13 November 2025
19:31 WIB
Menko Airlangga: Minyak Sawit Kunci Sumber Pendapatan Nasional
Airlangga menyebut, minyak sawit sebagai salah satu pilar ekonomi terpenting lantaran memiliki kontribusi besar pada surplus nilai neraca perdagangan Indonesia.
Penulis: Siti Nur Arifa
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kota Bengkulu, Bengkulu, Kamis (10/10/2024). Sumber: AntaraFoto/Muhammad Izfaldi
JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, minyak sawit masih menjadi salah satu pilar ekonomi terpenting Indonesia. Hal tersebut, terlihat dari kontribusi besar minyak sawit terhadap surplus nilai neraca perdagangan Indonesia sebesar US$4,34 miliar pada September 2025.
Sementara itu per Januari-September 2025, volume ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 28,66 juta ton, atau meningkat 11,26% dibandingkan tahun lalu. Airlangga mengatakan, harga rata-rata minyak sawit mentah dan tandan buah segar (TBS) juga tetap di atas Rp3.000 per kilogram, sehingga berdampak positif bagi produsen dan jutaan petani kecil.
“Dari Januari hingga September, ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 28,66 juta ton, meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. India dan Tiongkok, masih menjadi pasar utama ekspor minyak sawit Indonesia, sementara Jepang dan Selandia Baru menunjukkan peningkatan permintaan produk non migas berbasis sawit,” kata Airlangga saat memberikan sambutan virtual dalam The 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025, Kamis (13/11).
Baca Juga: B50 Bisa Rugikan RI Rp18 T dan Ancam Daya Saing Sawit, Kok Bisa?
Dengan pertumbuhan tersebut, Airlangga mengatakan kinerja komoditas minyak sawit Indonesia tidak boleh berhenti pada ekspor bahan mentah. Melalui strategi hilirisasi, pemerintah berupaya meningkatkan nilai tambah, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memperkuat industri terkait.
Adapun dalam strategi hilirisasi yang dimaksud, Menko menggarisbawahi upaya pemerintah dalam mengubah minyak sawit menjadi energi bersih melalui program mandatori biodiesel, yang saat ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Dirinya mengatakan, pada 2024, Indonesia telah menerapkan Program B40 yang telah berhasil mengurangi impor bahan bakar fosil lebih dari 15,6 juta kiloliter dan mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 41,46 juta ton setara CO₂.
“Saat ini, kami juga sedang mempersiapkan tahap selanjutnya, yaitu penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) berbasis kelapa sawit,” tambahnya.
Memfasilitasi Hilirisasi Sawit
Lebih lanjut, Airlangga mengungkap salah satu upaya dalam mendukung hilirisasi produk sawit saat ini sedang dilakukan melalui kerja sama antara PT Pindad dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), dalam Pengembangan Fasilitas Produksi Industri Pertahanan.
“Inisiatif ini akan memanfaatkan sumber daya lokal, termasuk material berbasis minyak sawit,” kata Menko Airlangga.
Baca Juga: Produksi Dan Ekspor CPO Turun, Konsumsi Domestik Sawit Naik Di Agustus 2025
Guna memastikan daya saing dan keberlanjutan, Menko mengungkit Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2025 untuk memperkuat sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO), yang memastikan produk minyak sawit Indonesia sudah sesuai standar lingkungan dan global.
“Kami juga sedang mempersiapkan Sistem Informasi ISPO, yang menghubungkan data perkebunan, sertifikasi, dan perdagangan. Sistem ini juga meningkatkan transparansi dan memungkinkan pelacakan produk secara real-time,” tambahnya.