen mengakselerasi transisi energi pada tahun ini. Adapun upaya yang dilakukan meliputi program pengembangan energi baru terbarukan (EBT), hingga pengakhiran operasional PLTU lebih dini.
"Termasuk juga cofiring biomassa pada PLTU, program mandatori biodiesel 30%, serta pengembangan jaringan listrik supergrid," ujar Arifin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (17/1).
Baca Juga: IESR: Pangsa EBT 2022 Turun Dibandingkan Tahun Lalu
Menteri Arifin menegaskan deretan upaya itu merupakan langkah nyata menuju target net zero emission (NZE) selambatnya 2060 mendatang, serta sebagai dukungan Indonesia terhadap United Nations Climate Conference COP28 dalam rangka memastikan program yang berjalan sejalur dengan perencanaan.
"Indonesia juga terus menyiapkan beragam payung hukum untuk kepastian usaha yang kondusif di sektor EBT agar mampu meningkatkan utilisasi pengembangan industri EBT dan perekonomian nasional," sambung dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera menyebutkan kerja sama antarnegara sangat diperlukan dalam rangka menyukseskan transisi energi.
Langkah-langkah strategis, ucapnya, harus terus dilancarkan sambil memastikan manfaat transisi energi tersebar secara merata.
"Kerja sama internasional akan memainkan peran penting dalam memastikan semua negara punya kesempatan mempercepat penyebaran teknologi dan mengamankan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka," kata Francesco.
Asal tahu saja, IRENA merupakan badan internasional yang bertujuan mengatasi perubahan iklim lewat pemanfaatan energi ramah lingkungan. Pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan secara luas pun dilakukan badan tersebut lewat kegiatan-kegiatan yang konkret.
Adapun pada diskusi The 13th Session of the Assembly of the IRENA itu, telah disimpulkan salah satunya dunia tidak berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan iklim dan pembangunan bahkan mengalami kemunduran dalam beberapa kasus.
Baca Juga: Negara Hanya Penuhi 11% Dana EBT, Blended Finance Jadi Solusi
Kesimpulan lain ialah tindakan strategis tidak dapat ditunda dan harus diambil dengan solusi yang sudah tersedia. Meskipun setiap negara berbeda, namun masing-masing harus menemukan cara dalam menyeimbangkan prioritas nasional dengan tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Lebih lanjut, Menteri Arifin yang juga menjabat Vice President of Assembly IRENA turut menyinggung peran Asia Tenggara dalam perwujudan transisi energi. Langkah agresif yang dilakukan antara lain pengembangan inovasi teknologi rendah karbon dengan pendanaan yang besar.
"Merujuk laporan IRENA, tahun 2050 mendatang ASEAN butuh pembiayaan US$29,4 triliun, termasuk biaya bahan bakar, operasi, dan pemeliharaan serta skenario biaya permodalan dengan 100% energi terbarukan," ucap Arifin Tasrif.