c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

15 Oktober 2025

09:03 WIB

Jawab Isu Cs-137, BRIN: Iradiasi Pangan Aman, Solusi Jaga Mutu Ekspor!

BRIN mempercepat implementasi teknologi iradiasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan daya saing ekspor RI. Teknologi nuklir punya manfaat sangat luas.

<p>Jawab Isu Cs-137, BRIN: Iradiasi Pangan Aman, Solusi Jaga Mutu Ekspor!</p>
<p>Jawab Isu Cs-137, BRIN: Iradiasi Pangan Aman, Solusi Jaga Mutu Ekspor!</p>
ORTN BRIN menggelar FGD bertema 'Implementasi Teknologi Iradiasi Pangan untuk Menekan Food Loss Produk Pertanian Ekspor: Peluang dan Tantangan' di Yogyakarta, Senin (13/10/2025). Antara/HO-BRIN

YOGYAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempercepat implementasi teknologi iradiasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia.

"Iradiasi pangan telah terbukti aman dan efektif dalam menjaga mutu serta memperpanjang masa simpan produk," ujar Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN Irawan Sugoro melansir Antara, Jakarta, Selasa (14/10).

Baca Juga: Mengenal Cesium-137, Zat Radioaktif Yang Ditemukan Di Serang

Irawan menjelaskan, teknologi iradiasi pangan merupakan proses penyinaran bahan pangan menggunakan radiasi pengion seperti sinar gamma, elektron, atau sinar X untuk menonaktifkan mikroba dan hama tanpa menjadikan produk bersifat radioaktif.

Proses itu bersifat 'nontermal', sehingga kualitas, rasa dan kandungan gizi pangan tetap terjaga.

Berbeda dengan metode pengawetan berbasis bahan kimia atau panas, menurut Irawan, iradiasi bekerja dengan memutus DNA mikroorganisme dan serangga hama pada tingkat seluler.

"Teknologi nuklir sering kali dipersepsikan negatif, padahal manfaatnya sangat luas, mulai dari kesehatan, pertanian, hingga pangan," ujar Irawan.

Baca Juga: Dekontaminasi Radiasi Cs-137 Tuntas Desember 2025

Sebagai konteks tambahan, percepatan teknologi ini mendesak diluruskan di tengah maraknya isu kontaminasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada sejumlah produk ekspor Indonesia. Sebelumnya, BPOM AS (FDA) menemukan Cs-137 pada produk cengkih dan udang beku asal Indonesia, yang berujung pada pemblokiran impor dari sejumlah perusahaan. 

Menanggapi hal tersebut, pemerintah segera membentuk Satuan Tugas Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Radionuklida Cesium-137 (Satgas Cs-137) untuk merespons isu terkait secara cepat.

Dalam perkembangannya, Ketua Bidang Diplomasi Satgas Cs-137 Bara Krishna Hasibuan mengonfirmasi bahwa kontaminasi Cesium-137 ditemukan di perkebunan cengkih di Lampung, setelah dilakukan peninjauan ke lokasi pengolahan.

Namun, Satgas memastikan kontaminasi ditemukan dalam jumlah terbatas dan tidak meluas ke wilayah atau komoditas lainnya. Masyarakat diimbau tenang karena pemerintah sedang melokalisir sumber kontaminasi dan produk yang terindikasi dilarang diperjualbelikan sementara waktu.

Baca Juga: Isu Cs-137 Cikande, Menperin: Produk Manufaktur RI Aman-Sesuai Standar

Di sisi lain, AS juga telah memberikan peringatan impor kepada RI terkait produk dagang yang sedang mengalami 'isu serius', dengan menekankan sertifikasi bebas radioaktif pada produk udang yang berasal dari wilayah Jawa dan Lampung.

Gelar FGD Iradiasi Pangan
Untuk mendukung percepatan penerapan teknologi itu, Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN menggelar diskusi kelompok terpumpun (FGD) sekaligus melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) bersama sejumlah mitra strategis di Yogyakarta, Senin (13/10).

Mitra yang terlibat antara lain Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan CV Mitra Turindo.

BRIN juga memperkenalkan inisiatif Platform Kolaborasi Riset-Industri Iradiasi Pangan Nasional yang akan menjadi wadah sinergi lintas lembaga riset, universitas, industri dan regulator.

Peneliti BRIN Murni Indarwatmi memastikan teknologi iradiasi telah diakui oleh World Health Organization (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), dan International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai cara yang aman, efektif, dan ramah lingkungan untuk menjaga mutu serta memperpanjang masa simpan pangan.

"Iradiasi pangan terbukti efektif, aman, dan aplikatif. Melalui kolaborasi lintas sektor, teknologi ini menjadi solusi strategis untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia," ujar Murni.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar