21 November 2024
12:42 WIB
Kemenperin Catat Ada 193 Produk Hilir Kelapa Sawit Dan Kontribusi Ekspor Rp450 T
Potensi pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional masih terbuka lebar, khususnya pemanfaatan biomassa sawit yang selama ini belum optimal.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Khairul Kahfi
Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, produk hilir kelapa sawit sebanyak 193 jenis dan menyumbang ekspor buat RI sebesar Rp450 triliun sepanjang 2023, Jakarta, Rabu (20/11). Dok Kemenperin
JAKARTA - Kementerian Perindustrian mencatat, produk hilir kelapa sawit ada sebanyak 193 jenis. Sektor ini pun menyumbang ekspor buat Indonesia sebesar Rp450 triliun sepanjang 2023.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, pada 2010 hanya ada 54 jenis produk hilir sawit dan kini menjadi 193 jenis. Ia pun mengklaim, peningkatan itu menunjukkan kebijakan hilirisasi yang berjalan baik.
"Ragam jenis produk hilir sawit semakin meningkat signifikan. Pada tahun 2010 hanya terdapat 54 jenis, meningkat menjadi 193 jenis pada 2023," ujarnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (20/11).
Putu juga menyampaikan, rasio ekspor bahan baku dan produk hilir sawit juga mengalami perubahan drastis dalam kurun waktu yang sama.
Rasio ekspor bahan baku sawit mencapai 40% di 2010, lalu menurun tersisa menjadi 7% di 2023. Sedangkan, rasio ekspor produk hilir sawit mencapai 60% di 2010, naik lebih optimal menjadi 93% di 2023.
Baca Juga: Tak Khawatirkan Ekspor, GAPKI Justru Ungkap Ironi EUDR
Ia menambahkan, hilirisasi di industri pengolahan sawit juga memberikan dampak signifikan, yakni penyerapan tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebanyak 17 juta orang.
"Sektor ini memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 3,5%. Kepada total ekspor nonmigas, industri memberikan andil sebesar 11,6% atau senilai Rp450 triliun sepanjang 2023," kata Dirjen Agro.
Sementara itu, Putu menyebutkan nilai ekonomi industri sawit mencapai Rp193 triliun pada kuartal II/2024. Kemenperin memproyeksi nilainya akan tembus mencapai Rp775 triliun hingga akhir 2024.
Menurutnya, industri pengolahan sawit telah menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru khususnya di luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan wilayah lainnya di timur Indonesia.
Penumbuhan pusat baru industri berbasis sawit di luar Jawa, yang sudah ada saat ini antara lain di Dumai, Riau, Sei Mangkei, Sumut, Tarjun, Kalsel, Kotawaringin Barat, Kalteng, Bitung, Sulut, dan Balikpapan, Kaltim.
"Ini juga, artinya menumbuhkan aglomerasi atau kawasan industri baru berbasis sawit," tutur Putu.
Dirjen Industri Agro menambahkan, penumbuhan industri pengolahan sawit telah mampu menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha, khususnya di daerah terluar, tertinggal, dan terpencil (3T).
Potensi Jadi Biomassa Belum Optimal
Putu menilai, potensi pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional masih terbuka. Utamanya, pada pemanfaatan biomassa sawit yang selama ini masih belum optimal.
"Sebab saat ini, hilirisasi masih bertumpu pada pengolahan produk minyak sawit sehingga laju hilirisasi masih bergantung pada ketersediaan bahan baku minyak sawit mentah," ungkapnya.
Baca Juga: Kementan Ungkap Kerugian Indonesia Jika Tak Sesuai Aturan EUDR
Di sisi lain, pasokan minyak sawit mentah dari sektor perkebunan masih menghadapi tantangan. Antara lain penurunan produktivitas akibat penyakit tanaman, kendala agroklimat dan perubahan iklim, penerapan gap yang belum optimal, serta luas perkebunan yang masuk usia tua sehingga perlu di-replanting.
"Tantangan berikutnya adalah menurunkan emisi karbon dari kegiatan usaha perkelapasawitan nasional, dan mengoptimalkan nilai ekonomi karbon yang menyertainya," ujar Putu.
Oleh karena itu, aspek sustainability dan traceability menjadi prasyarat produk hilir kelapa sawit masuk skala pemasaran global, di tengah ancaman kampanye negatif dan hambatan perdagangan lainnya.
"Terakhir namun tak kalah pentingnya, tantangan untuk mengangkat level kapabilitas hilirisasi nasional dapat dijawab dengan upaya research and development yang berorientasi pada komersialisasi skala industri," pungkasnya.