c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

22 Mei 2023

20:35 WIB

Menjual Kekhasan Borneo Ala Rerejunacraft

Berawal dari sebatas hobi menjahit, Rerejuna yang didirikan Esterlina (46 tahun) berhasil menarik perhatian pasar.

Menjual Kekhasan Borneo Ala Rerejunacraft
Menjual Kekhasan Borneo Ala Rerejunacraft
Produk tas entis Kalimantan Barat buatan Rerejuna Craft. Sumber: instagram/rerejunacraft

JAKARTA – Industri kreatif menjadi salah satu sektor yang punya daya tarik kuat, khususnya di kalangan anak muda. Peluang pun muncul dari tingginya animo terhadap dunia kreatif dengan beragam subsektornya. Salah satunya adalah kerajinan atau craft

Potensi itu terlihat dari nilai ekspor yang kian meningkat setiap tahunnya sejak 2020 hingga 2022.

Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor industri kerajinan sepanjang 2020 mencapai US$829 juta. Bagai tak terhempas pandemi covid-19, nilainya meningkat jadi US$916 juta pada 2021 dan terakhir menjadi US$946 juta pada 2022.

Jika bicara soal industri kerajinan, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Bali memang kerap menjadi kiblatnya. Ketiga wilayah itu acap menjadi sorotan karena kekayaan seni budaya yang turut dituangkan dalam sederet produk-produk kerajinan tangan.

Meski begitu, sepertinya Pulau Kalimantan tak bisa disepelekan dalam hal menciptakan kerajinan tangan. Sebagai bagian dari Indonesia, Tanah Borneo pun memiliki segudang seni kebudayaan yang juga tertuang dalam produk kerajinan, mulai dari kain tenun atau songket dengan motif yang khas, hingga berbagai bentuk anyaman.

Esterlina (46 tahun) merupakan salah satu orang yang mungkin secara tidak sengaja ikut berpartisipasi dalam mendongkrak eksistensi produk kerajinan dari Kalimantan Barat. Hobinya sebagai 'emak-emak', yakni menjahit, dia bentuk menjadi sebuah brand yang dinamakan Rerejuna. Rerejuna sendiri berasal dari nama kedua anaknya, Rere dan Juna.

Awalnya, dia hanya sebatas menjahit tas atau dompet kecil dengan kain-kain sisa, baik itu kain flanel maupun kain bekas bermotif kotak-kotak. Ide tersebut muncul ketika dia melihat tren dompet-dompet yang berukuran kecil dan hanya berfungsi untuk menyimpan kartu ataupun uang logam.

"Saya memang hobi menjahit, tapi tahun 2016 itu saya mulai fokus awalnya membuat dompet dengan tangan atau manual karena tidak punya mesin jahit. Jadi dompet itu bisa untuk menyimpan kartu, bahkan handphone karena saat itu ukurannya (ponsel) masih kecil," sebut Ester saat dihubungi Validnews dari Jakarta, Minggu (21/5).

Apa yang  dilakukannya ternyata berbuah manis. Mulai banyak yang tertarik dengan hasil karya Ester. Kemudian, datanglah satu hingga dua pesanan tas dalam sebulan. Ester awalnya menganggap itu sebagai hobi dan belum berpikir untuk menjadikannya sebagai ladang cuan.

"Peminatnya hanya satu atau dua saja dalam sebulan. Tapi dari situ, saya banyak belajar teknik-teknik lain dari yang awalnya hanya dompet kecil karena tidak ada mesin jahit," urainya dia.

Pada masa-masa itu, Ester mengaku hanya merogoh kocek sekitar Rp100 ribu untuk membeli kain-kain dan peralatan seadanya. Selebihnya, dia mengolah perputaran keuangan dari sistem pre-order, artinya orang harus membayar terlebih dahulu saat memesan tas sebelum digarap.

“Karena kita ini tidak ready stock, melainkan tas custom. Jadi, orang membayar dulu, baru kita kerjakan pesanan mereka,” ungkapnya.

Satu per satu pesanan kemudian bertambah, kala dia mulai rutin mengunggah foto hasil karya di Facebook. Selain itu, adik perempuannya juga secara tak langsung ia manfaatkan sebagai media promosi Rerejuna.

"Awalnya saya bikin Dompet Accordion, posting di Facebook karena zaman sekarang kan apa-apa pasti di-posting. Lalu saya punya dua adik perempuan yang tinggal di asrama, pasti banyak teman wanita yang melihat karya saya lalu memesan," imbuhnya.

Baca juga: Desa Wisata Sumberbulu Siapkan Pengalaman Wisata Jadi Warga Desa

Besarkan Rerejuna

Dari beberapa kali menerima pesanan, Ester akhirnya sadar hobinya perlahan telah menjadi lahan usaha. Pada 2017, dia pun hijrah dari Kabupaten Sanggau ke Kota Pontianak. Tujuannya untuk sowan ke sesama pengrajin di wilayah yang lebih besar.

Tak hanya bersilaturahmi, Ester juga mulai bergerak membesarkan Rerejuna, salah satunya dengan bergabung bersama beragam asosiasi UMKM. Langkah lanjutnya adalah mendaftarkan diri untuk ikut dalam pelatihan atau pembinaan yang diadakan oleh dinas terkait di Kota Pontianak.

Hingga saat itu pun, Ester masih menggunakan konsep pre-order untuk memperdagangkan hasil karyanya. Apabila pelanggan datang ingin membuat tas atau dompet, dia menunggu motif yang diinginkan pelanggan, ukuran, serta kuantitasnya, lalu digarap setelah pembayaran.

"Tapi walaupun custom, kita juga bisa satuan dan tidak harus misalnya 10 pieces atau selusin," tegas Ester.

Khas Kalbar

Lagi-lagi, ketidaksengajaan membawa Ester menggarap produk dengan kain bermotifkan khas Kalimantan Barat. Padahal sejak awal, Ester membuat tas ataupun dompet dengan motif berdasarkan permintaan customer. Seiring berjalannya waktu, pesanan dengan corak-corak khas Suku Dayak pun berdatangan ke Rerejuna.

Di sisi lain, keanggotaan Ester pada sebuah asosiasi UMKM yang berorientasi ekspor juga menjadi alasan citra Rerejuna sebagai brand kerajinan dengan motif etnik khas Kalimantan Barat.

"Jadi saya juga bergabung dengan semacam komunitas kerajinan yang mengarah ke ekspor, kita diimbau memakai motif-motif khas lokal. Karena kita UMKM biasanya ada pameran dan pembinaan, kita juga diarahkan menggunakan kain khas dari Kalimantan Barat," kata dia.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Produk dengan motif khas Kalimantan Barat yang dikaryakan oleh tangan Ester pun mendapat sambutan hangat dari pasar. Semakin banyak pelanggan yang memesan tas atau dompet dengan corak melayu ataupun corak dayak.

Meski hingga kini tidak membatasi pesanan pada produk khusus corak dayak, Ester mengakui motif tersebutlah yang paling banyak dipesan melalui sosial media Rerejuna. Bahkan, hingga kini belum ada pesanan yang masuk untuk motif di luar Kalimantan Barat.

"Kalau misalnya motif dari Jawa, itu kan di sana sudah banyak pengrajinnya, jadi di luar jangkauan saya. Apalagi, hingga kini saya masih organik dan belum pakai iklan," tutur Ester.

Soal proses produksi, Ester hanya memakan waktu sekitar 30 menit untuk membuat satu unit pouch

Sementara untuk tas ransel, merupakan produk dengan waktu pembuatan terlama, yakni di kisaran dua hingga tiga jam hingga satu unitnya selesai.

"Kalau tidak terburu-buru, pokoknya saya siapkan 4-5 jam untuk produksi karena saya juga kan ibu rumah tangga. Jadi, saya harus antar jemput anak, masak, dan lain-lain," tambahnya.

Baca juga: Talawang, Perisai Suku Dayak Yang Punya Daya Magis

Dilirik BI

Ester mengungkapkan, biasanya pesanan produk ransel atau tas wanita hanya dalam hitungan jari per bulannya. Lain halnya dengan totebag dan pouch, sudah banyak pesanan dalam partai besar yang masuk ke Rerejuna.

Namun, belakangan, Rerejuna mendapat pesanan 140 buah totebag untuk sebuah event oleh Bank Indonesia (BI). Pesanan itu baginya sudah cukup membuktikan bahwa totebag merupakan produk Rerejuna yang paling dicari oleh pembeli.

"Beberapa bulan belakangan yang paling laku itu totebag karena kebetulan juga ada pesanan dari BI secara massal. Kalau untuk satuan ya bervariasi antara pouch dan totebag," ucap Esterlina.

Soal omzet, diakuinya masih belum stabil. Meski sempat merasakan perkembangan secara drastis sebelum pandemi covid-19, Ester juga mengalami dampak buruk dari bencana tersebut. Di kala pandemi, pada umumnya, orang hanya membeli tas satu kali untuk dipakai dalam jangka waktu yang lama.

"Ditambah lagi ini handmade yang tentu bikinnya lebih rapi dari pabrikan, sehingga kemungkinan cepat rusak itu lama," pungkasnya.

Dari sisi omzet ini, pesanan dari BI diakuinya menjadi rekor bagi Rerejuna. Biasanya dia hanya meraup omzet Rp2-3 juta per pesanan massal. Namun, kini dia mampu mengantongi Rp14 juta dari pesanan Bank Indonesia itu.

Produk Rerejuna sendiri hingga kini sudah menjangkau hampir seluruh wilayah di Indonesia dan belum menyasar pasar di luar negeri.

Meski berbisnis, Ester tak menghilangkan idealisme. Dalam menggarap produk, dia masih sangat dominan. Mulai dari perancangan hingga eksekusi produksi, dia tetap berkecimpung. 

Keterlibatan ini diyakini tetap masih akan dominan ke depan. Ester justru tengah mencoba menyadur kemajuan pasar dengan bumbu idealisme tertentu dalam berkreasi.

"Dengan adanya idealisme masing-masing, pelanggan yang suka dengan karya kita itu bisa puas, sesuai dengan keinginannya mereka," ucapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar