c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

27 Oktober 2025

15:40 WIB

IHSG Anjlok Di Tengah Penyesuaian MSCI Pada Perhitungan Free Float

IHSG anjlok terjadi saat ada update bahwa MSCI tengah meminta masukan kepada para pelaku pasar terkait rencana penggunaan Monthly Holding Composition Report yang dipublikasikan oleh KSEI

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">IHSG Anjlok Di Tengah Penyesuaian MSCI Pada Perhitungan <em>Free Float</em></p>
<p id="isPasted">IHSG Anjlok Di Tengah Penyesuaian MSCI Pada Perhitungan <em>Free Float</em></p>

Seorang pekerja yang sedang melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (23/9/2025). ValidNewsID/Hasta Adhistra

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan sesi I, Senin (27/10), ditutup pada zona merah. IHSG, dikutip dari RTI, melemah sebesar 243,38 poin atau 2,94% menjadi ke level 8.028,33.

IHSG anjlok terjadi saat ada update bahwa MSCI tengah meminta masukan kepada para pelaku pasar terkait rencana penggunaan Monthly Holding Composition Report yang dipublikasikan oleh KSEI sebagai tambahan referensi dalam menghitung free float saham emiten Indonesia.

Berdasarkan ulasan Stockbit Sekuritas, selama ini, emiten di Indonesia hanya melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan ≥5% kepada BEI.

"Sementara data KSEI melaporkan kepemilikan di bawah <5% dan memberikan klasifikasi pemegang saham sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih rinci terkait pemegang saham <5%," tulis Stockbit Sekuritas dalam kajian, Senin (27/10).

Selain wacana penggunaan laporan KSEI tersebut sebagai referensi tambahan, MSCI mengusulkan agar estimasi free float ditentukan berdasarkan nilai terendah di antara free float yang dihitung menggunakan data kepemilikan yang dilaporkan emiten dalam keterbukaan informasi, report, dan press release, berdasarkan metodologi MSCI.

Kemudian, free float yang diestimasikan berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script (yang tidak tercatat di dalam data KSEI) dan kepemilikan ‘korporasi’ (lokal maupun asing) dan ‘others’ (lokal maupun asing) sebagai non–free float.

Secara alternatif, MSCI mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan 'korporasi' (tanpa menghitung ‘others’) sebagai non–free float.

"Sebagai catatan, wacana ini belum pasti diberlakukan dan masih menunggu masukan dari para pelaku pasar. MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025, dengan hasil dari konsultasi akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026," urainya.

Baca Juga: IHSG Anjlok 2,94%! Isu MSCI Pukul Saham Konglomerat Dan Komoditas

Jika proposal tersebut diterapkan, perubahannya akan diimplementasikan pada reviu indeks bulan Mei 2026.

Terpisah, MNC Sekuritas menyampaikan, IHSG melemah pada pertengahan sesi pertama hari ini (27/10), disebabkan oleh rumor mengenai adjustment MSCI method terkait free float.

Hal itu berdampak pada pergerakan saham-saham mover, di antaranya PTRO terkoreksi 14,7%, BRPT turun 13,2%, BREN melemah 14,9%, RAJA anjlok 14,2%, RATU turun 14,9%, dan CUAN melemah 11,2%.

"Secara teknikal, koreksi IHSG inline dengan yang kami sampaikan pada Daily Scope Wave, di mana pergerakannya relatif downtrend. IHSG sudah menembus area gap 8.117-8.141, maka kami perkirakan area koreksi IHSG berikutnya akan menguji 8.034-8.044 sekaligus menguji area support-nya," tulisnya, Senin (27/10).

Faktor Eksternal dan Internal
Senior Market Analyst M. Nafan Aji Gusta menyampaikan, terdapat beberapa faktor baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi pelemahan IHSG hari ini.

"Kalau misalnya dari eksternal, sebenarnya dinamika perang tarif masih ada, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan China. Karena kalau misalnya jika belum terjadi kesepakatan yang suatu komprensif, tentunya nanti rencana kenaikan tarif oleh Trump sebesar 100% juga akan berlaku pada awal November," kata Nafan kepada Validnews, Jakarta, Senin (27/10).

Sedangkan dari sentimen global lainnya, masih berkaitan dengan tekanan inflasi. Tekanan inflasi Amerika Serikat, di mana US CPI saat ini naik dari 2,9% ke 3,0%. Di sisi lain, pasar menantikan rebalancing MSCI.

"Tapi sebenarnya ini juga mempengaruhi daripada kelemahan kinerja pergerakan harga saham emiten-emiten konglomerat atau konglomerasi. Sepertinya ini terjadi penyesuaian metodologi MSCI terhadap perhitungan free float saham Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: IHSG Anjlok Hampir 2%, Analis: Saham Konglomerat Merosot

Bahkan, MSCI juga mengumumkan bahwa mereka melakukan konsultasi terkait dengan metode perhitungan free float untuk para konstituen saham di Indonesia. Tapi memang masukan dari pelaku pasar ini masih akhir Desember 2025. Padahal kalau rebalancing MSCI terdekat adalah pada 5 November 2025.

"Tentunya ini terkait dengan hal tersebut. Ini harusnya bisa memberikan kepastian yang berarti bagi para pelaku pasar. Karena ini juga terkait dengan perbedaan metodologi. Bisa jadi perbedaan metodologi free float misalnya. Mungkin perbedaan perspektif free float saham perusahaan Indonesia untuk perhitungannya. Jadi supaya persepsi bisa disamakan," terang dia.

Menurut Nafan, kalau misalnya hal ini belum bisa disamakan, tentunya saham-saham konglomerat berimbas mengalami penurunan, misalnya karena terjadi outfloat.

"Takutnya ada sebagian risiko dikeluarkan dari MSCI Index... Sedangkan jika keluar, outfloat asing keluar, berarti bobotnya jadi turun," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar