c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

21 Agustus 2025

15:39 WIB

Makin Anjlok, Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal II/2025 Defisit US$6,7 Miliar!

Angka defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal ini jauh lebih besar dari defisit di kuartal I/2025 yang sebesar US$800 juta.

Penulis: Siti Nur Arifa

<p id="isPasted">Makin Anjlok, Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal II/2025 Defisit US$6,7 Miliar!</p>
<p id="isPasted">Makin Anjlok, Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal II/2025 Defisit US$6,7 Miliar!</p>

Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). Antara Foto/Hafidz Mubarak A.

JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II/2025 masih mengalami penurunan kinerja dengan mencatat defisit US$6,7 miliar atau setara Rp109 triliun (kurs Rp16.280/dolar AS).

Kinerja defisit NPI ini menurun sangat drastis jika dibandingkan NPI kuartal I/2025 yang juga mencatatkan defisit sebesar US$800 juta.

Bank Indonesia mengidentifikasi, anjloknya kondisi NPI tersebut dipengaruhi oleh kondisi perlambatan ekonomi global dan harga komoditas. Meski demikian, BI menilai, defisit yang terjadi masih tetap terjaga rendah.

"Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2025 tetap terjaga. Defisit transaksi berjalan tercatat rendah di tengah perlambatan ekonomi global dan harga komoditas," paparnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Kamis (21/8).

Sebagai informasi, NPI merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu. Komponen NPI terdiri dari transaksi berjalan serta transaksi modal dan finansial.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 tercatat tetap tinggi sebesar US$152,6 miliar.

Baca Juga: BI Catat NPI Ditopang Aliran Masuk Modal Asing

Capaian ini masih setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Ramdan melanjutkan, neraca transaksi berjalan juga mencatatkan defisit, dengan angka yang lebih tinggi dibandingkan kuartal I/2025.

"Pada triwulan II/2025, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$3,0 miliar (0,8% dari PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit US$0,2 miliar (0,1% dari PDB) pada triwulan I/2025," ungkapnya.

Meski neraca perdagangan barang mengalami defisit, namun sebenarnya neraca perdagangan nonmigas tetap membukukan surplus, meski lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas.

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas menurun sejalan dengan harga minyak global yang lebih rendah.

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola triwulanan.

"Surplus neraca pendapatan sekunder meningkat dipengaruhi kenaikan hibah dan remitansi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri," tambah Ramdan.

Transaksi Modal dan Finansial
Selanjutnya, Ramdan juga mengatakan, kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Dengan investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik yang tetap terjaga.

Namun, investasi portofolio mencatat defisit, terutama dipengaruhi aliran keluar modal asing pada surat utang domestik.

Sementara itu, investasi lainnya mencatat surplus dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri sektor swasta.

"Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada triwulan I/2025 mencatat defisit US$5,2 miliar," imbuhnya.

Baca Juga: Defisit US$800 Juta! Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal I/2025 Memburuk

Lebih lanjut, Ramdan memprakirakan NPI 2025 akan tetap sehat ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut dan defisit transaksi berjalan yang terjaga dalam kisaran defisit 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB.

Selain itu, surplus transaksi modal dan finansial didukung oleh aliran masuk modal asing sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik yang tetap baik dan imbal hasil investasi yang menarik.

"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar