10 Juni 2025
13:53 WIB
Kemenko Ekonomi: Sektor Tambang Berperan Penting Dalam Transisi Energi
Kemenko Ekonomi mengatakan sektor pertambangan memiliki peran krusial dalam transisi menuju energi yang lebih hijau dan ramah lingkungan.
Editor: Khairul Kahfi
Foto udara kawasan pertambangan emas di areal persawahan dan perkebunan di Merangin, Jambi, Minggu (28/7/2024). Antara Foto/Wahdi Septiawan
JAKARTA - Asisten Deputi Bidang Pengembangan Mineral dan Batubara Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Herry Permana mengatakan, sektor pertambangan memiliki peran krusial dalam transisi menuju energi yang lebih hijau dan ramah lingkungan.
"Pertambangan memiliki peran penting dalam mendukung transisi energi, terutama karena mineral dibutuhkan untuk energi terbarukan seperti baterai dan turbin angin," kata Herry dalam sambutan di Indonesia Miner Conference & Exhibition 2025 Jakarta, Selasa (10/6) melansir Antara.
Baca Juga: Omon-Omon Transisi Energi, Ternyata Eropa Masih Pesan Batu Bara RI
Namun, Herry pun memberikan syarat agar sektor pertambangan dapat berjalan mulus mendukung transisi energi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yakni keberadaan strategi yang tepat oleh pemangku kepentingan.
"Diperlukan kebijakan dan strategi yang komprehensif dan mudah dilaksanakan bagi sistem pengelolaan pertambangan dan industri dari hulu sampai hilir, yaitu melalui rantai pasokan yang efektif dan efisien, transparan, berkeadilan, dan terjamin," ujar dia.
Herry menilai, hal tersebut diperlukan guna mewujudkan ketahanan energi nasional, selain energi fosil.
"Yaitu penyediaan bahan baku mineral logam primer, termasuk logam tanah jarang, dan batubara untuk teknologi terbarukan, seperti baterai kendaraan listrik (EV), panel surya, turbin angin, dan lain-lain sesuai dengan Astacita Presiden dalam PN (Prioritas Nasional) 5," kata dia.
Selain mendukung percepatan transisi energi, Herry mengatakan, industri pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada periode 2028-2029.
"Baik secara langsung melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), pendapatan ekspor (DHE), peningkatan investasi, penciptaan lapangan kerja, maupun secara tidak langsung seperti pembangunan infrastruktur, pengembangan ekonomi lokal, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia," jelasnya.
Baca Juga: Ekonom: Danantara Bisa Percepat Pembiayaan Transisi Energi
Karena itu, dia menyampaikan, sektor pertambangan nasional butuh dukungan dan kolaborasi multiheliks yaitu dari pemerintah, badan usaha, masyarakat, akademisi, asosiasi, hingga media.
Lebih lanjut, Herry menekankan bahwa kegiatan dan industri pertambangan juga perlu dipastikan berkelanjutan dan ramah lingkungan, menerapkan prinsip-prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) serta Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), dengan pemanfaatan teknologi dan inovasi baru untuk orientasi ekspor.
"Pengoptimalan kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 8%," kata Herry.
Tambang Sokong 6-7% Ekonomi RI
Adapun, Sekretaris Jenderal BPP HIPMI Anggawira menjelaskan, sektor pertambangan masih berstatus sebagai fondasi penting perekonomian nasional dan sektor yang krusial dalam menjalankan agenda transisi energi.
Baca Juga: Transisi Energi di Indonesia Terhadang Anggaran
Dirinya yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo) menekankan, industri pertambangan tak dapat lagi dilihat sebagai aktivitas ekonomi konvensional. Menurutnya, sektor pertambangan punya peran yang krusial dalam rantai pasok global untuk teknologi masa depan.
Industri tambang, sambungnya, punya sumbangsih sekitar 6-7% terhadap PDB nasional. Dari situ, sektor pertambangan selama ini telah menciptakan ratusan ribu lapangan pekerjaan, serta menyumbang PNBP maupun royalti.