28 Juni 2025
17:26 WIB
Kementerian P2MI Luncurkan Migrant Center Pertama Di Sumatra
Migrant Center UNP merupakan layanan terpadu yang menyediakan informasi komprehensif dan akurat mengenai prosedur dan peluang kerja di luar negeri.
Penulis: Fin Harini
Dua mahasiswa melakukan praktik pembuatan sabun cuci cair di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Padang, Sumatera Barat. Antara/Muhammad Zulfikar
PADANG - Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) meluncurkan Migrant Center di Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Sumatra Barat, untuk mempermudah para lulusan perguruan tinggi bekerja ke luar negeri. Ini merupakan Migrant Center pertama yang dibangun di Sumatra.
"Migrant Center ini merupakan sejarah bagi lulusan UNP. Setelah peresmian di Universitas Diponegoro, KP2MI meluncurkan Migrant Center di UNP atau yang pertama di Sumatra," kata Direktur Jenderal Promosi dan Pemanfaatan Peluang Kerja Luar Negeri Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Dwi Setiawan Susanto di Padang, Sabtu (28/6), dilansir dari Antara.
Migrant Center UNP merupakan layanan terpadu yang menyediakan informasi komprehensif dan akurat mengenai prosedur dan peluang kerja di luar negeri.
Pusat ini akan menjadi garda terdepan bagi calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari kalangan lulusan UNP dan masyarakat secara umum untuk mendapatkan informasi yang aman, legal, serta sesuai regulasi yang berlaku.
Migrant Center sekaligus ditujukan untuk mencegah praktik penipuan atau perdagangan orang. Migrant Center diharapkan dapat menjadi rujukan utama bagi pencari kerja ke luar negeri agar aman dan profesional.
Baca Juga: Dari 1,4 Juta Lowongan Di Luar Negeri, Indonesia Baru Bisa Suplai 300 Ribu Tenaga Kerja
Ia mengatakan, saat ini Kementerian P2MI sudah mengakses hampir 100 negara di seluruh dunia untuk membuka peluang kerja bagi PMI. Artinya, para lulusan terutama lulusan vokasi memiliki kesempatan yang besar untuk bekerja di banyak negara.
Dalam kunjungannya ke Ranah Minang, ia menyebutkan per Juni 2025 terdapat 2.873 PMI yang berasal dari Sumbar. Ribuan PMI itu bekerja di banyak sektor di antaranya manufaktur, pertanian, konstruksi, kesehatan, hospitality hingga perkebunan.
"PMI asal Sumbar ini sangat terkenal dengan keahlian dan pengetahuannya. Mereka tersebar di Malaysia, Jepang, Arab Saudi, Korea Selatan dan Taiwan," kata dia.
Ke depannya, Kementerian P2MI mendorong dan mengajak para lulusan perguruan tinggi di Tanah Air untuk siap bekerja ke luar negeri dengan menyasar Eropa maupun Amerika, terutama negara-negara yang memiliki perlindungan hukum yang baik.
Sasar Negara Dengan Aging Population
Dalam kesempatan itu, ia mengajak para lulusan perguruan tinggi di Indonesia untuk menangkap peluang kerja di sejumlah negara yang mulai mengalami aging population.
"Momentum saat ini, kita surplus angkatan kerja yang produktif dan di saat bersamaan banyak negara di dunia mengalami aging population," katanya.
Aging population merupakan kondisi di mana persentase jumlah penduduk usia lanjut (lansia) dalam suatu negara atau wilayah semakin meningkat dibandingkan dengan kelompok usia muda.
Banyak negara saat ini mengalami aging population atau penduduk usia 70-80 tahun sangat dominan dari usia produktif. Artinya, pekerja migran Indonesia (PMI) harus bisa menangkap peluang itu dengan bekerja sebagai profesional di negara yang mengalami aging population.
"Ini merupakan dunia yang terbuka luas. Kesempatan untuk kita bisa meningkatkan dan mempromosikan bagaimana value dari pekerja migran Indonesia," ujar Dwi.
Baca Juga: Dua Kementerian Atur Keberangkatan Pekerja Migran Indonesia
Sebagai gambaran, kata dia, saat ini rata-rata upah minimum provinsi di Indonesia masih berkisar di angka Rp3 juta. Namun, seorang PMI yang bekerja di Korea dengan latar belakang pendidikan sekolah menengah pertama bisa meraup gaji Rp20 juta setiap bulan, atau Rp30 hingga Rp40 juta bagi PMI di Jepang. Bahkan, di Eropa gaji yang diterima seorang pekerja bisa mencapai Rp80 juta per bulannya.
Namun, kata dia, sebelum seseorang bekerja ke luar negeri terdapat beberapa hal yang mesti dipenuhi terutama keahlian dan kemampuan dalam berkomunikasi. Khusus bahasa asing, Kementerian P2MI mendorong lulusan perguruan tinggi mulai melatih bahasa lewat internet, komunitas atau kursus bahasa.
"Skill bahasa ini sangat penting karena mempengaruhi keberhasilan kita di negara tujuan," ujar dia.