10 Agustus 2022
09:27 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
BALI – Kementerian Koperasi dan UKM menggandeng Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggelar ajang 'Citra Kriya' guna mendongkrak kapasitas dan kompetensi SDM UMKM bidang kriya atau pengrajin di Provinsi Bali.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebutkan gelaran itu juga dihelat dalam rangka meningkatkan citra produk-produk kerajinan khas Pulau Dewata agar bisa bersaing, baik di kancah lokal, nasional, maupun global.
"Masyarakat Bali yang sudah lama dikenal sebagai masyarakat yang kreatif, terampil, dan tekun diyakini mampu menghasilkan produk kriya yang berkualitas dan disukai oleh pasar internasional," ujarnya di Bali, Selasa (9/8).
Selain tradisi masyarakat yang kreatif, terampil, dan tekun, Bali juga punya predikat sebagai destinasi favorit para wisatawan. Hal tersebut menurut MenkopUKM bisa dimanfaatkan dengan menjadikan Bali sebagai lokasi pemasaran produk kriya.
Untuk itu, Teten mengatakan harus ada program pengembangan UKM kriya berbasis riset pasar secara sistematis dan berkesinambungan dengan fokus pada agregator kecil dan menengah. Riset tersebut pun seyogianya melibatkan buyer representatif dan lembaga pembiayaan ekspor.
Ia juga menegaskan para pelaku UMKM harus saling berkolaborasi dan melakukan spesialisasi produksi mengingat UMKM akan sulit beradaptasi dan mengembangkan usaha jika berjalan sendiri-sendiri. Apalagi, mereka juga harus menentukan strategi pasar karena sumber daya yang terbatas.
"Sehingga promosi produk kriya Bali melalui kegiatan pameran baik skala nasional maupun internasional di Bali perlu dilakukan secara rutin," kata MenkopUKM.
Beriringan dengan itu, Menteri Teten mengatakan Dekranas punya peran yang sangat strategis dalam mendorong kemajuan UMKM. Dekranas bisa melakukan pendampingan terhadap para pelaku UMKM Kriya, mempresentasikan karya para pengrajin, hingga mengembangkan branding dan manajemen usaha.
"Termasuk juga terkait kemudahan pendanaan serta mengajak UMKM memiliki tanggung jawab sosial terhadap kelestarian lingkungan dan kecintaan terhadap produk lokal," sambung Teten.
Pada kesempatan itu, Ketua Bidang Pendanaan Dekranas Suzana Teten Masduki menjelaskan sinergi yang terjalin bersama KemenkopUKM akan menghadirkan serangkaian pelatihan dengan skema 'jemput bola'. Pelatihan itu bertujuan memberi penguatan kewirausahaan hingga penguatan ekosistem ekonomi digital dari hulu ke hilir.
Sinergi itu juga, ia katakan sebagai ikhtiar bersama, terlebih momentum Presidensi G20 merupakan peluang emas untuk membangun dan mentransformasi sektor kriya Indonesia, khususnya dari Pulau Bali. Oleh karenanya, ia mengajak pelaku usaha harus siap memanfaatkan Presidensi G20 bukan hanya sebagai tuan rumah, tetapi juga sebagai pemenang.
"Dengan demikian pendekatan berbasis ekosistem ini, kami berharap ada banyak kesempatan-kesempatan terbuka untuk terus memajukan para pelaku usaha di Indonesia," ungkap Suzana.
Menurut Suzana, Provinsi Bali merupakan salah satu jawara penghasil produk kriya atau kerajinan tangan. Karya-karya indah dengan nilai estetika tinggi telah berhasil diciptakan oleh pelaku kreatif di sana yang kemudian menjadi produk kebanggaan nasional.
Ketika pandemi covid-19 hadir, lanjutnya, telah terjadi pergeseran tren dan selera pasar. Dari pergeseran itu pun muncul tantangan dan peluang baru bagi sektor kriya. Untuk menjawabnya, butuh inovasi dan kreativitas agar bisa memenuhi kebutuhan pasar, baik nasional maupun global.
"Untuk membangun ekosistem ekonomi inklusif yang berkelanjutan, kita mendorong para pelaku kreatif untuk membangun bisnis model yang lebih modern," ucap dia.
Diversifikasi
Lebih lanjut, Menteri Teten Masduki tak menampik bahwa semenjak kehadiran pandemi covid-19, Provinsi Bali menjadi salah satu wilayah yang terkena pukulan berat. Tercatat perekonomian di sana sempat terkontraksi hingga -12% meskipun kini perlahan mulai membaik.
Menurutnya, hantaman pandemi terhadap ekonomi Bali itu tak lepas dari ketergantungan Pulau Dewata pada sektor pariwisata. Selama ini, Provinsi Bali tak punya sektor unggulan lain selain bidang turisme.
"Pengalaman ini mendorong inisiatif diversifikasi perekonomian lewat pengembangan beberapa sektor unggulan, mulai dari berbasis kreativitas, kultural, kriya, hingga wellness product," kata dia.
Senada, Gubernur Bali I Wayan Koster tak menampik bahwa selama ini wilayahnya sangat adiktif terhadap sektor pariwisata. Sektor tersebut bahkan punya kontribusi hingga 45% terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali.
Namun dari pengalaman pandemi, Wayan mengamini sektor turisme itu sangat rentan terhadap bencana, baik alam maupun non-alam. Untuk itu, Pemprov Bali saat ini tengah menggulirkan transformasi ekonomi baru agar tak bergantung pada sektor pariwisata saja.
"Ada enam sektor yang kami kembangkan, yakni pertanian, kelautan dan perikanan, UMKM dan koperasi, industri dengan branding Bali, ekonomi digital, dan juga pariwisata. Tahun 2023 nanti, kami tancapkan lagi lebih progresif mengingat kekayaan kami ini ada di UMKM, ekraf, dan ekonomi digital," tandas Wayan Koster.