c

Selamat

Jumat, 19 April 2024

EKONOMI

26 Oktober 2021

20:50 WIB

Memermak Gim Lokal Laku Di Global

Triliunan rupiah belanja gim masyarakat mengalir keluar negeri saban tahun

Penulis: Rheza Alfian,Yoseph Krishna,Fitriana Monica Sari,Khairul Kahfi,

Editor: Fin Harini

Memermak Gim Lokal Laku Di Global
Memermak Gim Lokal Laku Di Global
Ilustrasi remaja sedang bermain game online di PC. Shutterstock/dok

JAKARTA – Lebih dari sekadar ajang melepas jenuh dengan jentikan jari, gim sejatinya menjanjikan sebagai sumber ekonomi baru untuk mewarnai Indonesia pada masa depan. Tak heran jika Joko Widodo dalam janji kampanye sebelum resmi didapuk jadi presiden ke-7 berhasrat menaikkan potensi ekonomi gim di Tanah Air. 

Kala itu, ia menyebutkan, pemerintah meski tanggap dan responsif terhadap perubahan global yang terjadi. Mulai dari penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), IoT, hingga teknologi digital lain yang lekat dengan gaya hidup anak muda. 

Ia juga menjanjikan upaya memujudkan infrastruktur digital serta pembangunan ekosistem suportif bagi industri gim dalam negeri. Estimasi Jokowi pada 2019, nilai ekonomis industri gim bisa tumbuh mencapai Rp11-12 triliun/tahun. 

Namun, tanpa disadari ternyata potensi ekonomi tersebut bisa menguap begitu saja bagi Indonesia. Lantaran pemilik dan pengembang gim yang hype dimainkan setiap harinya merupakan garapan studio atau pengembang asing. 

Sebagai gambaran, Asosiasi Game Indonesia (AGI) menyebut di 2020, warga Indonesia mengeluarkan Rp25–30 triliun/tahun untuk kebutuhan gim. Kendati begitu, pengembang lokal hanya menikmati sebesar US$8,7 juta atau setara Rp125 miliar, sekitar 0,5% saja, sisanya lari keluar negeri. 

“Jumlah ini sangat kecil dibandingkan negara lain seperti Malaysia sebesar US$130 juta dan Polandia US$500 juta,” ujar Ketua AGI Cipto Adiguno kepada Validnews, Selasa (26/10). 

Potensi pertumbuhan industri gim ke depan disebut Cipto sangat besar. Ia menyebutkan, gim adalah salah satu industri konten terbesar di dunia dengan nilai US$175 miliar, melebihi industri layar lebar maupun permusikan. Bahkan pada masa pandemi, industri gim tumbuh 19,4% pada tahun 2020.

“Industri gim masih mengalami pertumbuhan signifikan setiap tahunnya,” imbuhnya. 

Sayangnya, jika tidak ada perubahan besar, pada 2025 pun industri gim lokal hanya akan mencaplok pangsa 2,4% setara US$67,8 juta, dari keseluruhan potensi market gim di nusantara senilai US$2,79 miliar. Asumsi itu bahkan sudah mempertimbangkan intervensi pemerintah dan industri terkait tumbuh optimis stabil di 51%.  

Menyambut pasar lebih besar, AGI bertekad melakukan perubahan radikal di ekosistem industri gim lokal. Niatannya untuk bisa menguasai 10% market Tanah Air pada 2030.

Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menerangkan, setidaknya ada tiga model bisnis yang jamak dilakukan di Indonesia. Yakni, penjualan langsung gim berbayar di platform daring; lalu pembelian dalam gim (in-app purchase) via voucher; serta pemanfaatan hingga pengolahan data pribadi si pemain. 

Dalam jangka panjang, ketiga model bisnis ini berisiko bagi neraca pembayaran, karena sebagian besar gim yang diunduh dan dimainkan adalah hasil produk perusahaan asing. Aliran dana keluar itu pun bisa diidentifikasi sebagai transaksi berjalan via sektor jasa gim. 

"Misal, ketika pemain membeli voucher meski dengan rupiah, akan masuk ke rekening perusahaan gim asing. Tentu hasil pembayaran tersebut akan ditransfer ke negara asalnya," terang Bhima kepada Validnews, Sabtu (23/10).

Kasarnya, jika ada 20–40% dari 2 juta pemain aktif getol membeli voucher gim seharga Rp100.000/pemain kurun waktu sebulan saja, Indonesia mesti mengkonversi dana voucher tersebut setara Rp80 miliar/bulan. 

Tantangannya semakin besar, karena jumlah pemain gim online terus bertambah karena kepopulerannya dan tidak mengenal batasan umur pengguna. Apalagi, pengguna internet aktif di Indonesia saat ini sekitar 143 juta orang.

"Sehingga, ke depannya fenomena game online ditopang oleh kompetisi e-sport tapi gimnya buatan asing. Makin populer gim asing, makin bocor devisa Indonesia," jelasnya.

Senada, Direktur Industri Kreatif, Film, Televisi, dan Animasi Kemenparekraf Syaifullah menyebutkan, secara umum industri gim baik lokal maupun global pada tahapan yang sangat baik. Potensi yang besar bersanding dengan pertumbuhan yang relatif cepat. 

Hanya saja, penguasaan pasar oleh pengembang gim lokal begitu terbatas secara pengaruh. Posisinya dalam lima tahun terakhir pun diakui hampir tidak bergerak alias stagnan, dengan penguasaan pangsa minimal. Hanya sedikit warga Indonesia yang memainkan gim lokal.

"Masih 1–2% saja pangsanya, kalau pertumbuhannya (industri gim) tinggi. Sekarang, pemain masih menikmati banyak gim asal luar," terang Syaifullah kepada Validnews, Minggu (24/10).

Pemerintah pun mengakui, sejauh ini Indonesia masih memandang potensi gim masih pada tataran pasar industri, belum pada tahap lebih lanjut.

 

Meningkatkan Kesadaran
Menyadari potensi besar yang belum tergarap, pemerintah pun mulai bergerilya menggalakkan strategi promosi. Pasar gim lokal ingin dipancang tinggi-tinggi sehingga bisa meningkat pangsanya di dalam dan luar negeri. 

Salah satu upaya, adalah kegiatan pameran eksibisi gim lokal 'Baparekraf Game Pride'. Tujuannya menghubungkan antara pengembang gim satu dengan yang lainnya ke dalam ekosistem atau komunitas baru. Upaya juga dilakukan pemerintah lewat promo voucher diskon pembelian gim lokal yang lolos kurasi, pada Hari Game Indonesia (HARGAI) pada 2020. 

Selama ini, dibeber Syaifullah, masyarakat belum banyak mengetahui apa saja gim lokal yang sudah terdistribusi di pasaran. 

Biasanya pengembang lokal memberi judul gimnya dengan penamaan asing. Ini dilakukan sebagai strategi menyasar pasar pemain yang lebih luas. Negeri Paman Sam sendiri menjadi target pasar kedua video gim lokal dengan pangsa sekitar 26%-an. Namun, eksesnya adalah banyak yang tak tahu ada gim-gim bernama asing itu adalah gim lokal.

"Jadi banyak pemain yang enggak aware ini gim lokal atau bukan. Nah, dengan program-program membangun awareness itu mudah-mudahan masyarakat makin paham," ujar Syaifullah. 

Pihaknya juga memberikan Bantuan Insentif Pemerintah kepada pengembang gim berupa dana sebesar Rp200 juta/pelaku usaha. Kolaborasi pemerintah-pengembang gim juga dilakukan untuk menyukseskan program sosialisasi covid-19 lewat gim kepada anak-anak, juga pernah dijajal di tahun lalu. Yakni, Game Lokal Kreasi Indonesia atau Gelora. 

"Jadi kita bikin (sosialisasi) entertaining-edukatif, mereka enggak sadar sedang diedukasi melalui gim. Jadi, ada banyak hal yang kita lakukan, termasuk bring awareness tadi," ujarnya.

 


Identifikasi Hambatan
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengamini industri gim di dalam negeri sudah berkembang kian pesat. Ini terlihat dari maraknya pembuat gim hingga yang jadi subkontraktor industri gim asal luar negeri. 

Hanya saja, kendala utama pengembangan menjadi industri yang lebih kuat ada di sisi infrastruktur. Secara spesifik, keberadaan server dan ketersediaan asset store gim dengan muatan lokal, masih menjadi kendala. 

BRIN menyebut kedua hal itu penting untuk bisa bersaing dan bertahan di tengah industri kreatif yang kental dengan nuansa inovasi. Karena itu, diferensiasi di industri gim, salah satunya bisa dicapai dengan pemakaian karakter baru dan unik yang digali dari budaya lokal.

"Penyediaan infrastruktur seperti ini yang dapat BRIN bantu. Ini yang menjadi fokus diskusi kami dengan teman-teman AGI dan lainnya," ungkap Laksana kepada Validnews, Senin (25/10).

Syaifullah juga optimistis AGI bisa mencapai sasarannya. Indonesia masih punya kesempatan bersaing dengan gim asing yang sudah dirintis sejak 20 tahun terakhir. Ia pun menyebut, latar budaya Nusantara bisa diaplikasikan ke dalam realitas gim lokal. Adanya 1.350 suku yang punya keberagaman legenda di Tanah Air bisa menjadi kekuatan konten sekaligus cerita gim yang bagus. 

Upaya itu pun, lanjutnya, bisa sejajar dengan gim buatan asing yang menggunakan cerita budaya China atau Jepang. Bagi para pemain, elemen cerita yang kuat sama pentingnya dengan pengembangan efek yang ada pada sebuah gim. 

Masalah lain yang juga menyebabkan industri gim lokal kurang berkembang adalah persoalan modal. Bhima menyebutkan, poin krusialnya ada di kerja sama modal ventura global dengan pemain startup gim lokal. Pada tahap ini, pemerintah bisa fasilitasi kerja sama untuk pengembangan gim lokal.  

"Mungkin perlu ada semacam investment summit yang mempertemukan investor dengan developer game lokal," ucap Bhima. 

Laporan Peta Ekosistem Industri Game 2020 memang mengemukakan persoalan ini. Dicatat, sekitar 67,5% sumber pendanaan perusahaan di Indonesia berasal dari biaya personal. Untuk pengembang skala kecil-menengah, pendanaan merupakan persoalan bisnis yang utama. 

Sementara, bagi pengembang skala besar, permasalahan yang sering muncul adalah investasi dan matchmaking. Pada dasarnya, pengembang besar butuh jaringan bisnis lain untuk memperluas usahanya. 

Dukungan pemerintah diakui Cipto. Terdapat upaya pengiriman delegasi ke acara bisnis internasional lewat program Archipelageek. Lalu, ada bantuan pendanaan skala kecil yakni Bantuan Insentif Pemerintah, pelaksanaan acara perayaan gim dalam negeri melalui Game Prime, dan pembentukan talenta-talenta baru untuk masuk ke industri gim lewat ajang Indonesia Game Developer Exchange. 

Namun, diakui masih ada kendala besar yang dihadapi berupa permodalan. Menurutnya, pasar gim adalah pasar terbuka, sehingga gim karya lokal akan langsung bersaing dengan aneka gim internasional. Hal ini pun terjadi di pasar dalam negeri, di mana gim skala raksasa mendominasi. 

Di Indonesia, lanjutnya, walaupun ada lebih dari 400.000 gim di Google Play & App Store, 75% dari pendapatan hanya diserap oleh 100 gim teratas. 

