18 Juni 2025
13:42 WIB
LPEM UI Minta BI Tahan Suku Bunga 5,50% Pada RDG Juni 2025
BI perlu terus memerhatikan transmisi dan efektivitas pemotongan suku bunga acuan sebelumnya, sembari menjaga fokus dalam antisipasi dampak tekanan eksternal pada rupiah.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah kiri) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/12/2023). Antara Foto/Hafidz Mubarak A
JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyarankan agar Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Juni 2025.
Asal tahu saja, pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 17 dan 18 Mei 2025 akan diumumkan pada Rabu (18/6) siang.
“Bank Indonesia perlu terus memerhatikan transmisi dan efektivitas dari pemotongan suku bunga acuan sebelumnya sembari menjaga fokus dalam antisipasi dampak tekanan eksternal terhadap rupiah,” kata Ekonom LPEM UI Teuku Riefky di Jakarta, Rabu (18/6).
Menurutnya, meskipun Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke 5,50% pada bulan lalu, namun inflasi pada Mei 2025 cenderung menurun setelah lewatnya faktor musiman di April.
Baca Juga: BI Diramal Bakal Tahan Suku Bunga Acuan Bulan Juni 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi umum pada Mei 2025 sebesar 1,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), turun dari 1,95% (yoy) pada April 2025.
Riefky menilai hal tersebut terjadi usai berakhirnya siklus musiman Idulfitri dan mulai normalnya permintaan terhadap bahan pangan utama, sehingga mendorong turunnya harga komoditas.
“Lebih lanjut, adanya fenomena lipstick effect, di mana masyarakat yang menghadapi penurunan daya beli tetap melakukan pengeluaran pada barang-barang kecil dan terjangkau yang memberikan kepuasan instan. Fenomena ini masih bertahan sejak tahun lalu,” jelas dia.
Selain itu, walaupun Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke 5,50% di bulan lalu, masih belum terlihat adanya kenaikan pertumbuhan kredit yang signifikan pascapemotongan suku bunga acuan.
Baca Juga: Ekonom Prediksi BI Tahan Suku Bunga Juni 2025 Di 5,50%
Pada saat yang sama, Riefky menyatakan, nilai tukar rupiah tercatat terus menguat sebesar 1,03% antara 16 Mei hingga 16 Juni dari Rp16.440 per dolar AS ke Rp16.273 per dolar AS akibat melonjaknya arus modal masuk.
Ia mengatakan, dalam 30 hari terakhir, Indonesia mengalami arus modal masuk neto sebesar US$1,59 miliar atau setara dengan Rp25,92 triliun (asumsi kurs per Rabu pagi Rp16.303 per dolar AS).
Akan tetapi, dia juga mengingatkan masih ada risiko meningkatnya ketidakpastian di jangka pendek seiring dengan pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk melanjutkan negosiasi perdagangan dan munculnya tensi geopolitik baru di Timur Tengah.
“Mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Bank Indonesia sebaiknya menahan suku bunga acuannya di 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur Juni ini,” pungkas Riefky.