17 Oktober 2024
08:36 WIB
Kamis (17/10), IHSG Berpotensi Sideways Di Tengah Sentimen Beragam
IHSG diperkirakan akan bergerak sideways hari ini dikarenakan pergerakan pasar global, regional, dan komoditas yang cenderung beragam
Editor: Fin Harini
Pekerja melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (12/6/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diproyeksi bergerak sideways, karena sentimen beragam dari bursa saham global dan regional, serta pasar komoditas.
“Nikkei dibuka melemah 0,42% sementara KOSPI dibuka menguat 0,30%. Kami memperkirakan IHSG akan bergerak sideways hari ini dikarenakan pergerakan pasar global, regional, dan komoditas yang cenderung beragam,” sebut Samuel Sekuritas Indonesia dalam laporan riset harian, Kamis (17/10).
Hari sebelumnya, Rabu (16/10), bursa Asia ditutup cenderung melemah. Kospi turun 0,88%, Nikkei melemah 1,83%, Hang Seng terkoreksi 0,16%, dan Shanghai naik 0,05%.
Pasar AS ditutup cenderung menguat pada Rabu (16/10). Indesks Dow naik 0,79%, S&P 500 menguat 0,47%, dan Nasdaq bertambah 0,28%.
“Saham AS melonjak pada hari Rabu, kembali mendekati level tertinggi sepanjang masa, saat investor mencerna serangkaian laporan hasil pendapatan yang disorot oleh Morgan Stanley,” imbuh Samuel Sekuritas.
Yield UST 10Y turun 0,021 atau 0,52% ke 4,019, dan USD Index naik 0,32% ke 103,6.
Pasar komoditas ditutup beragam pada Rabu (16/10). Harga minyak WTI turun 0,54% menjadi US$70,71/bbl, batu bara susut 0,91% menjadi US$147,4/ton, dan nikel melemah 0,52% menjadi US$17.366/ton. Sedangkan, CPO naik 1,75% menjadi MYR4.313, dan emas menguat 0,48% menjadi US$2.674/toz.
Baca Juga: IHSG Rabu (16/10) Menguat Jelang Hasil RDG BI
IHSG ditutup menguat 0,29% pada perdagangan kemarin di level 7.648, dengan keseluruhan net sell sebesar Rp335,5 miliar. Di pasar reguler, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp209,6 miliar, dan pada pasar negosiasi tercatat net sell asing sebesar Rp545,1 miliar.
Net sell asing tertinggi di pasar reguler dicetak oleh BBCA (Rp135,4 miliar), ADRO (Rp80,1 miliar), dan BMRI (Rp78,7 miliar). Net buy asing tertinggi di pasar reguler dicatatkan oleh TLKM (Rp147,6 miliar), BREN (Rp62,9 miliar), dan UNVR (Rp45,9 miliar). Top leading movers emiten BREN, TLKM, GOTO, sementara top lagging movers emiten BBCA, BMRI, MSIN.
Dari sisi makro, dalam pertemuannya di Oktober, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya di angka 6%, menyusul pemangkasan sebesar 25 basis poin pada bulan September, yang pertama sejak awal tahun 2021.
Langkah ini mencerminkan strategi untuk menyeimbangkan pengendalian inflasi dan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama mengingat depresiasi rupiah sebesar 3% terhadap dolar AS.
“Sikap hati-hati bank sentral, yang mempertahankan suku bunga fasilitas simpanan dan pinjaman, menegaskan komitmennya untuk menstabilkan rupiah,” sebut Samuel Sekuritas.
Meskipun ada potensi pemangkasan suku bunga, didukung oleh cadangan devisa yang kuat dan surplus perdagangan, namun risiko geopolitik dan geoekonomi yang sedang berlangsung dapat menyebabkan status quo terus dipertahankan hingga akhir tahun 2024. Pemangkasan suku bunga lebih lanjut memerlukan pertimbangan cermat karena Indonesia menghadapi masalah membesarnya defisit ganda di tahun 2025.
Emiten Yang Jadi Sorotan
Pagi ini, terdapat beberapa emiten yang menjadi sorotan Samuel Sekuritas. Pertama, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) meresmikan pembangunan pabrik radioisotop melalui PT Global Onkolab Farma untuk memproduksi Fludeoxyglucose (FDG), mendukung deteksi dini kanker dengan PET/CT-Scan.
Langkah ini bertujuan memperkuat segmen pharmaceutical perusahaan, khususnya dalam solusi deteksi kanker.
Emiten berikutnya adalah PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang berpotensi meraih pendapatan hingga USD50 juta dari kontrak penyewaan enam unit booster compression plant untuk pengembangan Kampung Baru di Blok Sengkang. Proyek ini dijadwalkan beroperasi secara komersial pada Kuartal IV/2025. Kerja sama ini memperluas portofolio RAJA di sektor hilir migas dan berpotensi meningkatkan pendapatan serta laba perseroan.
Baca Juga: Analis Soroti Saham Ini Di Perdagangan Rabu (16/10)
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatatkan peningkatan marketing sales 2.706% YoY ke 142 hektare senilai Rp1,7 triliun pada 9 bulan pertama 2024, naik dari penjualan 5 hektare senilai Rp88 miliar pada periode yang sama 2023.
Pendapatan kontrak baru NRCA pada Januari-September 2024 meningkat 49% YoY menjadi Rp3,4 triliun. Sementara itu, jumlah malam kamar perhotelan pada Januari-September 2024 meningkat sebesar 9% tahun ke tahun menjadi 329,035 malam kamar.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan berinvestasi tetap berada sepenuhnya di tangan pembaca.