05 Juni 2025
12:12 WIB
Inalum Proyeksi Permintaan Aluminium Naik 6 Kali Lipat Dalam 30 Tahun
Menurut Inalum, kenaikan permintaan aluminium hingga 6 kali lipat selaras dengan upaya transisi energi menuju energi baru dan energi terbarukan yang terjadi di tingkat global.
Penulis: Fin Harini
Editor: Fin Harini
Karyawan PT Inalum sedang memeriksa alumunium produksi perusahaan tersebut. Antara/HO-Inalum
JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memproyeksikan permintaan aluminium akan meningkat enam kali lipat dalam waktu 30 tahun ke depan, selaras dengan tren transisi energi.
“Dalam proyeksi kami untuk 30 tahun ke depan, kami meyakini bahwa permintaan untuk aluminium naik enam kali lipat dari hari ini,” ucap Direktur Pengembangan Bisnis Inalum Melati Sarnita dalam Indonesia Critical Minerals Conference, Jakarta, Rabu (4/6), dilansir dari Antara.
Menurut Melati, kenaikan permintaan tersebut berlangsung selaras dengan upaya transisi energi menuju energi baru dan energi terbarukan yang terjadi di tingkat global.
Ketika berbicara soal transisi energi, lanjut dia, kendaraan listrik menjadi salah satu topik yang paling sering diangkat.
“Dan ketika berbicara tentang baterainya, 18% dari battery pack untuk EV sebenarnya dari aluminium. Itulah pasarnya (aluminium),” ucap Melati.
Baca Juga: MIND ID Pacu Produksi Aluminium Untuk Swasembada Nasional
Inalum, kata dia, bukanlah pihak yang akan melakukan hilirisasi bauksit hingga menjadi battery pack. Perusahaan pelat merah tersebut berkecimpung di tataran midstream, yakni menghasilkan aluminium ingot, billet, alloy.
Nantinya, produk yang dihasilkan oleh Inalum akan diolah oleh perusahaan lain untuk diubah menjadi battery pack.
“Jadi, bukan Inalum yang bikin langsung penampangnya. Karena kami nggak boleh main sampai ujung, nggak boleh,” kata dia.
Dalam ekosistem kendaraan listrik, Inalum memainkan peran sebagai pendorong ekosistem dengan menyediakan bahan baku. Dengan demikian, Inalum tidak berkompetisi dengan industri nasional yang berperan untuk menjadi produsen battery pack.
“Kami juga nggak mau berkompetisi dengan industri nasional. Kami harus jadi enabler-nya,” ucapnya.
Sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi) ketika menjabat sebagai Presiden RI menyampaikan kebutuhan aluminium di dalam negeri mencapai 1,2 juta ton, dan 56% dari itu masih dipenuhi melalui impor.
Inalum mencatatkan produksi alumunium sebesar 265.546 metric ton (MT) per 22 Desember 2024 atau melewati capaian tertinggi sebelumnya pada 2014 sebesar 264.474 MT.
Sepanjang 2024, Inalum juga mencatatkan penjualan alumunium tertinggi sebesar 263.195 MT atau melampaui rekor sebelumnya pada 2013 sebesar 260.651 MT.
Baca Juga: Dampak Positif Dari Adopsi Aluminium Rendah Karbon
Jokowi berharap agar Inalum dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri melalui smelter bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat.
Soal rencana pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memulai groundbreaking megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) pada pekan ketiga Juni 2025. Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel (smelter HPAL), pabrik prekursor-katoda, serta fasilitas produksi sel baterai dan battery pack.
Nilai investasi yang dikucurkan diperkirakan mencapai sekitar US$6–7 miliar atau lebih dari Rp97–114 triliun, dan akan menciptakan lebih dari 20.000 lapangan kerja.