07 Februari 2024
20:49 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan, investor asing nonresiden terpantau mulai melepas aset investasi lokal senilai Rp3,01 triliun sepanjang 5-6 Februari 2024. Asing terlihat dominan menjual SBN dan SRBI pada kegiatan ekonomi domestik yang terbatas di pekan ini.
“Nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp3,01 triliun; terdiri dari jual neto Rp2,79 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,27 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,49 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Rabu (7/2).
Berdasarkan pantauan Validnews, pekan lalu investor asing mengakumulasi belidan membeli lagi aset investasi lokal senilai Rp8,51 triliun, setelah pekan sebelumnya asing terpantau jual neto investasi lokal sebanyak Rp3,2 triliun.
BI mencatat, sepanjang tahun berjalan mengacu data setelmen hingga 7 Februari 2024 (year-to-date/ytd), perkembangan investasi nonresiden di pasar keuangan domestik masih terjaga baik. Dengan torehan nonresiden beli neto Rp0,25 triliun di pasar SBN, beli neto Rp11,64 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp31,52 triliun di SRBI.
“(Sementara itu), premi credit default swap/CDS Indonesia lima tahun per 6 Februari 2024 sebesar 73,25 basis poin (bps), relatif stabil dibandingkan 2 februari 2024 sebesar 72,26 bps,” sebutnya.
Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak turun ke level 6,59% pada Rabu pagi (7/2), setelah sehari sebelumnya sudah naik ke level 6,61%. Adapun, yield SBN ini ditutup cukup tinggi ketimbang jumat pagi pekan lalu (2/2) yang bertengger di level 6,52%.
Per akhir Selasa (6/2), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY terpantau menguat ke level 104,21 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Selanjutnya, Erwin juga menginformasikan, bahwa imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau mengalami kenaikan pada Selasa (6/2). “Yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,100%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.
Penguatan Rupiah Masih Marginal
Selain itu, Erwin melaporkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat marginal Rp10 jelang libur panjang di pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.725 per dolar AS pada akhir Selasa (6/2) dan dibuka level (bid) sebesar Rp15.715 per dolar AS pada Rabu pagi (7/2).
Dengan demikian, pergerakan rupiah masih relatif sama saja dengan akhir pekan lalu yang masih bergerak di rentang sama. Rupiah dibuka di level (bid) sebesar Rp15.750 per dolar AS pada Jumat pagi (2/2).
Terpisah, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyampaikan, Indonesia patut bersyukur karena fundamental makroekonomi yang cukup solid membuat rupiah masih cenderung kuat sepanjang 2023. Bahkan, rupiah sempat terapresiasi 1% atas greenback, sedangkan Malaysia, Thailand, dan Filipina alami depresiasi cukup dalam.
Sementara ini, terangnya, rupiah kembali diuji keperkasaannya akibat tekanan global yang makin meningkat pada Januari-Februari 2024. Hal ini tecermin pada mata uang emerging market lainnya, selain rupiah yang ikut tertekan.
“Pada saat ini, memang terjadi tekanan di rupiah sehingga secara year to date, memang kita mengalami depresiasi sekitar 1,69%. Tapi kalau dilihat dari volatility-nya, rupiah itu terkendali dibandingkan peers,” terang Destry, Rabu (7/2).
Volatilitas rupiah terhadap dolar AS sementara ini sebesar 6,54 poin, lebih tinggi ketimbang Rupee India (1,79 poin), dan Peso Filipina (5,09 poin). Namun lebih rendah ketimbang volatilitas Peso Mexico (7,95 poin), Peso Argentina (7,26 poin), dan Real Brasil (8,36 poin).
Kemudian, Ringgit Malaysia (7,9 poin), Lira Turki (10,44 poin), Won Korea (10,5 poin), Rand Afsel (13,57 poin), Baht Thailand (12,66 poin), dan Rubel Rusia (15,68 poin).
“Di sinilah peran dari Bank Indonesia, di mana kami berusaha untuk menjaga stabilitas rupiah… Menggunakan kebijakan yang intensif,” jelasnya.