26 Februari 2022
15:25 WIB
JAKARTA – Invasi Rusia ke Ukraina menghambat pertumbuhan penjualan mobil dunia yang seharusnya mulai pulih dari efek pandemi tahun ini. Apalagi, konflik kedua negara membuat harga sejumlah komoditas seperti minyak dan alumunium yang erat kaitannya dengan otomotif ikut terkerek naik.
Di sisi yang lain, industri otomotif masih bergulat dengan kekurangan chip global yang memaksa mereka untuk mengurangi produksi.
Konsultan industri otomotif J.D. Power dan LMC Automotive pun menyebut kondisi ini sebagai ‘risiko subtansial’ untuk pemulihan penjualan kendaraan ringan global tahun ini.
Dikutip Reuters, Sabtu (26/2), para konsultan memangkas perkiraan mereka untuk penjualan kendaraan ringan global sebesar 400.000 unit menjadi 85,8 juta unit.
Ditambah lagi, kenaikan harga minyak dan aluminium ditaksir membuat pembeli enggan membeli mobil dan truk baru.
“Pasokan dan harga kendaraan di seluruh dunia akan berada di bawah tekanan tambahan, berdasarkan tingkat keparahan dan durasi konflik di Ukraina,” kata Jeff Schuster, Presiden Operasi Amerika dan perkiraan kendaraan global di LMC Automotive.
Seperti diketahui, kerangan Rusia di Ukraina menyebabkan harga minyak melonjak menjadi lebih dari US$100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Harga minyak jenis Brent bahkan sudah menyentuh US$105 per barel.
Mengalihkan Operasi
Menyikapi keadaan yang ada saat ini, beberapa perusahaan, termasuk pembuat mobil Volkswagen dan Renault serta pembuat ban Nokian Tyres sudah mengambil sikap. Ketiganya mengaku punya rencana untuk menutup atau mengalihkan operasi manufaktur menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Dikutip Reuters, Minggu, Amerika Serikat mengumumkan pembatasan ekspor besar-besaran ke Rusia. Hal ini tentu akan mengganggu akses ekspor barang global mulai dari elektronik komersial dan komputer, hingga semikonduktor dan suku cadang pesawat.
Tak heran, muai dari sekarang, sejumlah perusahaan mengubah rencana manufaktur atau mencari jalur pasokan alternatif.
"Kami telah membuat penurunan peringkat yang signifikan pada perkiraan Ukraina dan Rusia karena konflik yang meningkat antara keduanya dan dampak yang terkait dengan sanksi terhadap Rusia," tambah dia.
Volkswagen Jerman mengatakan, akan menghentikan produksi selama beberapa hari di dua pabrik Jerman, setelah penundaan dalam mendapatkan suku cadang yang dibuat di Ukraina.
Sementara itu Renault asal Prancis menyatakan, akan menangguhkan beberapa operasi di pabrik perakitan mobilnya di Rusia minggu depan.
Kebijakan ini tak terlepas dari adanya kemacetan logistik yang disebabkan oleh kekurangan suku cadang.
Kendati tak menyebut invasi sebagai alasan, produsen mobil Rusia Avtovaz yang dikendalikan oleh Renault, juga mengatakan akan menangguhkan beberapa jalur perakitan di sebuah pabrik di Rusia Tengah selama satu hari, pada Senin. Langkah ini ditempuh karena pabrik kekurangan komponen elektronik global yang terus-menerus.
Sementara pembuat ban Finlandia, Nokian, mengatakan pihaknya mengalihkan produksi beberapa lini produk utama dari Rusia ke Finlandia dan Amerika Serikat. Kebijakan ini diperlukan, untuk mempersiapkan kemungkinan sanksi lebih lanjut setelah invasi.
Dengan semua kondisi di atas, penjualan ritel kendaraan baru AS bulan Februari diperkirakan turun 5,7% menjadi 922.100 unit. Sekalipun harga transaksi rata-rata ditetapkan mencapai rekor bulanan.
Presiden Divisi Data dan Analitik J.D. Power Thomas King menyebut, kondisi ini membuat volume penjualan kendaraan ringan secara global diperkirakan hanya akan meningkat 5% pada tahun 2022.
"Gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung, bersama dengan pengumuman penghentian produksi jangka pendek oleh beberapa produsen, berarti situasi persediaan agregat tidak mungkin berubah pada bulan Maret," serunya.