c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

29 Juli 2025

12:19 WIB

Kesepakatan Tarif AS-Eropa Untungkan Dolar AS, Rupiah Berpotensi Melemah

Nilai tukar rupiah berpotensi melemah seiring kesepakatan tarif dengan Uni Eropa menguntungkan AS. Selain itu, pelemahan rupiah juga turut dipengaruhi ekspektasi bertahannya suku bunga The Fed.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kesepakatan Tarif AS-Eropa Untungkan Dolar AS, Rupiah Berpotensi Melemah</p>
<p>Kesepakatan Tarif AS-Eropa Untungkan Dolar AS, Rupiah Berpotensi Melemah</p>

Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020). Antara Foto/Aprillio Akbar/pras

JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melemah seiring kesepakatan tarif dengan Uni Eropa (UE) menguntungkan Amerika Serikat (AS).

"Rupiah berpotensi kembali melemah terhadap dolar AS yang melanjutkan penguatan di tengah harapan akan meredanya kekhawatiran tarif menyusul kesepakatan UE-AS," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Selasa (29/7).

Berdasarkan pemantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi (29/7) di Jakarta melemah sebesar 0,14% atau 23 poin, dari sebelumnya Rp16.364 menjadi Rp16.387 per dolar AS.

Melansir Bloomberg, pada perdagangan Selasa (29/7) hingga pukul 11.21 WIB, Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau menguat ke level 98,71 poin atau naik 0,08 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,63 poin.

Adapun pergerakan DXY harian sementara ini (29/7) berkisar antara 98,58-98,75 atau cenderung bergerak menguat dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.

Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 11.31 WIB hari ini (29/7) terpantau menguat 0,23% atau naik sekitar Rp38 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.402 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.382-16.412 per dolar AS.

Baca Juga: The Fed Hawkish, Penguatan Rupiah Akibat Kesepakatan Dagang Terbatas

Akhir pekan lalu, AS sudah mencapai kesepakatan kerangka perdagangan dengan UE dengan mengenakan tarif impor 15% pada sebagian besar barang asal Eropa yang masuk ke AS.

Keputusan ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bertemu di Skotlandia selama 1 jam. Rencana tersebut juga mencakup investasi UE di AS yang mencapai US$600 miliar serta peningkatan pembelian senjata dan energi dari AS senilai US$750 miliar.

Namun, hasil itu tidak sepenuhnya mendapat sambutan positif karena target awal Uni Eropa adalah mencapai kesepakatan tarif nol persen, atau turun drastis dari ancaman tarif Trump sebesar 30%.

"Kesepakatan UE-AS ini sebenarnya dipandang lebih banyak menguntungkan AS, sehingga dolar AS menguat besar," ungkapnya.

Di sisi lain, investor menaruh harapan besar terhadap perundingan tarif dagang China-AS. Apabila kesepakatan dengan China kembali memihak AS, lanjutnya, maka dolar AS akan kembali menguat lebih besar lagi.

"Perundingan AS-China baru dimulai, dan diperkirakan tidak akan mudah dan cepat, dengan itu deadline tarif antara mereka diperkirakan akan diperpanjang hingga tiga bulan," kata Lukman.

Pemerintah China, menjelang pertemuan lanjutan di Swedia, mengaku masih berharap AS dapat terus melanjutkan kesepakatan yang dicapai sebelumnya terkait perang dagang.

Perwakilan dari China dan AS yaitu Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent diketahui akan bertemu pada 28-29 Juli 2025 di Stockholm, Swedia, untuk membahas tarif dagang kedua negara.

Pertemuan di Swedia itu adalah pertemuan lanjutan setelah di di Jenewa, Swiss pada Mei 2025 dan di London, Inggris pada Juni 2025 yang mana barang AS ke China telah dipangkas tarifnya menjadi 10% sementara barang-barang China ke AS terkena tarif 30%.

Namun, keputusan pertemuan sebelumnya punya tenggat waktu yaitu 90 hari dan akan berakhir pada 12 Agustus 2025.

Sebelumnya, bea impor terhadap produk China yang masuk ke AS adalah sebesar 145%, sedangkan China menetapkan tarif 125% terhadap produk AS.

Baca Juga: Sri Mulyani Pede Nilai Tukar Rupiah Bakal Terus Stabil

Pertemuan Stockholm tersebut terjadi di tengah ancaman kenaikan tarif impor barang ke AS seperti yang disampaikan Presiden Donald Trump, efektif berlaku 1 Agustus.

Tarif yang lebih tinggi, yang diancamkan terhadap mitra dagang AS adalah sebesar 10-50%.

Potensi pelemahan kurs rupiah juga turut dipengaruhi ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

"Di samping itu, dolar AS juga sangat di atas angin saat ini oleh padatnya data-data ekonomi AS yang diperkirakan akan menunjukkan angka-angka yang kuat," ucapnya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah berkisar Rp16.300-16.450 per dolar AS.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar