c

Selamat

Sabtu, 20 April 2024

EKONOMI

12 Mei 2021

18:45 WIB

Jadi Anak Usaha, EMI Diyakini Perkuat Pengelolaan EBT PLN

Memiliki portfolio di bidang EBTKE, EMI dipercaya akan mendukung pengembangan EBT dalam program transformasi Green PLN

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Nadya Kurnia

Jadi Anak Usaha, EMI Diyakini Perkuat Pengelolaan EBT PLN
Jadi Anak Usaha, EMI Diyakini Perkuat Pengelolaan EBT PLN
Foto PLTB/Energi Baru/EBT/Antarafoto

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN optimis dialihkannya seluruh saham Seri B Negara pada PT Energi Management Indonesia (Persero) atau EMI ke PLN sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2021, akan meningkatkan kapasitas usaha perusahaan. 

Bergabungnya EMI dalam anak usaha PLN ini merupakan tindak lanjut inisiatif BUMN membentuk klaster di bidang energi guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.

“Masuknya EMI menjadi bagian PLN ini akan mengakselerasi program transformasi yang sudah berjalan. Hal ini akan memperkaya portofolio PLN sebagai perusahaan energi yang berwawasan lingkungan,” jelas Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini secara tertulis, Selasa (12/7).

Di satu sisi, salah satu langkah strategis PLN dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) adalah dengan menjalankan co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia dan Konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke Pembangkit EBT. Di sisi lain, EMI merupakan perusahaan yang berpengalaman di bidang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.

“Kami optimis dengan portofolio EMI dalam pengelolaan biomassa dan konservasi energi akan mendukung pengembangan EBT yang dilakukan dalam program transformasi Green,” tandas Zulkifli. 

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyatakan bahwa transisi energi adalah pilihan mutlak untuk Indonesia. Ia optimistis, pemerintah mampu berkontribusi optimal dalam menyelesaikan komitmen terhadap adaptasi perubahan iklim pada Paris Agreement. 

Percepatan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan diyakini secara cepat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030 dan mengerem kenaikan suhu tidak lebih dari 2 derajat celcius.

Dalam lima tahun terakhir, sambung Dadan, EBT dinilai telah menunjukan perkembangan signifikan dalam memberikan sumbangsih terhadap ketenagalistrikan, penggunaan bahan bakar, hingga pemanfaatan secara langsung. 

"EBT tidak hanya digunakan untuk listrik, tapi juga bahan bakar. Ada juga yang tidak masuk dua-duanya. Tapi bisa digunakan secara langsung dalam bentuk heat (panas)," jelasnya beberapa waktu lalu.

Dadan menyampaikan EBT mampu menambah kapasitas pembangkit sebesar 2 Gigawatt (GW) dalam lima tahun terakhir. 

"Angkanya mungkin tidak terlalu besar apalagi untuk target ke depan, tapi bisa menjadikan dua kali lipat," tegasnya.

Melihat realisasi tersebut, Dadan optimis pemerintah mampu menjawab tantangan dalam mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada 2025, dimana pada akhir 2020 lalu telah mencapai 11,3%.

Target ini diyakini dapat tercapai dengan mengakselerasi potensi EBT yang cukup lengkap dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Pasalnya pemerintah telah mendata, potensi EBT Indonesia dapat mencapai 400 GW, bila dikonversikan menjadi listrik. Jumlah tersebut, KESDM nilai, setara 6,5 kali lipat kapasitas pembangkitan saat ini.

Secara rinci, Kementerian ESDM mengumumkan, potensi EBT di Indonesia terdiri dari energi surya 207,8 GW, energi air 75 GW, angin 60,6 GW, bioenergy 32,6 GW, panas bumi 23,9 GW, dan energi gelombang samudera 17,9 GW.

Pemerintah menargetkan penggunaan EBT pada pembangkit di Indonesia pada 2025 akan mencakup 23%, sementara minyak dan gas masing-masing 25% dan 22%. Sedangkan batubara di level 30% dari total kapasitas pembangkit yang diprediksi mencapai 135,5 GW saat itu. 
 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar