09 Januari 2025
19:08 WIB
Masih Sisa Rp9,82 T, BEI Pertanyakan Relevansi Dana Hasil IPO Bukalapak
Per 30 Juni 2024, Bukalapak baru menggunakan dana hasil IPO senilai Rp11,94 triliun dari total dana hasil IPO senilai Rp21,32 triliun. Artinya, masih tersisa sebesar Rp9,82 triliun dari hasil IPO.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Gedung Bukalapak. Dok Bukalapak
JAKARTA - Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna memastikan, pihaknya telah mempertanyakan relevansi dana hasil Initial Public Offering (IPO) kepada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang peruntukannya untuk pengembangan bisnis e-commerce.
Berdasarkan keterbukaan informasi, per 30 Juni 2024, Bukalapak baru menggunakan dana hasil IPO senilai Rp11,94 triliun, dari total dana hasil IPO senilai Rp21,32 triliun. Artinya, masih tersisa sebesar Rp9,82 triliun dari hasil IPO yang bisa dimanfaatkan oleh perseroan.
Nyoman menegaskan, Bukalapak hanya akan menutup lini bisnis penjualan produk fisik di marketplace, namun untuk bisnis e-commerce tetap akan berjalan ke depan. Menurutnya, dengan masih berjalannya bisnis e-commerce, maka hal itu masih relevan dengan rencana penggunaan dana hasil IPO oleh Bukalapak ke depan.
“E-commerce-nya benar memberikan kontribusi more than 50% dan e-commerce-nya masih akan berjalan. Kita juga tanyakan mengenai relevansi dana yang dihimpun, karena tujuannya kan ada untuk pengembangan e-commerce. Ya, tentunya jadi relevan tetap dilakukan,” ujar Nyoman kepada media di Jakarta, Kamis (9/1).
Baca Juga: Hentikan Layanan Produk Fisik, Bukalapak: Bukan Karena Kondisi Keuangan Buruk
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, BEI telah melakukan hearing dengan Bukalapak, terkait dengan pengumuman transformasi bisnis dengan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace, dan berfokus untuk berjualan produk virtual.
“Jadi, penelaahan terhadap laporan keuangan, per periode-periode sebelumnya sudah dilakukan. Sudah juga melakukan hearing, kita sudah dengar pendapat dengan mereka (BUKA),” kata Nyoman.
Ia menyebut, langkah Bukalapak terbaru merupakan upaya untuk melakukan efisiensi bisnis, dengan mempertimbangkan lini bisnis yang lebih memberikan pendapatan dan keuntungan yang lebih tinggi.
“Kita dengerin dulu dan kita sudah melakukan permintaan penjelasan. Kita sudah ketemu kemarin, hearing bahwa e-commerce-nya masih ada. Hanya produk atau jasa yang ditawarkan saja yang dia pilih. Jadi, platform-nya masih tetap ada” tegasnya.
Tak Ada Dampak Merugikan
Secara terpisah, melalui surat nomor 785/BL/CORSEC/SURAT/I/2025 yang ditujukan kepada OJK dan BEI, Bukalapak menjelaskan terkait rencana penghentian layanan operasional produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak.
Sekretaris Perusahaan Bukalapak Cut Fika Lutfi menjelaskan, pada 30 Oktober 2024, perseroan menyampaikan Keterbukaan Informasi terkait rencana penghentian kegiatan dan penutupan sejumlah lini usaha dan/atau anak Perusahaan (Rencana Aksi Korporasi).
Sebagai tindak lanjut dari Rencana Aksi Korporasi tersebut, Bukalapak terus melakukan peninjauan kembali terhadap prospek sejumlah segmen usaha perseroan.
"Setelah melalui pertimbangan dengan penuh kehati-hatian, kami memutuskan untuk menghentikan layanan penjualan produk fisik di aplikasi dan situs web Bukalapak milik perseroan (Aplikasi dan Situs Web Bukalapak)," tulis Cut, Kamis (9/1).
Menurutnya, proses penghentian layanan produk fisik akan dilakukan secara bertahap dan akan dimulai pada Februari 2025.
"Perubahan ini adalah langkah yang diperlukan untuk fokus pada lini bisnis yang telah kami kembangkan dan yang memiliki pertumbuhan lebih besar," imbuhnya.
Dia mengungkapkan, Bukalapak sudah melakukan berbagai upaya terbaik. Namun, lini bisnis produk fisik pada Aplikasi dan Situs Web Bukalapak terus menunjukkan penurunan kontribusi pendapatan dan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir, yang diakibatkan oleh perubahan dinamika pasar dan tantangan industri.
Di lain sisi, biaya operasional untuk lini bisnis tersebut terus menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Baca Juga: Bukalapak Tutup Layanan Produk Fisik, Ini Yang Perlu Diperhatikan Pelapak
Kendati demikian, Cut menuturkan, aplikasi dan situs web Bukalapak, maupun aplikasi dan situs web marketplace lainnya yang dimiliki Perseroan serta Mitra Bukalapak akan tetap beroperasi serta dapat diakses oleh para pengguna dan konsumen untuk layanan lainnya yang telah ada sebelumnya, antara lain produk virtual, gaming dan investasi.
Bukalapak juga mengakui, penghentian Layanan Produk Fisik akan berdampak kepada sejumlah karyawan di seluruh ekosistem usaha perseroan.
"Dalam pelaksanaannya, perseroan akan memastikan pemenuhan seluruh hak dan kompensasi para karyawan yang terdampak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku," tuturnya.
Manajemen Bukalapak percaya, dengan berfokus pada layanan produk virtual serta lini bisnis yang telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir, perseroan dapat memperkuat posisinya dalam ekosistem digital serta memberikan layanan terbaik kepada pengguna.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Bukalapak untuk terus relevan dan kompetitif di industri. Agar dapat menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan perseroan, terutama pemegang saham.
Terkait dampaknya ke depan, Cut menegaskan, penghentian layanan produk fisik tidak memiliki dampak yang merugikan terhadap kelangsungan usaha perseroan.
Layanan produk fisik pada Aplikasi dan Situs Web Bukalapak memiliki kontribusi sekitar 3% dari seluruh pendapatan perseroan. Sebaliknya, Penghentian Layanan Produk Fisik mendukung upaya perseroan untuk mencapai EBITDA positif.
Bukalapak berharap, langkah ini dapat membawa dampak yang baik terhadap kondisi operasional dan kinerja keuangan di masa depan dikarenakan perseroan dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang cukup signifikan.
Penghentian Layanan Produk Fisik dan perubahan fokus produk pada Aplikasi dan Situs Web Bukalapak tidak mengubah kegiatan usaha perseroan yang telah diatur pada Anggaran Dasar perseroan.
"Penghentian Layanan Produk Fisik juga merupakan bagian dari langkah berkesinambungan yang terus menerus dilakukan oleh perseroan untuk memastikan bahwa seluruh unit bisnis di dalam grup perseroan fokus pada tujuan untuk membangun perusahaan yang dapat menciptakan nilai di masa depan serta manfaat terbaik kepada para pemangku kepentingan," pungkas Cut.