c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

30 Juli 2025

11:15 WIB

IMF Revisi Naik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,8%

IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI 2025-2026 dari sebelumnya 4,7% menjadi 4,8%. Meski demikian, kenaikan ini masih lebih rendah ketimbang proyeksi pertama kali di kisaran 5,1%.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">IMF Revisi Naik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,8%</p>
<p id="isPasted">IMF Revisi Naik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,8%</p>
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) terlihat di luar gedung kantor pusat di Washington, AS, 4 September 2018. Antara/Reuters/Yuri Gripas/pri.

JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) baru saja merilis proyeksi terbaru mengenai pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia yang direvisi naik 0,1 poin menjadi 4,8% di 2025, diikuti dengan proyeksi yang sama di 2026.

Sebagai catatan, pada laporan World Economic Outlook (WEO) yang dirilis April lalu, IMF sebelumnya memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2025 berada di angka 4,7%. Meski demikian, kenaikan proyeksi tersebut masih terhitung melambat dan lebih rendah ketimbang proyeksi pertumbuhan pertama kali di kisaran 5,1%.

Baca Juga: Mensesneg: Ekonomi RI 2025 Tetap Optimis Meski Proyeksi IMF Melambat

Selain Indonesia, revisi serupa juga terlihat dilakukan pada negara-negara lain seperti India menjadi 6,4% di tahun 2025, atau naik 0,2 poin dari proyeksi sebelumnya. Kemudian, Malaysia naik menjadi 4,5% atau naik 0,4 poin dari proyeksi sebelumnya.

Thailand juga mendapat revisi pertumbuhan ekonomi menjadi 2% (naik 0,2 poin), diikuti dua negara yang mendapat revisi pertumbuhan paling tinggi yakni Arab Saudi menjadi 3,6% (naik 0,6 poin) dan China menjadi 4,8% (naik 0,8 poin).

IMF mengungkap, revisi berupa kenaikan pertumbuhan ini dipicu oleh aktivitas ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada paruh pertama 2025, dengan adanya pelonggaran tarif dari Amerika Serikat (AS) untuk sejumlah mitra dagang utamanya, termasuk China.

Meski demikian, Direktur Departemen Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengingatkan, untuk setiap negara masih perlu mewaspadai situasi global yang diliputi ketidakpastian.

"Kebijakan global masih sangat tidak pasti, dengan hanya beberapa negara yang telah mencapai perjanjian perdagangan yang sepenuhnya matang," kata Gourinchas dalam laporan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu (30/7).

Ekonomi Global Ikut Tumbuh
Perubahan proyeksi ekonomi tiap negara di saat bersamaan juga diikuti revisi pertumbuhan ekonomi global yang meningkat, dari sebelumnya 2,8% dan 3% untuk 2025-2026, menjadi 3% dan 3,1% dalam periode yang sama.

Masih dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan tarif, Gourinchas menjelaskan, penurunan ketegangan perdagangan yang moderat berkontribusi pada ketahanan ekonomi global sejauh ini.

"Meredanya ketegangan perdagangan dengan China pada bulan Mei, sedikit mengurangi tarif efektif AS dari 24% menjadi sekitar 17%," imbuhnya.

Baca Juga: Airlangga Tak Ambil Pusing Proyeksi IMF Pertumbuhan Ekonomi 5,1%

Masih dalam laporan yang sama, Gourinchas juga membeberkan tiga indikator penting yang memengaruhi membaiknya pertumbuhan ekonomi global. Pertama, kekhawatiran tentang tarif yang menyebabkan lonjakan ekspor ke AS pada kuartal pertama tahun ini, sehingga membantu mendukung aktivitas ekonomi di Eropa dan Asia.

Kedua, kondisi keuangan yang dinilai membaik ditandai dengan kondisi moneter mereda seiring inflasi global yang terus menurun, di mana sebagian besar tidak berubah dari proyeksi IMF sebelumnya.

Terakhir, dolar AS yang telah terdepresiasi sekitar 8% sejak Januari, di mana hal ini memperkuat dampak guncangan tarif terhadap daya saing negara lain, terutama dari sisi ekspor.

Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat, IMF sekali lagi mengingatkan setiap negara untuk menjaga ketahanan ekonominya, mengingat guncangan dari sektor perdagangan masih cukup besar dan berpengaruh terhadap perekonomian global.

"Meskipun perkembangan ini menggembirakan, tarif tetap tinggi secara historis, dan kebijakan global masih sangat tidak pasti," kata Gourinchas.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar