13 November 2025
10:16 WIB
Kemenperin Akui Bahan Baku Farmasi Masih Impor Dari India Dan China
Porsi impor bahan baku farmasi sekitar 80 sampai 90%, sedangkan 10% obat itu sudah dihasilkan di Indonesia.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Editor: Fin Harini
Sejumlah petugas saat proses pembuatan obat di Laboratorium KBIC, Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (26/9/2024). Antara Foto/Fakhri Hermansyah
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya mengembangkan bahan baku obat berbasis kekayaan alam yang ada di Indonesia. Menurut dia, inovasi tersebut untuk menekan dominasi impor bahan baku farmasi dari India dan China.
“Kita hanya bisa menghentikan dominasi dari India dan China sebagai supplier bahan baku obat dunia, apabila kita berhasil mengembangkan bahan baku obat berbasis kekayaan alam kita,” kata Agus di Kantor Kementerian Perindustrian pada Rabu (12/11).
Kata dia, Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa di mana sekitar 30 ribu jenis tumbuh-tumbuhan berkhasiat dapat dikembangkan menjadi obat aktif, kosmetik maupun suplemen kesehatan. Untuk itu, lanjut dia, potensi besar ini tentu akan menjadi modal besar untuk memperkuat industri berbasis inovasi dan kearifan lokal.
Baca Juga: BPOM: 90% Bahan Baku Obat Masih Impor
“Kekayaan alam kita seharusnya lebih dari cukup untuk bisa kita olah sebagai bahan baku, sebagai obat-obat kita artinya di sektor paling hulu. Jadi kita hanya bisa mematahkan dominasi India dan China, kalau kita bisa mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam kita,” tegas Agus.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Taufik Bawazier mengakui bahan baku farmasi masih tergantung dengan impor. Menurut dia, porsi impor bahan baku farmasi sekitar 80 sampai 90%, sedangkan 10% obat itu sudah dihasilkan di Indonesia.
“Kita akui bahwa bahan baku farmasi ini masih tergantung dengan impor, karena memang dari hulunya petrochemical itu juga impor. Banyak (80% impor), dari India dan China. Itu dua besar yang supply,” kata Taufik.
Kata dia, Kementerian Perindustrian terus mendorong untuk menciptakan nilai tambah baru dengan mengembangkan inovasi kekayaan alam dari bahan baku chemical aromatik. Secara bertahap, lanjut dia, Kementerian Perindustrian akan mencoba untuk mensubstitusi dari bahan baku chemical aromatik.
“Dari aromatik seharusnya bisa menghasilkan bahan baku obat, itu nanti secara bertahap hilirnya dari bahan baku alam,” jelas dia.
Baca Juga: OJK: Impor 90% Bahan Baku Obat RI Picu Inflasi Medis
Ke depannya, kata Taufik, Kementerian Perindustrian itu menciptakan demand dari dalam negeri. Artinya, selain dari ekspor demand itu karena kemanfaaatanya dari obat tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Jadi, Taufik menegaskan hilirisasinya juga sesuai dengan strategi baru industri nasional (SBIN).
“Itu sudah memasukkan komponen mensejahterakan masyarakat, jadi petani-petani yang bisa mensuplai bahan baku obat dari bahan alami bisa masuk ke pabrik, sehingga itu terjadi spillover kemanfaatannya ke masyarakat, dan industrinya juga tumbuh. Kita bisa berdaya saing karena bahan bakunya melimpah,” pungkasnya.