c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

23 Maret 2023

14:40 WIB

Ini Strategi Menekan Emisi GRK Sektor Ketenagalistrikan

Moratorium dan pensiun dini PLTU jadi langkah utama mencapai NZE tahun 2060 di sektor ketenagalistrikan.

Penulis: Yoseph Krishna

Ini Strategi Menekan Emisi GRK Sektor Ketenagalistrikan
Ini Strategi Menekan Emisi GRK Sektor Ketenagalistrikan
Ilustrasi dekarbonisasi. Dekarbonisasi untuk menurunkan emisi CO2 untuk membatasi pemanasan global d an perubahan iklim. Dok Shutterstock.com

JAKARTA – Pemerintah terus berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) seperti yang termaktub dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC). Pada 2030 nanti, ditargetkan emisi GRK akan berkurang 32% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu merinci bahwa target pengurangan emisi GRK di sektor energi tahun 2030 ialah 358 juta ton CO2 dengan kemampuan sendiri.

"Sementara untuk bantuan internasional sebesar 446 juta ton CO2 dari skenario business as usual," ungkapnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (23/3).

Untuk mewujudkan misi itu, Jisman mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dan berkolaborasi dengan kementerian/lembaga (k/l) dan stakeholder terkait lainnya guna merancang permodelan peta jalan transisi energi.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Teken Aturan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon

Dalam hal ini, penyusunan peta jalan itu akan berisi target dan milestone yang akan ditempuh Indonesia dari sisi supply dan demand energi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat.

Merujuk pada peta jalan yang telah disusun itu, emisi GRK sektor energi diproyeksikan akan turun 93% dari skenario business as usual, dimana sisa emisi yang dihasilkan adalah sebesar 129,4 juta ton CO2 pada tahun 2060 mendatang.

Strategi akselerasi dalam menekan emisi GRK pun dilakukan juga pada sektor ketenagalistrikan, salah satunya dengan mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan interkoneksi melalui supergrid.

Jisman mengatakan pada peta jalan transisi energi, proyeksi kebutuhan listrik di Indonesia akan mencapai 1.942 Tera Watt Hour (TWh) dan konsumsi listrik per kapita mencapai 5.862 KWh yang seluruhnya akan dihasilkan dari pembangkit EBT.

"Listrik tersebut akan dihasilkan 100% dari EBT yang total kapasitasnya diperkirakan 708 GW pada tahun 2060," kata Jisman.

Baca Juga: Pertamina Geothermal Catat Pendapatan Dari Carbon Credit

Tak sampai situ, pemerintah juga akan menjalankan strategi lain seperti moratorium pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), memensiunkan dini PLTU yang sudah ada, serta menerapkan prinsip-prinsip efisiensi energi secara masif.

"Strategi selanjutnya adalah mendorong penggunaan kendaraan listrik dan kompor induksi secara massal, serta pengembangan smart grid untuk mengatasi intermittency pada variabel renewable energy," urai dia.

Namun demikian, Jisman tak menampik bahwa upaya menekan emisi GRK di sektor energi bukanlah hal yang mudah. 

Pasalnya, akan terdapat banyak tantangan seperti pendanaan proyek infrastruktur, perluasan dekarbonisasi, pengembangan teknologi, hingga pengembangan kapasitas dari sumber daya manusia (SDM).

"Untuk itu kami berharap ada rekomendasi kepada pemerintah dalam mengurangi emisi GRK dan mencapai NZE, khususnya di sektor ketenagalistrikan," tandas Jisman Hutajulu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar