25 Agustus 2025
13:13 WIB
Kemenperin: Sentra IKM Dorong Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Transmigrasi
Kemenperin mendorong pembentukan sentra IKM di kawasan transmigrasi sebagai pemerataan pembangunan industri. Langkah ini dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal dan pemerataan ekonomi.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kementerian Perindustrian mendorong pembentukan sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) di kawasan transmigrasi sebagai bagian dari upaya pemerataan pembangunan industri di seluruh Indonesia. Langkah ini dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menjelaskan, salah satu strategi besar industrialisasi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, yaitu membangun industri, mendukung pemerataan ekonomi melalui pengembangan industri rakyat dan industri kecil menengah berbasis perwilayahan industri.
Adapun visi perwilayahan industri adalah menyeimbangkan pertumbuhan antara industri di Pulau Jawa dan luar Jawa.
"Tujuannya untuk menciptakan porsi pertumbuhan yang lebih berimbang," ujarnya saat melepas Tim Ekspedisi Patriot di Jakarta, Senin (25/8) melansir Antara.
Baca Juga: Ambisi Menciptakan Transmigrasi Berprestasi
Menurut Faisol, sentra IKM dapat dibentuk dalam klaster industri tertentu, baik dalam satu desa maupun beberapa desa yang saling berkaitan. Pembentukan ini akan didasarkan pada ketersediaan sumber daya alam dan manusia di wilayah tersebut, sesuai dengan persebaran Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI).
Kemenperin berharap, sentra IKM ini dapat menjadi pemasok produk bagi kawasan industri besar, sehingga menciptakan ekosistem usaha yang kuat dan berkelanjutan.
“Keberadaan kawasan industri berbasis industri besar dapat memperkuat ekosistem usaha, di mana desa industri menjadi pemasok yang bisa menyediakan produk untuk digunakan di kawasan industri maupun stakeholder lainnya,” ucapnya.
Foto udara hunian transmigran di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Bulupountu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (19/10/2022). Antara Foto/Mohamad Hamzah.Faisol mencontohkan Morowali di Sulawesi Tengah, yang dahulunya merupakan tujuan transmigrasi, kini telah berkembang pesat menjadi kawasan industri besar. Dahulu, Morowali hanya berpenduduk sekitar 2.000 orang. Kini, jumlah pekerjanya mencapai hampir 90.000 orang.
Baca Juga: Kementrans Siapkan Natuna Dan Merauke Jadi Lokus Transmigrasi Lokal
Menurut dia, sebelum ada kawasan industri, para transmigran di Morowali hanya mengandalkan pertanian dan perikanan. Namun, dalam 20 tahun, daerah tersebut bertransformasi menjadi pusat pengolahan sumber daya alam seperti nikel, alumina, dan gas.
Para transmigran kini memperoleh banyak manfaat dari kegiatan industri, bahkan menjadi bagian penting dari pengembangannya.
Dia menilai, pendekatan hilirisasi industri program transmigrasi dapat memperkuat rantai pasok bahan baku, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.
Faisol menyebut beberapa komoditas lokal yang berpotensi besar di kawasan transmigrasi antara lain kakao, kopi, sawit, karet, gula, dan jagung.
Baca Juga: Kementrans Sambut Investasi Perkebunan Kakao Dari Swiss
Spesifik, Faisol menyebut, produksi kakao dalam negeri masih jauh di bawah kebutuhan nasional. Lewat hilirisasi, kakao dapat diolah menjadi pasta, bubuk, hingga produk kosmetik dan farmasi. Daerah potensial kakao tersebar di Aceh, Sulawesi, dan Papua Barat.
Sementara untuk kopi, Indonesia memiliki permintaan tinggi di pasar global. Kopi dapat dihilirisasi menjadi kopi bubuk instan hingga produk makanan dan perawatan tubuh. Daerah potensial kopi tersebar di Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan NTB.
"Hilirisasi menjadi salah satu sektor yang sangat erat kaitannya dengan transmigrasi. Sehingga apapun yang dilakukan oleh pemerintah hari ini pada dasarnya adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh para transmigran bertahun-tahun lamanya," katanya.