c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

14 Mei 2025

12:33 WIB

Inflasi AS Yang Melandai Picu Penguatan Rupiah

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Rupiah terpantau menguat sebesar 45 poin atau 0,27% menjadi Rp16.582 per dolar AS.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Inflasi AS Yang Melandai Picu Penguatan Rupiah</p>
<p>Inflasi AS Yang Melandai Picu Penguatan Rupiah</p>

Ilustrasi - Seorang pegawai menunjukkan uang kertas rupiah dan dolar AS di money changer di Jakarta. Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa.

JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menyatakan, penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan pada Rabu pagi (14/5), menguat sebesar 45 poin atau 0,27% dari sebelumnya Rp16.627 menjadi Rp16.582 per dolar AS.

Rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS yang melemah cukup besar, setelah data inflasi AS yang dirilis semalam lebih rendah dari perkiraan,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Rabu (14/5).

Baca Juga: Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Fed Redup, Rupiah Tertekan

Secara bulanan, inflasi inti dan inflasi umum AS naik 0,2% (month-to-month/mtm), dari perkiraan 0,3%. Adapun inflasi umum, naik 2,3% (year on year/yoy), dari perkiraan 2,4%.

Sebagaimana mengutip Xinhua, Indeks Harga Konsumen (IHK) barang dan jasa AS meningkat 0,2% secara musiman pada April 2025 setelah turun 0,1% pada Maret 2025.

“Dari domestik, investor menantikan data penjualan ritel yang diperkirakan akan tumbuh 3,3%, lebih baik dari bulan sebelumnya 2%,” ucap dia.

Berdasarkan faktor tersebut, Lukman memprediksi kurs rupiah hari ini berkisar Rp16.500-16.600 per dolar AS.

Melansir Bloomberg, Presiden Donald Trump kembali menekan Ketua Federal Reserve Jerome Powell agar menurunkan suku bunga acuan The Fed. Hal ini ditekankannya mengutip laporan inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan.

"Tidak ada inflasi... harga bensin, energi, bahan makanan, dan hampir semua hal lainnya, turun (harga)! (The) Fed harus menurunkan tingkat suku bunga, seperti yang telah dilakukan Eropa dan China. Apa yang salah dengan Powell yang terlambat (menurunkan suku bunga)?" tulis Trump dalam sebuah postingan di medsos, Rabu (14/5)

Trump menambahkan bahwa strategi The Fed terkait kebijakan moneternya 'tidak adil bagi AS, yang siap berkembang'.

“Biarkan saja semua terjadi (suku bunga turun), itu akan menjadi hal yang indah!” lanjutnya.

Baca Juga: Trump Kaji Pecat Ketua The Fed Jerome Powell

Seruan terbaru Presiden AS itu untuk menurunkan suku bunga moneternya kembali muncul setelah laporan pada Selasa (13/5) menunjukkan indeks harga konsumen naik 0,2% pada April, berada di bawah perkiraan untuk bulan ketiga berturut-turut.

Harga barang-barang yang diperkirakan paling terpengaruh oleh naiknya tarif umum lebih rendah dari yang dikhawatirkan para ekonom. Sementara pelemahan harga dalam kategori layanan seperti tiket pesawat, hotel, dan rekreasi, tanda potensial melemahnya permintaan untuk barang-barang yang tidak penting, juga membebani angka inflasi tersebut.

Trump meremehkan kekhawatiran akan kenaikan harga dan kekurangan yang disebabkan oleh rezim tarifnya. Sebagai pengingat, Pemerintah AS telah menerapkan tarif global sebesar 10% pada hampir setiap negara, sambil menerapkan atau mengancam bea masuk terpisah pada sektor-sektor utama.

Sejumlah langkah tersebut telah mengguncang pasar dan memicu kekhawatiran tentang biaya yang lebih tinggi bagi konsumen AS dan perlambatan ekonomi.

Namun, data inflasi AS April yang rendah itu masih jauh dari kata konklusif. Pasalnya, banyak barang impor di rak-rak AS bulan lalu tiba di Negeri Paman Sam sebelum bea masuk baru mulai berlaku. 

Beberapa bisnis juga menanggung dampaknya mandiri dalam upaya menghindari penurunan permintaan di saat konsumen domestik AS sudah merasa khawatir dengan ekonomi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar