c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

06 Juli 2022

13:08 WIB

Kolaborasi KKP dan FAO Kembangkan Desa Perikanan di Sumsel

Pengembangan desa perikanan merupakan bagian dari kerja sama FAO dan KKP dalam program I-Fish yang berfokus pada tiga komoditas ikan air tawar yaitu sidat, arwana dan belida.

Penulis: Wiwie Heriyani

Editor: Fin Harini

Kolaborasi KKP dan FAO Kembangkan Desa Perikanan di Sumsel
Kolaborasi KKP dan FAO Kembangkan Desa Perikanan di Sumsel
Ilustrasi budidaya ikan sidat. KKP dan FAO bekerja sama mengembangkan desa perikanan. ANTARA/KKP/Dok

JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus berupaya mendorong pembangunan kampung perikanan sebagai salah satu program prioritas. 

Salah satunya dengan menggandeng Food and Agriculture Organization (FAO) untuk mengembangkan desa perikanan cerdas atau Smart Fisheries Village (SFV) di Sumatra Selatan (Sumsel) baru-baru ini. 

Bentuk kerja sama ini juga merupakan tindak lanjut dari tinjuan yang sebelumnya dilakukan pada 1-3 Juli 2022 di Desa Patra Tani, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan sebagai lokasi pengembangan SFV. 

Upaya pengembangan SFV di lokasi tersebut dilakukan BRSDM melalui Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) BRSDM.

Kepala BRSDM I, Nyoman Radiarta mengatakan SFV merupakan konsep pembangunan desa perikanan dan satuan kerja yang berbasis pada penerapan benih unggul, teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna, keberlanjutan, serta meningkatkan ekonomi yang berada di tengah-tengah program kampung perikanan budidaya dan Desa Inovasi/Desa Mitra.

"Konsep Smart Fisheries Village yaitu menciptakan ekosistem bisnis perikanan dalam satu kawasan secara terintegrasi dari usaha produksi hulu sampai dengan usaha pemasaran di hilirnya," ujar Nyoman, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, (6/7).

Menurutnya, pengembangan SFV di Patra Tani juga untuk memperkuat kemandirian desa yang berbasis usaha perikanan. Juga, sebagai wujud akselerasi program prioritas yang digaungkan Menteri Kelautan dan Perikanan, yakni pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. 

Sebagai informasi, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono gencar mendorong pengembangan kampung perikanan sebagai salah satu program prioritas KKP. Menurutnya, pembangunan tersebut bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat dan mendorong pembangunan di berbagai daerah.

Nyoman melanjutkan, pengembangan desa perikanan merupakan bagian dari kerja sama FAO dan KKP dalam program I-Fish yang berfokus pada tiga komoditas ikan air tawar yaitu sidat, arwana dan belida.

Tujuan proyek adalah untuk memperkuat kerangka pengelolaan pemanfaatan keanekaragaman sumber daya perikanan perairan darat, guna meningkatkan perlindungan terhadap ekosistem perikanan darat bernilai tinggi dan keanekaragamannya di Indonesia.

Setidaknya terdapat empat komponen kegiatan utama yang menjadi perhatian yaitu pengarusutamaan keanekaragaman hayati melalui pengembangan sumberdaya dan pengelolaan kebijakan; konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan jenis-jenis ikan; monitoring dan kajian keanekaragaman hayati; serta monitoring dan evaluasi proyek dan juga adaptasi pengelolaan.

Pemerintah Daerah (Pemda) setempat mengapresiasi dan menyatakan dukungannya terhadap upaya pengembangan SFV di Patra Tani. Pemda berharap, seperti nama asal lokasinya, Desa Patra Tani, Kecamatan Muara Belida, BRSDM mampu mengembangkan jenis ikan lokal dan khas Sumsel, yaitu ikan belida di lokasi tersebut. Tujuannya untuk melestarikan ikan lokal yang dilindungi sekaligus memiliki nilai ekonomis tinggi.

Sebelum pengembangan SFV, dalam dua tahun terakhir di Patra Tani BRSDM telah mengaplikasikan inovasi Special Area for Conservation and Fish Refugia (SPEECTRA)Inovasi tersebut memiliki beberapa fungsi sebagai cadangan produksi ikan, cadangan karbon, mendukung ketahanan pangan, penyedia protein hewani ikan dalam program anti stunting, mencegah kebakaran, serta menjadi suaka perikanan buatan untuk ikan memijah, berlindung dan mencari makan.

SPEECTRA, dalam pengembangannya akan diproyeksikan sebagai wilayah perikanan terpadu berbasis eduwisata. Secara bertahap, SPEECTRA telah dibangun sejak tahun 2019 dengan luas 5 ha sebagai percontohan. 

Dalam proses pengembangannya, BRPPUPP bersinergi dengan Unit Pelaksana Teknis BRSDM lainnya yaitu Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor, dan juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Balai Penerapan Standar Instrumen LHK Palembang dalam upaya penyediaan pakan alami dan kontribusi indukan ikan lokal.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar