c

Selamat

Senin, 29 April 2024

EKONOMI

30 Maret 2024

08:38 WIB

Lebih Dari 20% Kapasitas Penyulingan Minyak Dunia Terancam Ditutup

Bisnis penyulingan minyak global melemah karena margin yang menyusut seiring penurunan permintaan.

Editor: Fin Harini

Lebih Dari 20% Kapasitas Penyulingan Minyak Dunia Terancam Ditutup
Lebih Dari 20% Kapasitas Penyulingan Minyak Dunia Terancam Ditutup
Ilustrasi. Area kilang yang memproduksi Green Diesel (D100) dan Green Avtur di Kilang PT Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap, Jateng, Kamis (27/10/2022). Antara Foto/Idhad Zakaria

JAKARTA - Wood Mackenzie memperkirakan lebih dari 20% total kapasitas penyulingan minyak global berisiko ditutup karena margin yang menyusut seiring melemahnya permintaan. Di sisi lain, pajak karbon juga dapat membebani banyak penyulingan.

Dalam laporan yang diterbikan baru-baru ini, Wood Mackenzie telah mengidentifikasi 121 dari 465 lokasi penyulingan minyak mengalami risiko penutupan. Perkiraan ini berdasarkan margin kas bersih pada tahun 2030.

Jumlah ini mewakili total kapasitas penyulingan sebesar 20,2 juta barel per hari, atau 21,6% dari kapasitas global tahun lalu, berdasarkan analisis WoodMac.

Dilansir dari Oilprice.com, konsultan energi tersebut melihat kilang penyulingan di Eropa dan Tiongkok berisiko lebih tinggi untuk tutup karena memburuknya perekonomian.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Usai OPEC+ Lanjutkan Pengurangan Produksi

Kilang-kilang minyak di Eropa akan mengalami penurunan margin kas bersih mulai tahun 2030 karena pencabutan tunjangan bebas emisi karbon. Sementara permintaan bahan bakar transportasi di negara-negara maju diperkirakan akan mulai menurun mulai tahun depan dan seterusnya.

“Tiongkok akan mengalami puncak permintaan pada 2027, kemudian mulai menurun karena negara ini secara aktif melakukan elektrifikasi pada transportasi jalan raya mereka. Negara-negara non-OECD akan menikmati pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan setelah tahun 2030, namun pabrik penyulingan mereka tidak akan kebal karena permintaan global akan bahan bakar transportasi turun,” tulis peneliti dan analis Wood Mackenzie.

Eropa juga dapat mengalami penurunan volume perdagangan ekspor bahan bakar dengan Nigeria setelah dimulainya pembangunan Kilang Dangote, yang merupakan kilang terbesar di Afrika, pada awal tahun ini.

Baca Juga: Proyek Blue Ammonia Teluk Bintuni Tekan Emisi 1,6 juta ton CO2

Perdagangan tersebut, yang diperkirakan bernilai US$17 miliar setiap tahunnya, dapat terancam oleh melonjaknya produksi di kilang Dangote, kata para pedagang dan analis kepada Reuters awal bulan ini.

Kilang Dangote, dengan kapasitas pemrosesan 650.000 barel per hari (bpd), diharapkan dapat memenuhi 100% permintaan Nigeria untuk seluruh produk minyak olahan, dan juga akan memiliki surplus dari setiap produk untuk diekspor.

Sementara itu, perusahaan minyak baru-baru ini mengumumkan penutupan kilang minyak di Eropa yang akan diubah menjadi fasilitas pembuatan biofuel. Yang terbaru antara lain kilang Eni di Livorno, Italia, dan kilang minyak Shell di lokasi Wesseling di Jerman yang akan diubah menjadi unit produksi minyak dasar.

Powered by Froala Editor


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar