c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

27 Agustus 2025

20:15 WIB

Kereta Listrik Sampai Pembangkit LNG Jadi Senjata Freeport Tekan Emisi

Freeport andalkan kereta listrik dalam proses pengangkutan tembaga dan bisa menekan emisi sampai 28%. Di sisi lain, Freeport juga berencana mengganti PLTU batu bara dengan LNG 2027.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kereta Listrik Sampai Pembangkit LNG Jadi Senjata Freeport Tekan Emisi</p>
<p>Kereta Listrik Sampai Pembangkit LNG Jadi Senjata Freeport Tekan Emisi</p>

Ilustrasi - Kereta listrik pengangkut tembaga di tambang bawah tanah. Dok Freeport Indonesia 

JAKARTA - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkapkan, pihaknya berkomitmen mengedepankan aspek keberlanjutan dalam operasional pertambangan tembaga di Bumi Cenderawasih Papua.

Salah satu upayanya, lewat pengoperasian kereta listrik untuk mengangkut bijih tembaga dengan kapasitas 150.000 ton per hari. Taktik itu dia sebut bisa menekan emisi sampai 28% dibandingkan pengangkutan menggunakan truk.

"Sekarang di tambang bawah tanah, kami menggunakan kereta listrik, zero emission. Itu kereta listriknya bisa mengangkut 150.000 ton per hari dan itu sudah me-reduce carbon emission 28%," tutur Tony dalam sesi diskusi Indonesia Summit 2025 di Jakarta, Rabu (27/8).

Baca Juga: Komitmen MIND ID Menuju Pengurangan Emisi 15,8% Di 2030

Penggunaan kereta listrik, sambung Tony, dikarenakan emisi yang begitu besar jika mengangkut bijih tembaga menggunakan truk konvensional dengan bahan bakar berbasis energi fosil.

Apalagi, truk-truk yang dahulu digunakan PTFI rata-rata hanya berkapasitas 300 ton. Sehingga, butuh lebih dari sekali jalan untuk mengangkut tembaga, mengingat produksi yang dilakukan Freeport mencapai 200.000 ton per hari.

Meski belum 100%, Tony berujar, peralihan ke kereta listrik setidaknya dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari kegiatan pengangkutan bijih tembaga.

"Itu kan bijih jumlahnya 200.000 ton per hari diangkut pakai truk-truk dengan fossil fuel, truk raksasa yang 300 ton. Itu bensinnya draw katanya 1:1, 1 kilo (bijih tembaga) butuh 1 liter. Bayangkan kalau 200.000 ton bijih diangkut, berapa banyak emisinya," kata dia.

Tak hanya dengan kereta listrik, Anggota Holding BUMN Pertambanga PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) itu juga berencana mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara Freeport berkapasitas 200 MW dengan combined cycle Liquified Natural Gas (LNG).

Baca Juga: Tembaga Dapat Tarif 0% dari AS, Freeport: Prioritas Industri Dalam Negeri

Dia menjelaskan, pembangkit listrik berbahan bakar LNG itu ditargetkan rampung dan siap beroperasi pada 2027 mendatang. Dengan begitu, ada tambahan pengurangan emisi sebesar 60% dari penghapusan PLTU batu bara untuk mendukung kegiatan tambang PTFI.

"Tentu saja, ini emisinya akan turun lebih banyak lagi sehingga bisa mencapai 60%. Begitu on line tahun 2027, bisa mencapai reduction emission by 60% dibanding tahun 2018," tandas Tony Wenas.

Lebih lanjut, Tony menegaskan, upaya-upaya tersebut PT Freeport Indonesia lakukan sebagai jawaban atas tantangan praktik bisnis yang berkelanjutan pada sektor pertambangan.

Sekalipun pertambangan merupakan industri ekstraktif atau non-renewable, PTFI mengupayakan dan mengedepankan aspek keberlanjutan dalam pengelolaan bisnis.

"Maksudnya, perusahaan tambang ini bisa melakukan lebih banyak cara bersih untuk memproduksi, kalau dalam hal kami adalah tembaga, yang kemudian dipergunakan juga untuk renewable energy," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar