c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

06 Maret 2025

20:45 WIB

Industri RI Masih Diganggu Aksi Premanisme Ormas

Pemerintah diharapkan segera memberantas aksi premanisme ormas yang merugikan kinerja industri dalam negeri.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

<p>Industri RI Masih Diganggu Aksi Premanisme Ormas</p>
<p>Industri RI Masih Diganggu Aksi Premanisme Ormas</p>

Sejumlah tersangka saat rilis kasus pungli dan premanisme di Polda Metro Jaya, Kamis (17/6/2021). Antara Foto/Asprilla Dwi Adha/rwa.

JAKARTA - Industri dalam negeri masih menghadapi masalah premanisme yang dilakukan oleh organisasi masyarakat alias ormas, sehingga berdampak pada kinerja industrinya.

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menyoroti, aksi tersebut membuat industri RI sulit bersaing dengan negara tetangga Vietnam yang bebas dari premanisme ormas.

"Kita sedang konsentrasi bertempur dan berjuang melawan negara yang sudah bersih dari hal-hal itu (ormas), seperti Vietnam," ujarnya kepada awak media di Indonesia International Furniture Expo (IFEX), Jiexpo, Jakarta, Kamis (6/3).

Sobur menilai, industri manufaktur di Vietnam makin bertumbuh tanpa premanisme ormas. Sementara Indonesia masih menghadapi tantangan itu dan imbasnya, membuat pelaku industri mengalami ekonomi berbiaya tinggi.

Baca Juga: Pemangkasan Anggaran Pemerintah Berpotensi Ganggu Bisnis Mebel

Menurutnya, aksi premanisme yang dilakukan ormas mengganggu sekaligus merugikan finansial perusahaan industri. HIMKI berharap pemerintah bisa menangani atau menindak tegas ormas yang merugikan.

"Itu salah satu gangguan. Aksi premanisme atau sebagainya itu tugas pemerintah, kalau kita mau maju ya harus dibersihkan," ucap Ketua HIMKI.

Sobur meyakini, pemerintah sebenarnya sudah menyadari premanisme ormas adalah elemen yang harus diberangus. Tinggal menunggu realisasinya, karena tindakan tersebut mengganggu, terutama industri-industri besar.

"Itu juga mengganggu industri mebel, kasus-kasus yang kita dengar kemarin gangguan dari ormas," terangnya.

Kalau negara mau maju, sambung Sobur, Indonesia perlu belajar dari Vietnam. Pemberantasan aksi premanisme membuat industri manufaktur makin berdaya saing, karena tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi di luar operasional.

Baca Juga: Wamenaker Dukung Pemberantasan Premanisme Di Kawasan Industri

Selain memberantas aksi negatif tersebut, ia menyakini industri RI makin berdaya saing dengan adanya suntikan insentif seperti Vietnam. Ditambah lagi, pemerintah negara tetangga juga menurunkan tarif pajaknya.

Sejalan dengan itu, ia menilai, untuk bersaing dengan Vietnam, iklim usaha RI perlu dijaga supaya menarik minat investor. Secara keseluruhan, nantinya perbaikan tersebut bisa mengerek iklim industri, kepercayaan investor, hingga kinerja ekspor industri dalam negeri.

HIMKI mencatat, kinerja ekspor industri mebel Indonesia saat ini berapa di angka US$2,5 juta. Sayangnya, itu tertinggal jauh dari Vietnam yang ekspornya mencapai US$20 juta.

"Kalau negara itu mau maju, sebagaimana Vietnam, sebagai benchmarking, perlu dikasih insentif diperbesar, premanisme kalau di Vietnam sudah habis, mungkin minim. Jadi wajar kalau ekspor mebel mereka bisa mencapai US$20 juta karena negara itu kondusif untuk investasi," ucap Sobur. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar