c

Selamat

Jumat, 26 April 2024

EKONOMI

21 Juni 2022

12:01 WIB

Krisis Pangan Pukul Berbagai Negara Di Paruh Kedua 2022

Industri makanan Thailand akan mendapat manfaat dari situasi ini karena pesanan pembelian meningkat di tengah meningkatnya kekhawatiran krisis pangan.

Editor: Fin Harini

Krisis Pangan Pukul Berbagai Negara Di Paruh Kedua 2022
Krisis Pangan Pukul Berbagai Negara Di Paruh Kedua 2022
Buruh memanggul beras bantuan PPKM di gudang Perum Bulog Cabang Ciamis, Sindangrasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. ANTARAFOTO/Ade

BANGKOK - Kekurangan pangan global diperkirakan akan meningkat selama kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Kelangkaan ini kemungkinan besar akan menguntungkan eksportir makanan Thailand, kata Federasi Industri Thailand (FTI).

Kriengkrai Thiennukul, Ketua FTI, menyebutkan banyak negara diperkirakan akan mengalami kekurangan pangan karena India, Serbia, Kazakhstan, Kosovo, dan Mesir telah membatasi ekspor mereka, termasuk gandum.

Penimbunan makanan oleh negara-negara tersebut tampaknya tidak dapat dihindari, menyusul hasil panen yang lebih rendah sebagai akibat dari kekurangan pupuk dan pakan ternak di tengah perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.

Konflik tersebut dituding sebagai penyebab kenaikan harga pupuk dan beberapa bahan baku.

"Rusia dan Ukraina adalah salah satu pengekspor komoditas terbesar," kata Kriengkrai, dilansir dari Bangkok Post, Senin (20/6).

Rusia adalah produsen dan pengekspor baja utama serta produsen utama gandum dan jagung yang digunakan untuk pakan hewan. Sementara itu, Ukraina adalah pengekspor gandum utama dunia.

FTI percaya industri makanan Thailand akan mendapat manfaat dari situasi ini karena pesanan pembelian meningkat di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kekurangan.

"Pabrik makanan Thailand telah menyiapkan bahan baku untuk pengolahan makanan untuk memenuhi permintaan yang meningkat di pasar makanan global yang terkena dampak perang," katanya.

Federasi mengatakan tidak terlalu mengkhawatirkan kelangkaan bahan baku di Thailand karena negara itu kaya akan produk pertanian.

FTI sedang memantau lonjakan harga minyak global, yang dapat menyebabkan kenaikan tingkat inflasi lebih lanjut, kata Kriengkrai. Naiknya harga minyak dunia dikaitkan dengan lonjakan cepat inflasi Thailand. Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan melaporkan inflasi utama di bulan Mei mencapai level tertinggi 13 tahun di 7,1%.

Sebelumnya FTI mengatakan Indeks Sentimen Industri Thailand turun ke level terendah tujuh bulan di 84,3 poin pada Mei di tengah ketidakpastian ekonomi mulai dari kenaikan inflasi hingga konflik politik di luar negeri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar