c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

21 Januari 2023

14:32 WIB

Hong Kong Tawarkan RI Pembiayaan Investasi Hijau

Pada tahun 2022 lalu Hong Kong menjadi negara nomor satu di Asia dengan nilai pembiayaan ramah lingkungan terbesar yang mencapai US$65-67 juta

Hong Kong Tawarkan RI Pembiayaan Investasi Hijau
Hong Kong Tawarkan RI Pembiayaan Investasi Hijau
Pertemuan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dengan Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan Mo-Po di sela World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss, Kamis (19/1/2023). dok BKPM

JAKARTA  - Menteri Keuangan (Menkeu) Hong Kong Paul Chan Mo-Po menawarkan peluang bagi Indonesia terkait pembiayaan investasi hijau atau ramah lingkungan. Tawaran tersebut diungkapkan pada pertemuan dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia di Davos, Swiss.
 
Pada pertemuan di sela-sela agenda World Economic Forum (WEF) pada 19 Januari 2023 itu Paul menyampaikan, Indonesia dan Hong Kong selalu menjadi mitra yang baik di bidang investasi dan perdagangan.
 
"Kami juga ingin menawarkan kesempatan kepada Indonesia untuk memanfaatkan posisi Hong Kong sebagai pusat/hub keuangan global,” kata Paul. 

Menurutnya, pada tahun lalu kami menjadi negara nomor satu di Asia dengan nilai pembiayaan ramah lingkungan terbesar yang mencapai US$65-67 juta. ”Jika ada proyek yang memerlukan pembiayaan hijau, mohon infokan kepada kami dan pasti akan kami bantu," ungkap Paul.

Bahlil pun menyambut peluang pembiayaan investasi hijau dari Hong Kong yang disampaikan Paul Chan Mo-Po itu. "Kami menyambut baik investasi pembiayaan di sektor energi ramah lingkungan, karena hal tersebut menjadi bagian penting dari skala prioritas Pemerintah Indonesia,” imbuhnya. 

Kata Bahlil, ekonomi hijau memang sedang tumbuh, namun aliran investasinya tidak merata, terutama ke negara-negara berkembang. ”Hubungan baik antara kedua negara ini bisa dipererat melalui pembiayaan investasi ramah lingkungan," kata Bahlil.
 
Menurut Bahlil, pembiayaan ramah lingkungan masih bisa dioptimalkan di wilayah Asia Tenggara. Ditambah lagi, Indonesia memiliki sejumlah proyek investasi ramah lingkungan, termasuk di dalamnya terkait dengan transisi energi dan pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
 
Di sisi lain Indonesia sendiri juga tengah mendorong investasi penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi yang berorientasi pada energi dan industri hijau ramah lingkungan.
 
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi Hong Kong di Indonesia selama 5 tahun terakhir mencapai US$19 juta, dengan tiga sektor realisasi investasi tertinggi. Antara lain, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya (US$9,67 juta); sektor listrik, gas, dan air (US$3,14 juta); serta perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (US$1,92 juta). 

Lapangan Kerja
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra mengatakan, investasi hijau atau investasi pada sektor yang ramah lingkungan dapat menciptakan lapangan kerja. Bahkan hingga tujuh sampai sepuluh kali lebih banyak dibandingkan investasi yang tidak ramah lingkungan.
 
“Hal ini disebabkan oleh penggunaan energi baru terbarukan, efisiensi energi, proses daur ulang, dan kegiatan terkait tanggung jawab kepada lingkungan lain yang lebih padat karya,” serunya.

Investasi hijau diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem yang diperkirakan menimbulkan kerugian secara global, hingga US$5,1 triliun dalam 20 tahun terakhir.
 
“Seiring dengan perubahan iklim, kerugian akibat cuaca ekstrem diperkirakan akan mencapai 18 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) global pada 2050 apabila tidak ada aksi mitigasi,” imbuhnya.
 
Indonesia juga dinilai lebih rentan terhadap berbagai bencana alam akibat perubahan iklim yang telah menimbulkan kerugian hingga Rp100 triliun per tahun. Hal ini diperkirakan terus meningkat mencapai 40% dari PDB nasional pada 2045.
 
 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar