28 Februari 2023
11:04 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Inklusi dan literasi keuangan memiliki keterkaitan yang erat. Peningkatan inklusi keuangan dalam masyarakat ditandai dengan terpenuhinya akses terhadap berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan. Namun, untuk dapat memanfaatkan layanan keuangan secara optimal diperlukan literasi keuangan yang baik.
Direktur PT Insight Investments Management (INSIGHT), Ria Meristika Warganda mengatakan, dengan memiliki literasi keuangan yang cukup, masyarakat akan dapat memahami dengan baik tentang produk dan layanan keuangan yang tersedia. Juga, bagaimana cara menggunakan layanan tersebut secara bijak dan efektif.
"Oleh karena itu, upaya meningkatkan inklusi keuangan harus disertai dengan pemberian pendidikan dan pelatihan literasi keuangan yang memadai agar masyarakat dapat memanfaatkan layanan keuangan dengan lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan finansial mereka," katanya dalam pernyataan tertulis, Selasa (28/02).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia telah menunjukkan peningkatan dari 38,03% pada 2019, menjadi 49,68% pada 2022.
Sementara itu, indeks inklusi keuangan pada tahun 2022 mencapai 85,10% meningkat dibandingkan pada tahun 2019 yaitu 76,19%.
Meski begitu, Ria menyampaikan bahwa pengetahuan akan investasi yang meliputi tujuan, risiko, hingga pengelolaannya menjadi hal yang sangat penting dipahami dalam literasi keuangan.
“Di tengah kepekaan masyarakat terhadap aspek keuangan yang meningkat, penting bagi individu untuk memahami bagaimana mengelola investasi dengan baik dan menggunakan strategi yang tepat,” ungkap Ria.
Baca Juga: Investasi Tanpa Perhatikan Lingkungan Akan Ditinggalkan
Menurut Ria, investasi tentu berhadapan dengan risiko. Dalam upaya meminimalkan risiko, strategi diversifikasi portofolio menjadi salah satu kuncinya. Strategi ini dilakukan dengan menempatkan investasi pada berbagai jenis instrumen keuangan seperti deposito, obligasi, saham dan reksa dana. Dalam menjalankan strategi ini, menurut Ria, reksa dana bisa menjadi pilihan yang menarik.
“Reksa dana merupakan salah satu bentuk investasi yang memberikan kemudahan bagi investor karena dana yang diinvestasikan akan dikelola oleh Manajer Investasi untuk memaksimalkan keuntungan. Selain itu, Reksa Dana juga menarik karena memungkinkan investor untuk berinvestasi dalam satu produk yang berisi berbagai jenis instrumen keuangan seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang dengan nominal dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan membeli instrumen tersebut secara individual," jelas Ria.
Lebih lanjut Ria memaparkan bahwa dari berbagai jenisnya, reksa dana yang berbasis indeks bisa dibilang sangat menarik. Secara sederhana reksa dana indeks bekerja dengan melacak indeks pasar yang menjadi acuannya sehingga memberikan diversifikasi yang baik bagi investor.
Selain itu, reksa dana indeks juga memiliki biaya pengelolaan lebih rendah dikarenakan pengelolaan yang dilakukan secara pasif.
“Reksa dana yang berbasis indeks sangat menarik karena memberikan kesempatan untuk mengikuti kinerja pasar secara keseluruhan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana yang dikelola secara aktif, misalnya reksa dana saham," tuturnya.
Indeks Sri-Kehati Tumbuh Stabil 10 tahun Terakhir
Ria menyebut bahwa selain pertimbangan biaya, memilih produk reksa dana indeks yang tepat dan dengan potensi imbal hasil optimal sangat krusial. Salah satu indeks yang menunjukkan historikal pertumbuhan stabil selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 80,26% adalah Indeks SRI-Kehati. Secara historis kinerja Indeks SRI-Kehati, juga lebih unggul dibandingkan dengan banyak indeks saham lainnya.
Sebagai informasi, Indeks SRI-Kehati merupakan indeks yang dikembangkan oleh Yayasan Kehati yang mengukur kinerja perusahaan-perusahaan yang memenuhi standar SRI (Socially Responsible Investment) dan lingkungan. Indeks ini menilai perusahaan yang sahamnya akan menjadi underlying berdasarkan kriteria-kriteria seperti kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (Environment, Social, and Governance – ESG).
“Dalam proses penyaringan Indeks Sri Kehati menunjukkan bahwa sektor keuangan dan industri memiliki bobot lebih besar dibandingkan sektor lainnya (overweight) sedangkan PT Insight Investments Management percaya kinerja saham-saham yang mengedepankan faktor ESG dapat memiliki kinerja yang lebih baik sehingga kami memilih indeks SRI-Kehati untuk dijadikan salah satu produk flagship kami yaitu Reksa Dana Insight SRI Kehati Likuid (I-SRI Likuid)," lanjutnya.
Baca Juga: Menimbang Investasi Dengan ESG
Sejalan dengan prinsip mendukung ESG, ia menekankan produk reksa dana indeks I-SRI Likuid melakukan investasi pada saham bersifat ramah lingkungan dan melakukan screening tambahan atas likuiditas saham untuk memastikan ketersediaan dana bagi investor ketika diperlukan.
Ria menyampaikan bahwa underlying Reksa Dana Insight SRI Kehati Likuid (I-SRI Likuid) merupakan perusahaan-perusahaan yang berkualitas dan memiliki likuiditas yang mumpuni. Dalam periode 1 tahun terakhir, kinerja produk ini mampu tumbuh dengan baik mengikuti indeks acuannya Indeks SRI-Kehati dengan tracking error yang rendah.
“Dengan performanya yang baik dan terlebih lagi memiliki kontribusi terhadap lingkungan, I- SRI Likuid tentu bisa menjadi pilihan yang menarik untuk diversifikasi portofolio investasi," imbuhnya.
Sebagai catatan, melalui produk I-SRI Likuid INSIGHT menyisihkan sebagian dari pendapatannya guna dialokasikan dalam beragam kegiatan CSR untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.
"Bekerjasama dengan Yayasan KEHATI (KEHATI), INSIGHT secara berkelanjutan mengadakan beragam kegiatan CSR seperti budidaya sorgum, Taman Kehati, rehabilitasi hutan bakau, dan lain sebagainya. Sektor teknologi menjadi sektor yang memiliki bobot paling kecil (underweight)," tandasnya.