02 Februari 2022
14:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Januari 2022 mencapai 0,56% (mom), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,26. Sementara itu, inflasi tahunan pada Januari 2022 menjadi salah satu yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, secara tahunan inflasi Januari 2022 mencapai 2,18% (yoy). Capaian ini berhasil menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sebagai perbandingan, selama 2021 inflasi tahunan tidak pernah menyentuh di level kisaran 2%.
"Series panjang inflasi yang sebesar 2,18% (yoy), merupakan angka tertinggi sejak Mei 2020 yang saat itu inflasi 2,19% (yoy)," katanya dalam konpers virtual, Jakarta, Rabu (2/2).
Spesifik, inflasi di Januari terjadi di 85 kota inflasi dari 90 kota yang disurvei. Sementara 5 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga (1,53%), sedangkan inflasi terendah terjadi di Manokwari (0,02%). Hal ini dikarenakan kenaikan pada daging ayam dan sektor ikan.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Kotamobagu sebesar 0,06%. Lalu deflasi terendah di Jayapura sebesar 0,04%. Hal ini terjadi penurunan harga pada cabai rawit dan ikan cikalang.
Di tingkat nasional, inflasi di bulan pertama tahun ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.
Andil inflasi terbesar diberikan oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,17%. Kelompok ini pada Januari 2022 memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,3%.
Seluruh subkelompok pada kelompok ini mengalami inflasi. Subkelompok dengan inflasi tertinggi subkelompok rokok dan tembakau sebesar 1,38%; dan terendah yaitu subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,27%.
"Disusul kelompok pakaian dan alas kaki (0,43%); kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,51%); kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,79%)," sebutnya.
Margo menjelaskan, fenomena inflasi di Januari 2022 tidak terbatas terjadi karena adanya faktor musiman. Memang yang biasa terjadi, mekanisme penawaran-permintaan pada bulan-bulan tertentu mengalami kenaikan harga.
Namun, inflasi secara keseluruhan juga bisa dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Sehingga, inflasi pada waktu tertentu mengalami kenaikan atau penurunan.
"Misalnya, berakhirnya (insentif) PPnBM 0% untuk mobil baru atau (keputusan) kenaikan bahan bakar rumah tangga berupa LPG nonsubsidi, bisa berpengaruh ke inflasi," ujarnya.
Daya Beli Terpantau Membaik
Selain itu, Margo juga menatap optimistis atas pergerakan daya beli masyarakat. Terbukti, tren inflasi inti yang mengalami pembaikan dari waktu ke waktu.
Ia menyebutkan tren dan indikasi daya beli masyarakat di dalam negeri bisa terpantau dari pergerakan inflasi inti. Pendapatan yang dimiliki masyarakat untuk konsumsi, dibarengi kenaikan permintaan memberikan mengindikasikan daya beli yang positif.
BPS mencatat, level inflasi inti Januari 2022 berada di kisaran 0,42% (mom) dan 1,84% (yoy). Inflasi inti Januari 2022 mengantongi andil terbesar dibanding komponen inflasi lain sebanyak 0,27%.
"Trennya inflasi inti semakin baik dan daya beli juga semakin baik ke depan," tutur Margo.