c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

26 Juli 2025

08:13 WIB

Makin Deras, Investor Asing Lepas Instrumen Investasi Rp11,30 T

Penjualan di pasar SRBI mendominasi derasnya aliran keluar modal asing atas instrumen investasi RI dipekan ke-4 Juli.

Penulis: Siti Nur Arifa

<p id="isPasted">Makin Deras, Investor Asing Lepas Instrumen Investasi Rp11,30 T</p>
<p id="isPasted">Makin Deras, Investor Asing Lepas Instrumen Investasi Rp11,30 T</p>

Pekerja penukaran uang asing menunjukan mata uang dolar Amerika Serikat di Dolarindo Money Changer, Melawai, Jakarta, Kamis (8/6/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, investor asing terpantau melepas kepemilikan instrumen investasi di Indonesia sebesar Rp11,30 triliun pada perdagangan di pekan keempat Juli 2025.

Catatan tersebut masih menunjukkan tren negatif aliran modal asing, di mana pekan sebelumnya asing juga tercatat melepas instrumen investasi lokal sehingga menyebabkan aliran modal keluar yang cukup besar senilai Rp10,49 triliun.

Adapun aliran modal keluar pekan ini disebabkan oleh penjualan instrumen di pasar SBN dan SRBI, meski terdapat pembelian tipis di pasar saham.

Baca Juga: Masih Negatif, Modal Asing Keluar Capai Rp10,49 T Di Pekan Ketiga Juli

“Berdasarkan data transaksi 21 s.d 24 Juli 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp11,30 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp0,10 triliun di pasar saham dan Rp2,10 triliun di pasar SBN, serta jual neto sebesar Rp13,50 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” ungkap Ramdan dalam keterangan resmi, Jakarta, dikutip Sabtu (26/7).

Selain itu, BI mencatat berdasarkan data setelmen sepanjang tahun berjalan hingga 24 Juli 2025 (year-to-date/ytd), nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp59,52 triliun di pasar SBN, serta jual neto sebesar Rp58,92 triliun di pasar saham dan Rp60,19 triliun di SRBI.

“Premi CDS Indonesia 5 tahun per 24 Juli 2025 sebesar 70,90 bps, turun dibanding dengan 18 Juli 2025 sebesar 72,51 bps,” tambah Ramdan.

Sementara itu, imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berada di level 6,49% pada Jumat (25/7) pagi, meneruskan tren negatif di mana sehari sebelumnya mengalami penurunan ke level 6,50%.

Per akhir Kamis (24/7), hasil pantauan BI, indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah ke level 97,38 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro Eropa, yen Jepang, poundsterling Britania Raya, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga terpantau melemah jelang akhir pekan ini. Detailnya, rupiah berada pada level bid Rp16.280 per dolar AS pada akhir Kamis (24/7), dan dibuka pada level bid Rp16.315 per dolar AS pada Jumat (25/7) pagi.

Baca Juga: Aliran Modal Asing ke RI Melejit Rp10,79 Triliun Sepekan Pertama Juli

Selanjutnya, Ramdan juga menginformasikan, yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun terpantau turun per Kamis (24/7).

“Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke 4,396%,” ungkapnya.

Ramdan menuturkan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia ke depan.

"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar