27 Januari 2023
20:07 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) untuk terus mendongkrak kinerja pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) produsen furnitur dalam negeri.
Apalagi berdasarkan kajian Center for Industrial Studies (CSIL), pendapatan industri furnitur global diproyeksikan meroket dari US$1,3 triliun pada 2020 menjadi US$1,6 triliun di 2025.
Kinerja pelaku usaha mebel sendiri sudah membaik semenjak pandemi. Ekspor furnitur pada 2021 tercatat mencapai US$2,5 miliar atau meningkat 33% jika dibandingkan capaian 2020 yang hanya sebesar US$1,9 miliar.
"Ini masih bagus karena di tengah pandemi masih bisa tumbuh. Kita punya target ekspor furnitur mulai tahun 2025 sebesar US$5 miliar/tahun," kata MenKopUKM saat memberikan sambutan pada Rapat Kerja Nasional Pertama Asmindo di Jakarta, Jumat (27/1).
Baca Juga: MenkopUKM: Industri Furnitur Harus Kuasai Pasar Domestik Dan Global
Pada kesempatan itu, dia pun melayangkan apresiasi terhadap peran Asmindo yang selama ini terus mendorong pelaku usaha mebel agar terus berdaya saing, semangat, dan tumbuh, sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Di sisi lain, KemenkopUKM akan terus memperkuat ekosistem UMKM mulai dari sisi produksi, kemitraan, SDM, pendanaan, hingga pemasaran, seperti melalui penguatan rantai pasok dan jaminan pasokan bahan baku.
"Berkaitan dengan itu, kita bersyukur MoU antara Asmindo dengan PT Perhutani untuk pasokan bahan baku kayu sudah berjalan. Kalau kayu jati Perhutani hanya bisa diakses segelintir orang, ini tidak bagus," ungkapnya.
Para pelaku usaha mebel, lanjutnya, juga dapat memanfaatkan kebijakan 40% belanja pemerintah dan pemda untuk UMKM. Badan Pusat Statistik (BPS) telah memperkirakan belanja pemerintah akan meng-create 1,85% pertumbuhan ekonomi jika kebijakan itu berjalan dengan optimal.
"Pendekatan ini bukan berarti kita menutup produk dari luar, tetapi ingin mencari substitusi impor," jelas Teten.
Baca Juga: Kemenperin Siap Dukung Target Ekspor Furnitur US$5 Miliar Di 2024
Namun demikian, alokasi 40% belanja pemerintah untuk UMKM diharapkan tidak membuat pelaku usaha abai terhadap kualitas produk. Untuk itu, Teten juga mendorong terjalinnya kemitraan antara usaha besar dengan pelaku UMKM.
"Konsepnya, kita ingin umkm jadi bagian industrialisasi. Kalau tidak begitu, UMKM kita tidak akan meningkat kualitas produknya. Kita ingin dorong sebagaimana di Korea Selatan, China, ataupun Jepang sehingga produk mereka lebih berkualitas," imbuhnya.
Untuk itu, Teten menyarankan agar Asmindo turut menggelar business matching dengan pemerintah ketika menggelar pameran produk furnitur. Tujuannya, agar kebijakan belanja pemerintah cepat terserap di kuartal awal tahun ini.
"Nanti kita business matching dengan LKPP sekaligus pameran. Perlu diajak juga secara khusus adalah Kemendikbudristek karena tahun lalu ada anggaran Rp54 Miliar untuk pengadaan di sekolah," ucapnya.
Pasar Ekspor
Kemudian soal perluasan pasar, Teten berharap Asmindo bisa membantu pelaku usaha mebel untuk menjamah pasar internasional.
Khususnya untuk wilayah Uni Eropa, KemenkopUKM bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia beberapa waktu lalu telah meresmikan Indonesia Trading House di Swiss, salah satunya untuk membantu menangani masalah logistik yang kerap menghantui pelaku usaha.
"Indonesia Trading House akan menjadi agregator UMKM. Di sisi lain, kita harapkan ada kerja sama dengan perusahaan logistik ternama di sana," jabar MenkopUKM.
Dia juga membeberkan bahwa pasar Eropa saat ini memprioritaskan produk yang berbasis sustainability. Kondisi ini sejalan dengan pengembangan produk berkelanjutan yang dilakukan pemerintah belakangan ini, misalnya sepeda bambu yang dipamerkan pada KTT G20 2022 lalu.
"Pasar Eropa hanya akan terbuka untuk green industry. Saya yakin kebijakan ini sudah relevan dengan industri furnitur di Indonesia," ucapnya.