c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

27 Oktober 2025

16:00 WIB

Menperin: SBIN Sanggup Bawa Industrialisasi RI Tahan Goncangan Global

Menperin optimistis Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) jadi jurus industri nasional menghadapi berbagai tantangan ekonomi. SBIN jadi cetak biru industrialisasi Indonesia menuju 2045.

Penulis: Ahmad Farhan Faris

Editor: Khairul Kahfi

<p>Menperin: SBIN Sanggup Bawa Industrialisasi RI Tahan <em>Goncangan</em> Global</p>
<p>Menperin: SBIN Sanggup Bawa Industrialisasi RI Tahan <em>Goncangan</em> Global</p>

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan arahan dalam rapat kerja di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (27/10). ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris

JAKARTA - Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis, Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) yang Kemenperin rancang bisa menjadi jurus industri nasional dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi saat ini. Menurutnya, SBIN merupakan cetak biru industrialisasi Indonesia menuju 2045. 

Dia juga menjamin, SBIN bukan kebijakan sektoral Kemenperin semata, melainkan strategi nasional yang lebih panjang di dalam Asta Cita dan sejalan dengan RPJPN 2025-2045. SBIN menempatkan industri sebagai tulang punggung perekonomian nasional, motor kemandirian, dan wahana untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

“SBIN adalah jawaban atas kompleksitas dunia pascapandemi, pascakarbon, dan pascaunipolar. SBIN bukan sekadar kumpulan program, tetapi merupakan kerangka pikir menyeluruh yang menuntun kita dalam menjalankan pembangunan industri,” tegasnya saat Rapat Kerja Kementerian Perindustrian 2025 di Jakarta, Senin (27/10).

Baca Juga: Kunci Indonesia Emas 2045, RI Butuh Produktivitas Untuk Tumbuh 7%

Pihaknya mengidentifikasi, industri manufaktur mesti menghadapi berbagai tantangan ekonomi di tingkat global. Mulai dari, ketegangan geopolitik yang menyebabkan fragmentasi geoekonomi, perang dagang, hingga ketidakpastian akses pasar.

Selain itu, isu perubahan iklim sampai ekonomi hijau mendesak industri untuk segera bertransformasi. Lantaran, negara maju menerapkan 'penghalang' masuknya produk industri negara berkembang seperti pengetatan standar lingkungan, pemberlakuan Carbon Border Adjustment (CBAM) dan perluasan instrumen nontarif.

Belum usai, industri manufaktur yang tidak bertransformasi dari cara produksi, model bisnis, hingga rantai distribusi juga akan dihadapkan pada efek ekses negatif AI, IoT, big data, robotika, dan teknologi berbasis energi baru yang bersiap menciptakan peluang baru. 

Karena itu, Agus menekankan, industrialisasi bukan semata proses teknis, melainkan strategi pembangunan bangsa.

"Industrialisasi adalah cara untuk meningkatkan standar hidup manusia, standar hidup masyarakat, untuk memperluas kesempatan kerja, meningkatkan produktivitas, serta menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh," paparnya.

Empat Pedoman SBIN
Agus menyampaikan, SBIN bertumpu pada empat pedoman utama. Pertama, industrialisasi berbasis sumber daya alam yang strategis, karena RI memiliki keunggulan komparatif pada sumber daya agro, mineral, dan migas.

“Selama ini, kita terlalu lama menjadi eksportir bahan mentah dengan nilai tambah rendah,” ujarnya.

Dia menggarisbawahi, hilirisasi merupakan jalan mengubah kekayaan alam mentah menjadi produk bernilai tinggi.  Dia mencontohkan, hilirisasi nikel menjadi baterai, kelapa sawit menjadi oleokimia dan bioenergi, dan batu bara menjadi gasifikasi. 

“Ini semuanya adalah contoh nyata bagaimana hilirisasi bisa mengubah wajah perekonomian nasional,” ucapnya.

Kedua, pengembangan ekosistem dari industri. Kemenperin siap meningkatkan keterkaitan hulu-hilir industri, salah satunya dengan membangun klaster industri terintegrasi atau Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI).

Baca Juga: Menperin: Indonesia Punya Potensi Besar Kembangkan Industri Coal To Chemical

Kemenperin juga siap mengintegrasikan desa sebagai simpul bahan baku dengan pusat pertumbuhan, sehingga industri dapat menjadi kegiatan inklusif.

“SDM kompeten juga harus menjadi bagian dari ekosistem ini karena tanpa tenaga kerja terampil, tentu industri tidak akan mampu untuk berkembang, tumbuh apalagi memiliki daya saing yang tinggi,” ungkapnya.

Ketiga, pengembangan teknologi industri untuk bisa lepas dari ketergantungan menjadi negara pengguna. Indonesia harus bisa mengutilisasi digitalisasi hingga AI untuk mengoptimalkan proses produksi industri.

“Penguasaan teknologi bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk menciptakan nilai tambah baru, nilai tambah yang lebih tinggi,” ujarnya.

Keempat, mewujudkan industri yang berkelanjutan. Industrialisasi tidak boleh mengorbankan lingkungan maupun budaya. Kemenperin juga siap membangun industri hijau, ekonomi sirkular, dan memastikan bahwa pertumbuhan industri bisa berjalan selaras dengan keberlanjutan ekologi.

“Industrialisasi bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi kita harus menyiapkan fondasi untuk generasi yang akan datang. Inilah empat pola pikir yang menjadi pilar SBIN, dan kita harus mampu memaknai serta mewarnai setiap kebijakan, program, dan arahan dari Kementerian Perindustrian,” jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar