14 Oktober 2025
20:44 WIB
Menperin: Pengusaha Harus Transformasi Ke Industri Hijau Biar Tidak Ketinggalan Kereta
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menilai transformasi menuju industri hijau bukanlah opsi melainkan keharusan. Begini alasannya.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita di Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan pada Selasa (14/10). ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan transformasi industri hijau merupakan sebuah keniscayaan. Tidak ada opsi lain lagi bagi pelaku industri selain menjalankan transformasi. Karena itu, pemerintah mengintervensi agar transformasi menjadi industri hijau bisa berjalan lebih cepat.
"Pandangan saya bagi para pelaku industri seharusnya, tidak ada pilihan, tidak ada opsi. Mereka harus transform ke industri hijau. Kenapa? Mohon maaf, agar tidak ketinggalan kereta," kata Agus di Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan pada Selasa (14/10).
Menurutnya, pasar memang memiliki preferensi pada produk-produk hijau yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya Eropa yang telah menerapkan berbagai kebijakan perlindungan lingkungan, misalnya CBAM (carbon border adjustment mechanism).
Karena itu, penciptaan nilai tambah industri manufaktur berada dalam proses transformasi menuju industri hijau.
Baca Juga: Kemenperin Dorong Pelaku Usaha Segera Transformasi Menuju Industri Hijau
"Memang arahnya untuk bisa masuk ke negara-negara EU (European Union) itu harus mendapat sertifikasi, harus mendapat jaminan bahwa produk-produk yang masuk ke EU itu ramah lingkungan atau produk-produk hijau," jelasnya.
Oleh sebab itu, Agus menegaskan pemerintah harus mengintervensi dan mendorong transformasi tersebut.
"Kami pemerintah sadar, pemerintah harus hadir dalam upaya mentransformasi dari industri menjadi industri hijau," ujarnya.
Sejak diberi mandat sebagai Menteri Perindustrian tahun pertama, Agus mengaku sudah menyiapkan roadmap bukan hanya transformasi atau transisi industri hijau, tapi percepatan transformasi.
Kemenperin pun telah menetapkan zero emission industri manufaktur bisa dicapai pada 2050, atau lebih cepat satu dekade ketimbang National Zero Emission (NZE) yang ditetapkan pada tahun 2060.
"Kita tetapkan bahwa manufaktur sudah mencapai NZE atau National Zero Emission di tahun 2050, sebetulnya lebih cepat kita tarik," kata Agus.
Ia menilai terdapat dua hal penting untuk mendukung transformasi industri hijau, yaitu pendanaan hijau atau green financing dan teknologi.
Dukungan pendanaan penting sebagai investasi yang akan mendatangkan manfaat lebih besar kepada pelaku industri.
"Kami melihat dalam beberapa pada tahun-tahun awal, kami meluncurkan program transformasi industri hijau, memang bagi banyak pengusaha industri itu melihat bahwa transformasi menuju industri hijau itu cost, bukan investment," jelas dia.
Untuk itu, Agus mengatakan Kementerian Perindustrian terus melakukan sosialisasi bahwa uang yang dikeluarkan bukan biaya melainkan investasi yang akan menghasilkan kemudian.
Salah satu program yang dipersiapkan pemerintah dalam memberikan dukungan investasi ini adalah pemberian soft loan dan grant melalui kerja sama dengan Bank Dunia.
"Untuk membiayai transformasi industri dari industri yang konvensional menjadi industri hijau," jelas dia.
Pemerintah juga menyiapkan sebuah konsep yang disebut GISCO, yaitu Green Industry Service Company. GISCO itu nanti akan mempersiapkan pendanaan dan teknologi.
"Teknologi sendiri itu ada, dan makin lama teknologi itu sendiri akan semakin affordable, kalau boleh disebut akan semakin murah," imbuhnya.
Baca Juga: Agar Industri Bertransformasi Menjadi Lebih Hijau
Terkait teknologi, Agus mengungkapkan pihaknya sudah melakukan uji coba pendekatan carbon capture utilization (CCU), bukan pendekatan storage. Penerapan teknologi ini, kata dia, kerja sama dengan perusahaan teknologi dari Taiwan dan PT. Petrokimia Gresik.
"Alat sudah dipasang, diproses produksi di Petrokimia Gresik, dan hasilnya alat tersebut bisa mengurangi emisi gas sebesar hampir 30-40%. Bayangkan, kalau satu pabrik sudah bisa mengurangi 40% dari emisi terhadap proses produksinya, itu akan jauh lebih ramah lingkungan," ungkapnya.
Agus menyebut Kementerian Perindustrian dalam waktu dekat ini akan meluncurkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional atau SBIN. "Itu dalam rangka kita menyesuaikan policy dari Bapak Presiden yang dikatakan dengan Asta Cita dan program-program kita," pungkasnya.