17 April 2025
19:34 WIB
Kuartal I/2025, IDXCarbon Catat Volume Perdagangan Hampir 700 Ribu Ton Karbon
Jumlah ini melebihi jumlah total volume transaksi perdagangan karbon sepanjang tahun 2024 maupun sepanjang tahun 2023.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Pengunjung mengamati layar yang menampilkan informasi pergerakan perdagangan karbon internasional pada awal pembukaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (20/1/2025). AntaraFoto/Muhammad Ramdan
JAKARTA – Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatatkan jumlah total volume transaksi perdagangan karbon sebesar 690.675 ton CO2 ekuivalen (tCO2e6) sepanjang kuartal I/2025.
"Selama kuartal I/2025, terdapat total 690.675 tCO2e unit karbon yang diperdagangkan melalui IDXCarbon," kata Sekretaris Perusahaan PT BEI Kautsar Primadi Nurahmad dalam keterangan resmi, Kamis (17/4).
Dia menjelaskan jumlah ini melebihi jumlah total volume transaksi perdagangan karbon sepanjang tahun 2024 maupun sepanjang tahun 2023.
"Ini menjadikan IDXCarbon sebagai salah satu bursa karbon dengan jumlah transaksi terbesar di regional," imbuhnya.
Pada tahun 2024, IDXCarbon membukukan transaksi sebesar 413.764 tCO2e. Sedangkan pada tahun 2023, atau sejak beroperasinya IDXCarbon pada 26 September hingga akhir Desember, transaksi yang dibukukan sebesar 494.254 tCO2e.
Adapun saat ini, telah terdapat tujuh proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang diperjualbelikan, dengan jumlah available to be traded sebanyak 2.203.119 tCO2e.
Kautsar menambahkan, terdapat pula peningkatan Pengguna Jasa IDXCarbon sebesar 22% menjadi 111 Pengguna sepanjang kuartal I/2025 ini.
"Statistik tersebut secara umum memberikan optimisme pada prospek perdagangan karbon di Indonesia," tegas dia.
IDXCarbon dengan berkoordinasi bersama OJK dan Kementerian atau Lembaga terkait, terus mengembangkan ekosistem perdagangan karbon di Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perdagangan karbon di Asia maupun di dunia.
IDXCarbon juga akan terus berupaya untuk mendorong likuiditas pasar karbon dari sisi demand dan supply, baik dari pasar domestik maupun internasional dan sesuai dengan kebijakan dan pengaturan pemerintah.
"Dengan menjalin kolaborasi bersama berbagai pemangku kepentingan, perdagangan karbon di Indonesia akan terus tumbuh dan semakin berkontribusi signifikan dalam mendukung pencapaian target penurunan emisi nasional," ujar Kautsar optimis.
Perdagangan Internasional
Sebelumnya, pada 20 Januari 2025, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH/BPLH), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meresmikan Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon di Main Hall BEI.
Peresmian ini merupakan salah satu milestone penyelenggaraan perdagangan karbon di Indonesia, yang diharapkan dapat menjadi gerbang awal terciptanya kolaborasi untuk implementasi perdagangan karbon luar negeri.
Dalam peluncuran tersebut, terdapat lima proyek pengurangan emisi yang berasal dari sektor energi dan memperoleh otorisasi untuk perdagangan internasional, yaitu pertama, Pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Priok Blok 4.
Kedua, Konversi Dari Pembangkit Single Cycle Menjadi Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2. Ketiga, Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul.
Keempat, Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bumi Baru PLTGU PJB Muara Karang Blok 3. Kelima, Konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle Blok 2 PLN NP UP Muara Tawar.