“Bila pelaku industri ingin menang, mereka tidak boleh berskala tanggung. Strategi ini serupa dengan startup digital yang membutuhkan pendanaan besar dan berisiko tinggi,” jelasnya. 

Butuh SDM Mumpuni
Pada saat sama, industri yang amat bergantung pada keberadaan tenaga kreatif membutuhkan SDM yang andal dan banyak. Jadi, memperbanyak SDM dirasa perlu untuk menopang pembangunan industri gim agar lebih baik lagi. 

"Kunci utamanya, memperbanyak kesempatan bagi talenta muda untuk bisa mencoba dan memulai masuk berkreasi," sebut Laksana. 

Sebaliknya, Laksana malah menilai regulasi berbentuk insentif fiskal bagi industri ini bukanlah hal yang diperlukan. Fasilitasi yang lebih suportif bagi talenta muda agar bisa masuk ke dalam ekosistem lebih mudah dan tanpa perlu investasi. 

"(Catatannya), selama memiliki kreativitas. Ini yang menjadi fokus kami di BRIN untuk membantu fasilitasi," pungkasnya. 

Pemerintah kini berupaya mengejar ketertinggalan. Syaifullah menjabarkan, upaya dilakukan lewat pengembangan talenta digital yang akan terus diintegrasikan pemerintah melibatkan seluruh K/L, swasta, komunitas, dan seterusnya. Harapannya, problem yang masih ada saat ini bisa dipecahkan secara bertahap dalam waktu dekat.

 

Rawan Dibajak
Persoalan SDM juga disampaikan Dirjen ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier di kesempatan berbeda. Dia menyebutkan, sebagai langkah membangun ekosistem industri gim di Indonesia, Kemenperin menginisiasi pembangunan Bali Creative Industry Centre (BCIC) sebagai pusat promosi, inkubasi, serta pelatihan SDM industri animasi dan gim.

“BCIC yang dibangun 2014, diharap dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh industri gim lokal sehingga dapat melahirkan ide inovatif, kreator baru dan tercipta produk berkualitas yang mampu bersaing dengan produk global,” kata Taufiek, Selasa (3/8).

Dukungan Kemenperin juga dimanfestasikan dengan menerbitkan Permenperin 29/2017 tentang Tata Cara Perhitungan TKDN HKT (Handphone, Komputer Genggam, dan Tablet) yang menyertakan aplikasi, termasuk di dalamnya gim.  

Upaya ini menjadi salah satu komponen perhitungan nilai TKDN yang diharapkan dapat memacu industri aplikasi dalam negeri ikut berkembang.

“Saat ini kami juga sedang menyusun usulan insentif bagi investor industri berbasis Hak Kekayaan Intelektual sebagai salah satu cara untuk menarik investasi pada industri gim di Indonesia,” tandasnya. 

Namun, langkah tersebut dirasa Bhima kurang lengkap. Ia berharap, pengembangan talenta tersebut bisa dibuka lewat kesiapan perguruan tinggi sampai akademi yang khusus membuka jurusan gim. Jurusan multimedia dengan cakupan terlampau umum, menurutnya kurang pas. 

Indonesia bisa berkiblat kepada China atau Jepang yang sudah membangun beberapa akademi untuk memenuhi kebutuhan ekosistem gim. Mulai dari UX designer, developer apps, sampai financial analyst khusus industri gim.

"Pemerintah lewat BUMN juga perlu memperbanyak bootcamp dan pelatihan SDM gim," papar Bhima. 

Hal yang tak kalah penting adalah adanya infrastruktur lebih dari sekadar akses dan bandwidth internet. Lainnya, pemerintah juga perlu memikirkan insentif bagi pengembang lokal soal paten gim. Inovasi yang hampir selalu ada setiap waktu, kerawanan ide dijiplak oleh pesaing juga mesti disorot bersama. 

"Ini jadi keluhan klasik developer gim di mana pendaftaran paten prosesnya cukup lama di Indonesia, sementara di industri gim rentan jadi korban pembajakan," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar