c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

03 April 2025

21:00 WIB

Kebun Rizki: Menanam Kebaikan, Menunjang Laba

Kebun Rizki lahir dari kegelisahan seorang ibu yang berupaya mencari jalan keluar kesehatan keluarga via sayur organik. Tak disangka, peluang bisnis puluhan juta terbuka setelahnya. 

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Rikando Somba

<p id="isPasted">Kebun Rizki: Menanam Kebaikan, Menunjang Laba</p>
<p id="isPasted">Kebun Rizki: Menanam Kebaikan, Menunjang Laba</p>

Salah satu produk olahan turunan terbaru sabun dari sayur kale 'Kale Bar' yang diproduksi Rumah Rizki. Dok Rumah Rizki

JAKARTA - Di tengah maraknya isu lingkungan dan kesehatan, sayuran organik kini semakin diminati oleh para petani dan konsumen. Bercocok tanam secara organik bukan hanya memberikan manfaat bagi lingkungan dan kesehatan. Di saat sama, ini juga menawarkan keuntungan ekonomi yang signifikan.

Barang kali visi itu juga yang sekarang bisa bisa mengubah kehidupan Rizki Situngkir dan orang sekitar dengan mendirikan bisnis 'Kebun Rizki' pada awal 2020. Selain soal tanam-panen sayuran, bisnis ini juga turut serta mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan.

Semuanya berawal dari keputusan Rizki untuk berhenti dari pekerjaan mapan sebagai seorang akuntanResign dari kerja kantoran bukan hal yang mudah buatnya. Ditambah lagi, dengan latar belakang pendidikan S2 bidang keuangan, tentunya Rizki tidak punya modal pengalaman sepeser pun soal bercocok tanam.

Pada akhirnya, Rizki yang kala itu berusia 43 tahun mengambil keputusan berani untuk berbisnis karena hendak fokus mengurus anak yang masih batita. Ide awal bisnis hijau-hijauan bermula ketika dia menyadari anaknya sangat sulit makan sayur; kekhawatiran naluriah seorang ibu.

“Waktu itu saya mendapati bahwa anak saya sangat susah makan sayur,” kenang Rizki ketika berbincang dengan Validnews, Jakarta, Rabu (26/3).

Tak berselang lama dari keprihatinan itu, dirinya malah mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengikuti kursus hidroponik sehari. Tanpa ragu, dia memutuskan untuk ikut ambil bagian.

Usai pertemuan itu, dia mengaku berhasil menanam dan memanen sayuran sendiri, yang ternyata dapat menjadi sumber makanan sehat untuk si anak. Dari titik ini juga, perempuan lulusan Sarjana Ekonomi Akuntansi UI dan MBA American University Washington DC ini makin mantap menapaki jalan panjang dalam dunia berkebun.

Keberhasilan kecil itu juga membuka matanya bahwa setiap orang bisa menghadapi segala tantangan dengan kemauan, komitmen, dan kemampuan untuk belajar.

“Di situ saya merasa bahwa komitmen untuk belajar adalah kunci utama untuk meraih keberhasilan,” serunya dengan semangat yang masih membara hingga hari ini.

Seiring waktu, Rizki semakin tertarik untuk memperdalam pengetahuannya tentang berkebun terutama secara organik. Dia juga mengaku tak pilih-pilih sumber dalam mempelajari seluk-beluk berkebun organik secara efisien, baik online hingga konsultasi dengan pakar perkebunan semuanya dilibas.

"Kalau belajar sih saya banyak di Youtube, (artikel) online, liat kiri-kanan. Hampir mungkin 80% itu otodidak lah ya semuanya dipelajarin (mandiri)," imbuhnya. 

Berkebun Organik Kala Pancaroba
Dalam masa perkembangan, Rizki menyebut, menjadi seorang pebisnis kebun organik tidak mudah karena menghadapi sejumlah tantangan. Paling terasa, soal perubahan iklim yang tengah terjadi di Indonesia.

Cuaca yang semakin berubah, menjadi salah satu tantangan besar dalam usaha kebun organik. Menurutnya, pancaroba sering kali membuatnya kesulitan merawat tanaman sampai yang paling apes gagal panen. 

"(Perubahan iklim di Indonesia) pasti mempengaruhi (pertanaman organik), banget," ungkapnya. 

Saat ini, Kebun Rizki sendiri sudah 'menguasai' dua lahan perkebunan di area Jakarta. Pertama, lahan seluas 3.000 meter persegi di Ciganjur, Jaksel. Kedua, lahan 100 meter persegi di rooftop rumahnya di kawasan BSD, Tangerang.

Cuaca yang tidak menentu membuat bertani organik jadi lebih sulit karena membuat proses pertumbuhan tanaman menjadi lebih lambat dibandingkan dengan kebun non-organik. Akibatnya, situasi gagal panen menjadi tak terelakkan. Meski begitu, Rizki tidak merasa kapok karena langkah ini juga menjadi upaya menjaga kelestarian alam.

"Jadi kadang gagal panen, kadang susah gitu kan, makanya peran kebun organik itu amat sangat dibutuhkan. Kenapa? Karena itu menjaga alam," sebutnya.

Di sisi lain, dirinya juga hanya mengandalkan pestisida alami dari nabati berbahan dasar jahe dan sereh untuk meladeni kawanan hama tanaman. Meski lebih ramah lingkungan, upaya ini memerlukan komitmen perawatan tanaman yang lebih intensif. 

"Harus semprot rutin, mungkin seminggu dua kali," tuturnya.

Baca Juga: Rekomendasi Bahan Makanan Sehat Ramah Lingkungan

Dia sendiri tak memungkiri, bahan kimia bisa menggaransi hasil pertanaman yang lebih cepat dan praktis dalam jangka pendek, namun efek jangka panjangnya justru bisa merusak kesuburan alami tanah itu sendiri. 

Sebaliknya, walau memerlukan perhatian ekstra dan waktu yang lebih lama, kebun organik yang dijaga secara alami dapat berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam. Dengan demikian, tanah menjadi lebih gembur dan ekosistem tetap terjaga.

"Tanaman organik memang lebih susah karena kalau kamu pakai bahan kimia, dia tumbuh lebih cepat. Tapi itu hanya sementara," jelasnya.

Meski hambatannya banyak, secara umum Rizki meyimpulkan, biaya untuk berkebun organik masih jauh lebih murah ketimbang dengan penggunaan bahan kimia. 

“Secara bisnis, lebih murah pakai kimia, tapi itu tadi, karena prosesnya yang sulit membikin produk organik jadi mahal,” ujarnya. 

Dengan kelebihan ramah lingkungan dan produk yang lebih sehat, kebun organik memang membutuhkan waktu lebih lama untuk menghasilkan dalam skala bisnis. Di samping itu, dampaknya jauh lebih signifikan dalam upaya menjaga keberlanjutan alam.

"Berkebun organik memberikan manfaat yang sangat besar. Selain menghasilkan tanaman yang lebih kuat dan sehat, cara ini juga mendukung keberlanjutan lingkungan," paparnya.

Manfaat Kale Bagi Penderita Kanker
Di luar teknis bercocok tanam yang menantang, Rizki juga sempat menghadapi ujian berat kala merintis bisnis di tahun pertama pandemi covid-19 berlangsung. Ayahnya didiagnosis dengan penyakit kanker lambung. Terang ini sebuah berita yang sangat mengguncang keluarga.

Namun, di balik kesedihan itu, dia mendapat kesempatan untuk lebih memahami dan mendalami pentingnya makanan sehat, khususnya makanan organik.

“Saya melakukan riset untuk mencari tahu pengobatan terbaik bagi penderita kanker, karena ayah saya juga menderita kanker lambung. Di sana, saya menemukan bahwa makanan organik, terutama sayur yang bebas bahan kimia, sangat penting dalam membantu proses pemulihan,” ceritanya. 

Salah satu jenis sayuran yang sangat dianjurkan untuk penderita kanker adalah kale. Buat awam, kale merupakan sayuran yang mengandung antioksidan tinggi dan memiliki manfaat luar biasa untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.

Di Indonesia, sayuran hijau dengan daun bergelombang ini juga kerap dipanggil kubis keriting atau kangkung keriting. Meski untuk sapaan terakhirnya, secara botani, ada perbedaan antara kale dan kangkung. Overall, kale juga dikenal dengan sebutan lebih beken 'superfood'.

"Saya juga membaca jurnal dari American Cancer Research institute bahwa kale adalah makanan terbaik untuk penderita kanker. Karena kale mengandung zat-zat antioksidan yang sangat tinggi yang berfungsi untuk menghambat sel kanker," ungkapnya.

Baca Juga: Ragam Sayuran Terbaik Kurangi Lemat Perut

Dengan penuh tekad, Rizki mulai menyediakan sayur yang punya rasa unik, sedikit pahit, dan sedikit pedas ini untuk ayahnya selama masa pengobatan. Hingga pada akhir 2020, kombinasi pengobatan dan rutinitas konsumsi kale organik, membuat sang ayah divonis bebas kanker. 

Keajaiban ini membakar semangat Rizki untuk terus berkebun secara organik, terutama untuk tanaman kale. “Keberhasilan ayah (sembuh kanker lambung), memberikan saya lebih banyak alasan untuk terus berkebun. Saya ingin agar lebih banyak orang bisa merasakan manfaat dari makanan organik yang sehat,” ungkapnya.

Dari sinilah, dia melalui 'Kebun Rizki' ingin memastikan bahwa orang-orang memiliki akses yang lebih mudah terhadap makanan sehat. Dia juga mengukuhkan bahwa usaha berkebun organik tidak hanya menyoal kualitas produk, lebih dari itu membawa manfaat bagi lingkungan dan kesehatan manusia. 

Rizki ingin memastikan orang-orang memiliki akses yang lebih mudah terhadap makanan sehat. Utamanya bagi mereka yang membutuhkan pengobatan tertentu, seperti penderita kanker atau gangguan pencernaan.

“Kebun Rizki memiliki hati untuk menolong. Kami ingin memberikan akses yang mudah dan nyaman untuk makanan sehat, terutama sayur organik. Kami ingin membantu mereka yang berjuang melawan penyakit, seperti kanker dan GERD, mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka,” tegasnya.

Kondisi Bisnis
Saat ini, Rizki memaparkan, para pelanggan masih berlangganan rutin sayuran kale organik. Lalu, pihaknya akan melakukan pengiriman setiap minggunya. Kebun Rizki membanderol kale organik dengan harga terjangkau, yakni berkisar Rp50 ribu per 250 gram.

Selain produk hijau segar, Rizki juga sudah mulai merambah ke produk turunan sayur kale lainnya. Misalnya, kale noodle yang diklaim gluten free yang dijual mulai dari Rp45 ribuan, dan minuman kale atau kalemonade dengan harga Rp35 ribu.

Lalu, bermacam pasta dan pastry seperti kale ravioli mulai dari Rp125 ribuan, kale chicken pie Rp108 ribuan, sampai kale tuna puff sekitar Rp100 ribuan. Tak kalah unik, Kebun Rizki baru saja meluncurkan produk terbaru sabun berbahan dasar kale dengan harga Rp39 ribuan.

Tertarik? Tenang, Sobat Valid bisa memesan semua produk di atas melalui e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, pesan Instagram, ataupun WhatsApp Kebun Rizki.

Setelah didirikan lebih dari empat tahun lalu, kini Rizki bisa meraup omzet mencapai Rp20-50 juta per bulan dari Kebun Rizki. Selain itu, di kebun ini juga sudah ada beberapa pekerja untuk ditempatkan sebagai head office hingga petani yang membantunya menanam dan memanen sayuran organik.

Masih Fokus Mengedukasi
Dengan visi yang jelas dan dedikasi yang tinggi, Kebun Rizki kini berkembang menjadi sebuah usaha yang tak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bermanfaat besar bagi masyarakat. 

Menurutnya, masyarakat kini masih memiliki kesadaran kesehatan tubuh yang rendah, sehingga dirinya memiliki visi dan misi untuk memberikan dampak kesehatan, baik lewat produk sayur organik yang dia tanam maupun para pelanggan yang mengonsumsi produknya.

"Tantangannya yang terbesar juga salah satunya adalah orang Indonesia itu tidak sadar hidup sehat. Jadi, belum tertarik untuk beli kalo dia belum sakit misalnya," sebutnya.

Rizki menilai, dengan konsumsi akan produk organik masyarakat yang juga terbatas menjadi tantangan dirinya dalam melakukan penetrasi terhadap pasar produk organik.

"Itu jadi orang yang konsumsi juga terbatas gitu. Nah itu mungkin tantangannya, jadi market penetrasinya itu susah. Jadi size of bisnisnya enggak cepet naik gitu. Tapi yang pasti, aiming-nya adalah sustain. Sustainable feed, sustainable farming, sustainable business. Kira-kira seperti itu," ucapnya.

Rizki mengungkapkan, pada awal membangun usaha dirinya beruntung karena sudah memiliki sebidang tanah yang bisa dijadikan lahan sehingga modal yang dikeluarkan tidak begitu banyak. Sisanya, ia harus menyiapkan peralatan berkebun serta membuat pupuk kompos sendiri.

"Ya minimal modal lahan lah ya, tapi karena lahan masih punya sendiri ya enggak ada (modal yang keluar). Terus termasuk juga untuk peralatan untuk berkebun juga SDM-nya, standar seperti itu," ucapnya.

Rizki berharap, usahanya dapat terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak orang untuk menjaga kesehatan melalui pola makan yang sehat dan organik.

"Saya sih kepengennya (harapan) lebih kepada literasi ya. Challenge utamanya adalah literasi orang-orang terhadap kesehatan alam dan kesehatan tubuh. Kesehatan tubuh juga, seperti yang saya bilang, mungkin orang-orang Indonesia itu bukan tipikal yang mencegah sebelum mengobati," tuturnya.

Ke depan, dia juga berharap, kebun itu bukan hanya sekadar menjadi sebuah bisnis, tetapi juga misi untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih sehat dan berkelanjutan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar