c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

27 Juni 2022

20:49 WIB

Kurangi Impor Gandum, BRIN Kembangkan Mi Berbahan Lokal 

Beberapa potensi bahan baku mi yang telah dikembangkan oleh para peneliti di BRIN adalah mi dari jagung, sagu, dan mocaf

Kurangi Impor Gandum, BRIN Kembangkan Mi Berbahan Lokal 
Kurangi Impor Gandum, BRIN Kembangkan Mi Berbahan Lokal 
Ilustrasi mi instan. dok. Envato

JAKARTA – Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sumber pangan alternatif mi berbahan lokal. 

Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan ketahanan pangan lokal di Indonesia.
 
"Penelitian pangan lokal terus dikembangkan hingga diversifikasi produk pangan tercapai. Hal ini untuk meningkatkan nilai gizi dan ekonomis pangan, serta sebagai upaya untuk mengurangi impor gandum," kata Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari dalam keterangan yang dilansir Antara, di Jakarta, Senin (27/6).

Untuk diketahui, total impor gandum Indonesia pada 2021 mencapai 8,4 miliar ton dengan nilai mencapai US$ 2,6 miliar. Jumlah tersebut naik dari sebelumnya 8 miliar ton dengan nilai US$2,03 miliar pada 2020. 

Negara-negara asal gandum tersebut di antaranya Argentina, Australia, Brasil, Bulgaria, Kanada, India, Moldova, Ukraina, dan Amerika Serikat (AS). Sejauh ini Australia menjadi yang terbesar. Selama 2020-2021, Indonesia mengimpor gandum asal Australia senilai AU$1,2 miliar atau Rp12,2 triliun (kurs 1 Dolar Australia sekitar Rp10.200).
 
Puji melanjutkan, peneliti PRTPP BRIN terus mengeksplorasi bahan baku mi non-gandum dari sumber bahan pangan lokal, untuk mengurangi ketergantungan pada impor gandum sebagai bahan baku mi selama ini. Beberapa potensi bahan baku mi yang telah dikembangkan oleh para peneliti di BRIN adalah mi dari jagung, sagu, dan mocaf.
 
Peneliti teknologi pangan fungsional nabati PRTPP BRIN R Cecep Erwan mengatakan mi dari bahan baku gandum memiliki kandungan gluten yang membuat teksturnya elastis, sehingga dapat diterima oleh konsumen pasar. Nah, tantangannya adalah harus mampu membuat bahan baku mi dari bahan lokal yang dapat diterima oleh konsumen di pasar.
 
BRIN telah melakukan riset pemanfaatan bahan baku lokal seperti umbi-umbian sebagai pengganti gandum, salah satunya adalah umbi suweg yang diolah menjadi pati suweg, dengan teknik modifikasi Heat Moisture Treatment (HMT).
 
 Teknik tersebut merupakan suatu metode modifikasi pati secara fisik dengan cara memberikan perlakuan panas pada suhu di atas suhu gelatinisasi (80-120 derajat Celsius), dengan kondisi kadar air terbatas atau di bawah 35%.

"Pati suweg ini diolah dengan teknik modifikasi HMT agar dapat mengubah sifat psikokimia, sifat fungsional, dan karakteristik pasta pati suweg sebagai bahan baku pembuatan mi," ujar Cecep.
 
Selain itu, peneliti PRTPP BRIN Alit Pangestu mengembangkan mi dari bahan baku sagu. Terdapat 5,5 juta hektare lahan sagu di Indonesia, sehingga Indonesia sangat berpotensi dalam menghasilkan produk mi dari sagu.
 
"Nilai plus dari sagu ialah memiliki karakter yang mirip dengan tepung terigu, bebas gluten, sehingga lebih sehat dan bergizi," ujarnya.

Alit mengatakan, hasil riset sagu menjadi mi itu telah dihilirisasi oleh dunia industri dengan munculnya produk Sago Mee, yang menjadi mi instan sagu pertama di Indonesia yang dijual di pasaran.

Teknologi Mesin
Selain mencari bahan baku yang paling tepat untuk mi instan, BRIN juga mengaku tengah mengembangkan teknologi mesin pembuat mi non-gandum. Tujuannya, mempermudah masyarakat atau pelaku usaha dalam memproduksi mi dengan bahan baku selain gandum.
 
"Selama ini ada permasalahan dalam memproduksi mi non-gandum. Salah satu kendalanya adalah pada proses pengeringan, karena tepung non-gandum memiliki karakteristik yang berbeda," kata periset di Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN Satya Andika Putra.
 
Satya mengaku mengembangkan teknologi mesin pembuat mi non-gandum dengan inovasi alat, khususnya pada tahap proses pengeringan yang dapat memancarkan inframerah. Kemudian pada tahap penepungan dapat juga digunakan untuk penepungan umbi-umbian dan serealia.
 
Dia menuturkan, inovasi utama yang telah dikembangkan juga pada proses pencetakan. Dengan menggunakan teknologi tersebut, diharapkan dapat mempermudah proses produksi mi berbahan lokal dan non-gandum di Tanah Air.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar