24 Oktober 2023
10:28 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyebut perang antara Hamas dan Israel bisa berdampak sangat nyata terhadap meroketnya harga minyak mentah dunia.
Bahkan, dia tak menutup kemungkinan harga minyak mentah Brent bisa mencapai US$150/barel ke depannya. Saat ini harga Brent masih di kisaran US$89/barel.
"Kemarin Brent masih US$89/barel, tapi kalau meluas ya tidak tahu, bisa mencapai US$150," ujar Presiden di Jakarta, Selasa (24/10).
RI 1 menjelaskan naiknya harga minyak mentah akan terasa ketika perang Hamas dan Israel mulai meluas ke negara timur tengah lainnya, seperti Lebanon, Suriah, hingga ke Iran. Hal tersebut ia yakini akan mempersulit pertumbuhan ekonomi semua negara.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Karena Kekhawatiran Perang Israel-Hamas
"Perang Ukraina-Rusia belum jelas berakhir kapan, muncul lagi perang Hamas-Israel, makin mengkhawatirkan. Ini yang harus kita waspadai, hati-hati semuanya baik dari sisi moneter maupun sisi fiskal," imbuhnya.
Harga minyak mentah naik di awal perdagangan Asia pada Selasa (24/10), rebound dari kerugian hari sebelumnya. Kenaikan didukung kekhawatiran perang Israel-Hamas meningkat menjadi konflik yang lebih luas di wilayah pengekspor minyak, sehingga menyebabkan potensi gangguan pasokan.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 70 sen, atau 0,8%, menjadi US$90,53 per barel pada 0032 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS menguat 71 sen, atau 0,8%, menjadi US$86,20 per barel.
"Pasar sedang melakukan penyesuaian setelah penurunan dalam dua sesi terakhir, dan di tengah kekhawatiran kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah," kata Yuki Takashima, ekonom di Nomura Securities.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyebutkan jika Iran terlibat langsung dalam pertempuran, dampaknya akan sangat besar terhadap kenaikan harga minyak dunia.
"Kalau Iran sudah masuk, Arab Saudi pasti masuk, tentu dampaknya bisa besar. Tapi untuk sekarang ini, masih tidak tahu larinya ke mana," kata dia, Jakarta, Senin (16/10).
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Ke Level Tertinggi 10 Bulan Terakhir
Kondisi tersebut, tambahnya, menjadi latar belakang upaya Indonesia untuk mencari sumber minyak dari negara lain di luar Arab Saudi. Secara mendasar, langkah tersebut merupakan upaya menjaga pasokan energi di dalam negeri.
Diketahui, eksportir minyak ke Indonesia yang paling dominan ialah Arab Saudi dan Nigeria.
"Kita buka memang kalau ada masalah harus kita ambil (minyak) dari mana dan sebagainya. Yang jelas, pasokan energi harus terpenuhi dan dapat terjangkau oleh masyarakat, affordability," tandas Tutuka Ariadji.